Bab 2

Esok harinya Deon menepati janjinya untuk memberikan hadiah, diapun mengajak adiknya ke Mall, melihat senyum Amanda diapun merasa lega. Betapa tahun-tahun ini terasa berat mereka lewati. Selama tiga tahun di SMP, Amanda sama sekali tidak pernah ganti sepatu dan tas. Amanda juga tidak pernah memintanya dan sama sekali tidak mengeluh.

"Kakak kenapa kita ke sini?" tanya Amanda dengan wajah polosnya.

"Beberapa hari lalu kan Kakak bilang mau memberikan kamu hadiah, karena sebentar lagi kamu mulai masuk SMA jadi hadiahnya tas dan sepatu saja ya?" balas Deon.

"Tapi di sini pasti harganya mahal, kita beli di toko pinggir jalan saja," sela Amanda nampak cemas.

"Jangan khawatir, Kakak ada uang kok," bujuk Deon.

Padahal Deon masih sakit kakinya, tetapi demi adiknya dia tetap memaksakan diri untuk berjalan. Dia sesekali meringis, betapa panas dan nyeri setiap otot pada kakinya

"Kakak, aku tahu kakak sakit. Sebaiknya kita pulang saja, aku bisa membeli sendiri kok, nanti kakak cukup beri aku uang," ucap Amanda.

"Tidak, kita sudah terlanjur ke sini jadi harus mendapatkannya. Biar tidak sia-sia kakak menahan sakit ini. Lagian kalau nanti aku beri uang, aku tahu kamu tidak akan jadi membeli malah ditabung," sergah Deon kekeh.

Amanda terdiam, dia adalah anak yang sangat patuh. Tetapi air matanya tiba-tiba menetes, membuat Deon keheranan.

"Kenapa malah menangis?" tanya Deon syok.

"Maafkan aku, maafkan aku karena selama ini selalu merepotkan kakak. Aku tahu kakak sudah berjuang keras sampai kakak melupakan pendidikan kakak sendiri. Aku tahu walau kakak lelah, tetapi kakak tidak tidur dan mencari uang di malam hari," rengek Amanda.

"Heh, kakak ini lelaki. Kelak pun setelah menikah malah tanggungan kakak jauh lebih berat lagi saat memiliki anak banyak. Jangan nangis lagi, nanti dikira aku menyiksamu," bujuk Deon.

"Iya," gumam Amanda mengusap air matanya sendiri.

Ketika mereka menaiki eskalator, di depan mereka ada 3 gadis yang tengah bercanda ria. Penampilan mereka sangat keren bak idol K-Pop.

"Mereka cantik sekali!" gumam Amanda.

"Menurutku adikku jauh lebih cantik," balas Deon.

"Tapi yang di tengah itu, seperti boneka barbie," timpal Amanda.

Deon hanya meringis saja, dia pribadi sama sekali tidak tertarik dengan gadis-gadis manja yang terlihat suka menghamburkan uang orang tua.

"Malam ini aku ke kamar kakak, kalian tahu nggak apa yang aku temukan?" ujar Nanda memancing pembicaraan pada kedua temannya.

"Kalau mau cerita to the point aja!" protes Miska.

"Ho-oh, pakai teka-teki segala, aku malas berpikir!" timpal Queen tak kalah ketusnya.

"Aku menemukan Soju Good Day, lalu aku mengambilnya tiga botol," ujar Nanda bersemangat.

"Ah, aku mau dong," pinta Miska.

"Masa cuma ambil tiga?" sela Queen.

"Adanya cuma tujuh, kalau aku ambil semua matilah aku," sungut Nanda.

Setelah sampai di atas, ketiga gadis itu berjalan ke arah kanan. Sedangkan Deon dan Amanda ke arah kiri.

"Kak, Soju itu apakah minuman keras?" tanya Amanda.

"Kau tak perlu dengarkan hal-hal yang sekiranya tidak perlu kamu dengar. Kelak setelah masuk ke SMA jangan sampai salah pergaulan, bertemanlah dengan murid yang memikirkan masa depan dan yang belajar rajin. Bagaimanapun juga teman bisa berpengaruh," bujuk Deon.

"Iya, Kak," jawab Amanda tersenyum riang.

Deon memilihkan sepatu dan tas yang harganya jutaan, dia tahu bila di SMA favorit kebanyakan anak orang kaya sehingga dia tak ingin adiknya diremehkan bila.

"Kak, ini bisa buat beli 5 tas dan 5 sepatu," bisik Amanda cemas.

"Sudah tidak apa-apa, yang agak mahal dikit biar awet," bujuk Deon.

"Apakah kakak yakin tidak akan kehabisan uang? Apalagi biaya operasi Ibu banyak sekali," ucap Amanda menatap nanar.

"Amanda, yang perlu kamu pikirkan adalah belajar, belajar dan belajar. Untuk urusan yang lain biar kakak yang mengatur, okey?"

Amanda pun reflek memeluk Deon, diapun hanya tersenyum. Betapa dirinya merasa begitu bahagia melihat senyum adiknya.

"Kita cari makan yuk, sesekali makan di sini," ajak Deon.

"Iya," jawab Amanda.

Deon pun betah duduk berlama-lama, sebenarnya untuk mengistirahatkan kakinya.

"Amanda, kalau kamu mau pesan apa tinggal pesan, jangan takut kakak tidak punya uang!" ucap Deon.

"Iya, Kak," jawab Amanda sangat menikmati makanannya.

Memang uang bukan segalanya, tetapi nyatanya tidak punya uang merupakan hal yang paling menyiksa. Terlebih lagi jika memiliki keluarga yang harus dijaga.

"Apakah enak?" tanya Deon.

"Iya," jawab Amanda menganggukkan kepalanya penuh semangat.

"Besok kalau ibu sudah sembuh kita kemari lagi," ucap Deon.

"Iya," balas Amanda berbinar-binar matanya.

Satu jam lebih mereka duduk, setelah dirasa kuat berjalan Deon pun mengajak pulang.

Ketika menuruni eskalator, mereka bertemu lagi dengan ketiga gadis yang tadi. Mereka membawa banyak belanjaan, dari merk terkenal yang harganya puluhan bahkan ratusan juga.

"Ah aku kesal, lagi asyik-asyiknya belanja malah diganggu kakak!" gerutu Nanda.

"Paling dia marah karena kamu ambil Soju nya, kalau aku sih dikembalikan atau tidak sama-sama kena omel, jadi lebih baik kita minum saja," ujar Miska.

"Benar jangan kembalikan, sebaiknya kita langsung ke rumah aku saja, kalau enak pesan lagi!" timpal Queen.

"Enak banget jadi Queen sih, bebas mau melakukan apa saja. Sedangkan aku? Ada kakak aku yang tukar ngatur-ngatur," balas Nanda.

"Dan gak usah ambil pusing, matikan ponselmu dari mari kita pulang ke rumah Queen," bujuk Miska.

Deon hanya geleng-geleng kepala melihat pergaulan tiga gadis yang menurutnya masih kecil itu.

"Mereka pasti orang kaya," gumam Amanda.

"Kau iri pada mereka?" tanya Deon.

"Tidak, walau sederhana aku sudah bahagia. Cita-citaku salah menjadi orang sukses, kelak aku ingin membahagiakan ibu dan juga Kakak," sergah Amanda.

"Baguslah, jangan pernah iri pada orang lain. Karena semua itu hanya akan menghalangi kita dari rasa bersyukur dan pada akhirnya kita tidak akan bahagia. Lagi pula kita tidak tahu kehidupan mereka yang sebenarnya seperti apa, bisa jadi mereka berlipat dalam materi tetapi ada hal lain yang menyakitkan. Karena namanya manusia hidup tidak ada yang sempurna," ucap Deon sembari mengelus kepala Amanda. " Dan satu hal lagi, kelak jika ada teman yang mengajak kamu sesuatu yang sekiranya buruk kamu jangan takut menolak!"

"Iya, aku akan selalu mengingat nasihat kakak. Terima kasih telah menjadi kakak terbaik," balas Amanda.

"Oh iya, sebaiknya ibu dibelikan makanan apa ya?" gumam Deon meminta pendapat.

"Ibu lagi tidak enak makan, kesukaan ibu roti tawar dan selai stroberi yang dipanggang. Sama belikan buah pir aja," saran Amanda.

"Oke, kalau kamu mau beli apa lagi?"

"Tidak, semua ini sudah cukup," tolak Amanda tahu diri.

Terpopuler

Comments

@m££R@

@m££R@

wouw ... dr awal baca bikin pnasaran lanjut thor🙏

2022-11-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!