Kristal sudah membulatkan tekad untuk keluar dari rumahnya. Minggat yang tak direncanakan menjadikan dirinya bingung mencari tempat tinggal. Lalu dia putuskan untuk ke tempat kos temannya.
Tok tok tok
Mendengar suara pintu kamarnya yang diketuk, Meilani membuka pintu. "Kristal."
Meilani, gadis yang seumuran dengan Kristal itu adalah teman Kristal sejak SMA. Meski mereka tidak bekerja di tempat yang sama, Kristal selalu menyempatkan diri untuk menemui sahabatnya itu.
"Hai," sapa Kristal dengan nada sendu.
Meilani melihat Kristal membawa koper. "Kamu kabur dari rumah?" Kristal mengangguk menjawab pertanyaan temannya. Kristal tiba-tiba memeluk Meilani sambil menangis.
"Masuk dulu yuk! Kita bicara di dalam."
Meilani memberikan segelas air pada Kristal. "Minum dulu biar tenang."
Kristal menerima gelas dari tangan sahabatnya itu. "Aku boleh nggak numpang sementara di sini?" Tanya Kristal. Dia sedikit tidak enak menyampaikan keinginannya. Namun, dia juga tidak tahu ingin tinggal di mana.
"Apa kamu serius? Tempat kos ku ini tidak terlalu luas. Apa kamu mau tidur di lantai?" Tanya Meilani memastikan.
"Hah, di lantai?" Kristal meneguk salivanya. Bagaimana bisa dia tidur di lantai kalau sehari-hari gadis itu tidur di kasur yang sangat empuk.
"Kamu bisa Kristal. Nggak boleh manja mulai sekarang kamu harus buktikan kalau kamu bisa mandiri." Kristal berbicara dalam hati.
"Kristal," panggil Meilani saat melihat temannya itu tengah melamun.
"Maaf. Apa boleh?" Kristal mengulangi pertanyaannya pada Meilani.
"Boleh. Lalu apa yang akan kamu lakukan besok? Bukankah kamu bekerja di kantor abangmu?"
"Mulai besok aku tidak akan kerja lagi di sana. Apakah kamu tahu di mana aku bisa mendapatkan pekerjaan? Aku sangat membutuhkan uang untuk makan sehari-hari."
Meilani menajamkan telinganya. "Apa aku tidak salah dengar? Bukannya kamu anak konglomerat? Kenapa susah-susah mencari pekerjaan?"
"Aku ingin buktikan pada keluargaku kalau aku bisa tanpa bantuan mereka. Terlebih untuk membuktikan pada bangku kalau aku ini bukan gadis manja seperti apa yang dia katakan."
"Nah, kamu jadi susah sendiri. Kenapa kamu ambil resiko?"
"Sudahlah jangan dibahas lagi. Apa kamu punya informasi lowongan pekerjaan?" Tanya Kristal setengah memohon.
"Ada, tapi apa kamu sanggup bekerja sebagai pelayan di restoran tempat aku bekerja?"
Glek
"Pelayan restoran?" Kristal tak pernah membayangkan akan menjadi pegawai rendahan. Padahal untuk membeli restorannya pun dia mampu dengan kekayaan keluarganya.
"Gimana? Mau nggak?"
"Mau, mau." Kristal mengangguk dengan cepat.
"Ya sudah kamu tidur dulu, besok kita ke restoran tempat aku bekerja. Oh ya, apa kamu bawa ijazah kamu?"
Kristal menunjukkan ijazah yang dia bawa. Meilani menggelengkan kepalanya. "Jangan pakai ijazah sarjana kamu. Mereka tidak membutuhkan karyawan yang berpendidikan tinggi. Yang mereka butuhkan adalah pelayan."
"Baiklah. Apa aku akan tidur di lantai?"
"Tenang saja nanti aku gelar tikar. Maaf untuk sementara nggak apa-apa 'kan?" Tanya Meilani tak enak.
Tak mau menyakiti hati sahabatnya, Kristal mengangguk pasrah.
Keesokan harinya Meilani membangunkan Kristal pada pukul enam pagi. "Bangun, Kris."
Kristal mengerjapkan matanya. "Maaf, aku kesiangan."
"Ayo cepat mandi! Aku akan mengajakku menemui atasanku."
Usai mandi Meilani memberikan setelan hitam putih pada Kristal. "Kamu pakai ini, ya. Aku rasa ukuran kita sama."
Kristal menerima baju dari Meilani dengan ragu-ragu. "Cepat pakai!" Desak Meilani.
Tak lama kemudian Kristal sudah rapi dengan baju seragamnya. Meilani memindai penampilan Kristal. "Pakai sepatuku saja!" Meilani memberikan sepatunya pada Kristal.
"Memangnya kenapa kalau pakai sepatuku?"
"Apa mereka akan menerimamu jika barang yang kamu pakai serba branded?" Terang Meilani. Meskipun Kristal mencebik kesal tapi dia tetap menurut perkataan sahabatnya itu.
"Kita naik apa ke sana?" Tanya Kristal.
"Jalan kaki, tempatnya nggak terlalu jauh kok. Tinggal lewat gang ini aja terus nyampe lokasi." jawab Meilani dengan entengnya.
"Apa?" Kristal mendadak syok. Tapi dia tidak bisa menolak. Karena dia tidak memiliki uang untuk membayar taksi. Sejak keluar dari rumahnya, Kristal meninggalkan dompet dan handphone miliknya itu. Dia tidak mau keluarganya menyeretnya pulang jika sampai mengetahui tempat tinggalnya sekarang.
Sepuluh menit berjalan menuju ke tempat kerja Meilani membuat kaki Kristal terasa pegal. "Kamu jalan kaya gini setiap hari?" Tanya Kristal. Nafasnya terengah-engah karena kecapekan.
"Iya, udah biasa. Nanti kamu juga akan terbiasa."
"Pantas berat badan kamu nggak naik-naik padahal makannya banyak," ledek Kristal.
"Hish jangan suka menyindir."
"Meilani siapa dia?" Tanya Gilang, manager restoran tersebut.
"Pak, anda sudah datang sepagi ini?" Tanya Meilani. "Oh, perkenalkan ini..."
Kristal menyebutkan namanya. "Nama saya Nara." Meilani mengerutkan keningnya lalu bertanya dalam diam pada Kristal.
"Jadi kenapa kamu mengajaknya ke sini, Meilani?" Tanya pemuda yang berpenampilan rapi tersebut.
"Dia ingin melamar kerja di sini, Pak."
Gilang memindai penampilan Kristal. "Apa kamu sebelumnya pernah bekerja?" Tanya Gilang pada Kristal.
"Sudah, Pak. Saya bekerja sebagai sek.... Seksi konsumsi Pak."
Gilang tertawa mendengar jawaban Kristal. "Di mana itu?" Tanya Gilang lebih lanjut.
"Di hotel, Pak."
"Wah kamu cukup berpengalaman kalau begitu. Kebetulan di sini membutuhkan seorang pelayan tambahan, apa kamu bersedia?" Tanya Gilang dengan sopan. Kristal tiba-tiba melamun memandang wajah Gilang yang sangat menenangkan.
"Bersedia, Pak." Kristal membayangkan Gilang sedang menyatakan cinta padanya.
"Kristal, Kristal," panggilan Meilani membuyarkan lamunan sahabatnya itu.
"Selamat, Nara kamu bisa bekerja di sini mulai saat ini. Apa boleh saya lihat surat lamaran pekerjaan kamu?" Gilang meminta berkas yang sedang dipegang oleh gadis yang berdiri di hadapannya itu.
"Ah, bisakah saya perbaiki lagi surat lamaran saya. Saya lupa menyertakan ijazah terakhir saya di sini." Kristal berbohong agar Gilang tidak mengetahui nama lengkapnya.
"Baiklah, serahkan pada saya usai kamu merevisi surat lamaran kamu itu. Meilani kamu bisa mengajari Nara mengenai apa yang harus dia kerjakan."
"Baik, Pak."
Setelah itu Gilang meninggalkan kedua gadis itu.
"Kenapa kamu berbohong?" Tanya Meilani yang sedikit kecewa.
"Aku tidak mau semua orang tahu identitasku yang sebenarnya. Aku ingin mulai kehidupanku sebagai Nara mulai saat ini. Jadi kamu jangan suka protes."
Mulut Meilani komat-kamit menirukan omongan Kristal.
Meilani mulai mengajarkan cara melayani customer. Kristal termasuk orang yang cepat belajar, dia bisa menyesuaikan diri dengan baik.
Hari sudah semakin siang, perut Kristal mulai keroncongan. "Kapan istirahatnya sih?" Gerutu Kristal sambil memegangi perutnya yang terasa lapar. Kristal memutar badan. Tak disangka bibirnya bertabrakan dengan bibir seorang laki-laki. Keduanya membulatkan mata.
Laki-laki itu mendorong tubuh Kristal hingga hampir terjatuh. Untungnya Gilang menangkap tubuh pegawai barunya itu.
"Tidak sopan. Berani sekali kamu menyentuhku. Kulitmu yang dekil itu membuat seluruh tubuhku menjadi gatal."
Kristal mengepalkan tangannya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Apa Kristal akan memukul laki-laki sombong itu dengan tangannya? Ikuti terus ceritanya ya
Jangan lupa kasih like, koment sama hadiah 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Rafanda 2018
ga punya duit,trus sampai gajian gimana makanya torrr
2023-06-21
1
Heru Dwiyantono
lanjutkan
sebagai pelayan retqurqnt
2022-12-10
2
Lina Nur
hadeuh ada2 aja baru jg sehari kerja
2022-11-26
0