Ruli Megantara adalah pria berusia 26 tahun yang menggeluti bisnis di bidang kuliner. Dia mendirikan restoran yang memiliki 20 cabang di setiap kota yang berbeda.
Sejak kecil Ruli mengidap germaphobia yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketakutan patologis terhadap kuman, bakteri, dan suatu penyakit.
Siang ini Ruli visit ke salah satu restorannya. Saat dia baru menginjakkan kaki di restoran, Kristal tak sengaja menabraknya saat ia berbalik badan.
Laki-laki itu mendorong tubuh Kristal hingga hampir terjatuh. Untungnya Gilang menangkap tubuh pegawai barunya itu.
"Tidak sopan. Berani sekali kamu menyentuhku. Kulitmu yang dekil itu membuat seluruh tubuhku menjadi gatal."
Kristal mengepalkan tangannya. "Sialan nih cowok ngatain aku dekil."
"Saya bukan kuman yang bisa menginfeksi anda kenapa anda setakut itu?" Kristal berjalan mendekat ke arah Ruli. Ruli mundur hingga kakinya terbentur meja. Dia hendak terjatuh. Di saat yang bersamaan tangan Ruli meriah tangan Kristal untuk berpegangan. Alhasil keduanya jatuh di atas meja. Kristal berada di atas tubuh Ruli.
Jantung Kristal berdebar kencang. Begitu pula dengan jantung Ruli. Baru pertama kali dia sedekat itu dengan seorang wanita.
"Anda sengaja ya cari-cari kesempatan dalam kesempitan?" Tuduh Kristal.
Ruli kemudian melepas tangannya yang tak sengaja memeluk tubuh gadis itu. Kristal bangun lalu merapikan kemejanya.
"Siapa gadis ini?" Tanya Ruli pada Gilang.
"Namanya Nara. Dia pegawai baru kita, Pak."
"Kenapa kamu tidak laporan sama saya? Kapan dia diterima bekerja di sini? Lalu mana surat lamarannya?"
"Laki-laki ini cerewet sekali. Siapa dia?" Tanya Kristal pada Meilani.
"Hush, jaga omongan kamu. Dia itu owner restoran ini," jawab Meilani.
"Celakalah aku, bagaimana kalau dia pecat aku?" Batin Kristal ketakutan. Jika dia tidak memiliki pekerjaan maka dia tidak akan bisa hidup sendiri. Kepala Kristal mendadak pusing. Kerja keras seharian membuat tenaganya terkuras habis padahal tadi pagi hanya sarapan dengan sepotong roti.
"Mulai besok kamu tidak usah bekerja lagi di sini."
Brak
Tubuh Kristal jatuh ke lantai. "Kristal," teriak Meilani.
Gilang dan Ruli menatap ke arah Meilani. Mereka tampak curiga pada pegawainya itu. Bagaimana bisa gadis yang dikenal dengan nama Nara itu bisa berganti nama menjadi Kristal.
"Kristal?" Tanya Gilang dan Ruli bersamaan. Meilani tampak gugup.
"Maaf, Pak. Saya salah sebut nama. Saya ingat adik saya yang ada di kampung." Meilani terpaksa berbohong. Tapi Ruli tak mudah percaya begitu saja pada pegawainya. Dia berjanji akan mencari tahu siapa sebenarnya gadis yang sedang pingsan itu.
Gilang mengangkat tubuh Kristal lalu membawanya ke dalam ruangannya. "Tolong ambilkan minyak angin yang ada di laci saya!" Perintah Gilang pada Meilani. Meilani menuruti perintah atasannya itu.
Setelah ketemu Meilani memberikan minyak angin itu pada Gilang. Gilang mendekatkan minyak angin itu ke hidung Kristal. Kristal mulai sadar.
"Kepalaku," rintih Kristal sambil memegangi kepalanya yang masih pusing.
"Nara kamu baik-baik saja?" Tanya Gilang cemas. Kristal mengangguk lemas.
"Saya tidak sangka mendapat kabar pemecatan saja kamu sampai pura-pura pingsan. Kamu mau mencari perhatian saya ya?" Tuduh Ruli pada Kristal.
Kristal berpikir untuk tidak melawan Ruli agar dia bisa tetap bekerja di restoran itu. "Tidak, Pak. Saya sedang tidak enak badan."
Ruli mengamati wajah Kristal yang terlihat pucat. Namun, tanpa sadar dia mengagumi wajah cantik karyawan barunya itu. Sesaat kemudian dia menyadarkan diri dari lamunannya.
"Antar dia pulang!" Perintah Ruli pada Gilang.
"Tidak, ini belum waktunya pulang kerja. Saya mohon izinkan saya untuk bekerja di sini." Kristal memohon pada Ruli sambil menarik kemejanya.
"Lepaskan tangan kamu yang kotor itu!" Ruli merasa jijik.
Kristal membolak-balikkan tangannya. "Tangan saya bersih, Pak. Saya mohon pak saya harus melunasi hutang keluarga saya yang ada di kampung." Kristal terpaksa berbohong agar dapat meyakinkan Ruli.
"Kamu pikir saya mudah dibohongi. Kamu hanya mengarang cerita. Apa jangan-jangan kamu ini pura-pura miskin."
Deg
Kristal seperti pencuri yang ketahuan mencuri. "Apa dia tahu siapa aku? Ah mana mungkin ini pertama kalinya aku bertemu dengannya," batin Kristal.
Kristal tertawa. "Bapak ini bisa saja. Mana mungkin orang seperti saya ini berpura-pura miskin. Yang ada saya ini miskin beneran, Pak. Saya aja numpang di kos-kosannya Meilani."
"Benar, Pak." Meilani membenarkan omongan Kristal.
"Pak, terima saja dia bekerja. Restoran kita akan kewalahan melayani pembeli jika kekurangan karyawan." Gilang menambahkan alasan agar Kristal diterima bekerja oleh Ruli.
Ruli berpikir sejenak. "Baiklah kamu boleh bekerja di sini. Ingat untuk menyerahkan CV kamu ke saya besok."
Glek
"Haish,menyebalkan. Ah pikir belakangan yang penting aku diterima bekerja di sini." Kristal berbicara dalam hati.
Setelah itu, Meilani membantu Kristal berjalan. "Apa kamu yakin kamu masih kuat bekerja?"
Kristal mengangguk. "Aku hanya lapar," bisik Kristal.
Meilani membulatkan matanya. "Kenapa tidak bilang? Ayo kita makan dulu sebelum kamu kembali bekerja," ajak Meilani.
Meilani mengambilkan makanan untuk Kristal. Kristal malah meneteskan air mata. "Kenapa kamu malah menangis?" Tanya Meilani.
"Aku baru tahu rasanya cari makan tuh begini susahnya."
Tanpa mereka sadari Ruli mendengar omongan Kristal ketika dia akan memasuki dapur.
"Sudahlah, makan dulu!" Perintah Meilani.
Kristal pun melahap makanannya. Dia terlihat sedikit rakus. Ruli yang melihat Kristal makan jadi merasa illfeel. Dia pun pergi dari tempat itu.
Restoran tempat kerja Meilani buka dari jam delapan pagi sampai jam sepuluh malam. Sehingga pekerjaan karyawannya dibagi menjadi dua shift.
"Sudah waktunya pulang," kata Meilani. Kristal bernafas lega. Dia keluar dari restoran bersama sahabat dan karyawan lainnya.
"Meilani, Nara, apa kalian mau bareng?" Tanya Gilang yang bertanya dari dalam mobil.
"Nggak usah, Pak. Kita jalan kaki aja," tolak Meilani yang merasa tak enak semobil dengan atasannya.
"Eh, kok ditolak sih. Lumayan lagi ada tumpangan dari pada kita capek-capek jalan kaki," bisik Kristal ke telinga Meilani. Meilani menyenggol bahu Kristal.
"Kita mau bareng, Pak," seru Kristal.
"Ya udah ayo naik."
Kristal membuka pintu mobil dan menyuruh Meilani masuk. Tapi Kristal tidak ikut masuk ke dalam mobil.
"Titip teman saya ya, Pak."
"Loh, kamu mau ke mana?" Tanya Meilani gugup.
"Aku ada urusan sebentar. Kamu pulang duluan ya. Nanti aku susul kamu," ucap Kristal sambil tersenyum agar Meilani tidak khawatir padanya.
Setelah itu Gilang menjalankan mobilnya. Sementara itu, Kristal berjalan di sepanjang trotoar. Di terus berjalan sambil menangis. "Ma, aku kangen. Ternyata seberat ini jauh dari kalian." Gadis itu menghela nafas panjang.
Kristal mencari tempat duduk setelah kakinya terasa sangat capek untuk berjalan. Dia duduk sambil memijat kakinya yang terasa pegal. Matanya mulai mengantuk. Dia pun tertidur di bangku itu sendirian.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa dia akan mimpi kembali ke rumah mewahnya dulu? Atau mau dibuat gimana enaknya readers?
Komen dong yang banyak, jangan lupa like dan vote nya ya buat kalian yang masih menyimpan vote 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Mimih Milania
hidup tidak seindah sinetron nenk
2024-10-31
0
Andariati Afrida
Kristal dikasih tantangan seru thor
2024-01-23
0
Fatkhur Kevin
baru tau susahnya cari makan🤭🤭🤭
2023-03-16
0