5. HAMIL

Sejak menerima suntikan inseminasi buatan pada rahimnya, Mikaila menjalani hari-hari seperti biasanya. Semangatnya untuk mencari sang suami membuatnya tidak menyerah walaupun sangat nihil hasilnya.

Ia sendiri belum bekerja karena sampai saat ini tidak ada panggilan interview dari sekolah manapun di mana ia sudah mengirim CV lamaran.

Lagi pula ia tidak merasa kuatir dengan keadaan finansial karena uang yang ada di Bank seakan tidak punya nomor seri yang selalu saja ada setiap kali ia melakukan penarikan di ATM.

"Dia selalu mengirim ku uang tapi mengapa dia tidak pernah menghubungi aku sekalipun. Nomor kontaknya sendiri tidak bisa dihubungi.

Aku memang butuh nafkah lahir darimu Zefran, tapi aku juga butuh perhatianmu setidaknya aku tahu keadaanmu saat ini." Gerutu Mikaila lalu masuk lagi ke dalam mobilnya.

Mikaila selalu membeli apa saja yang ia inginkan termasuk mobil mewah yang saat ini sedang ia kendarai. Gayanya yang awalnya sederhana seperti gadis kampung pada umumnya kini lebih nyentrik seperti gadis-gadis kota besar yang memamerkan kelas sosial mereka.

Mikaila terus membawa kendaraannya hingga ia berhenti di salah satu kedai makanan yang membuat ia begitu tergiur untuk mencoba makanan khas Bogor itu.

"Sepertinya soto Bogor itu enak. Aku ingin menyicipi soto itu." Mikaila memarkirkan mobilnya dibantu sang Abang tukang parkir yang berjaga di depan kedai soto Bogor tersebut.

Tidak butuh waktu lama menunggu, akhirnya pesanannya datang. Liurnya tiba-tiba terbit begitu saja saat aroma harum soto Bogor itu menyeruak mengendus ke hidungnya.

Mikaila menambahkan sambal dan jeruk nipis ke dalam sotonya dan mulai merasakan kesegaran soto tersebut.

"Sepertinya kurang pedas, sebaiknya aku tambahkan lagi sambalnya." Lirih Mikaila.

Sudah berapa sendok yang ia ciduk dari tempat sambal itu yang sudah dipindahkan ke dalam mangkuknya membuat rasanya tidak pedas sama sekali.

Melihat cara makannya Mikaila yang terkesan ekstrim, seorang ibu muda dengan anaknya menegur Mikaila.

"Mbak! apakah anda saat ini sedang hamil?"

Mikaila menatap wajah cantik wanita di depannya lalu tersenyum.

"Aku tidak sedang hamil. Aku hanya ingin makan makanan pedas saja." Ujar Mikaila ramah.

"Tidak mungkin mbak! Yang makan sebanyak itu hanya perempuan hamil karena pengaruh hormon kehamilannya."

Ujar wanita muda itu kekeh dengan argumennya.

"Hamil...? suami saja kabur entah ke mana, mana mungkin aku bisa hamil. Ngaco aja nih cewek." Batin Mikaila malas mengomentari perkataan wanita muda itu.

"Percayalah padaku mbak, saat ini kalau mbak itu sedang hamil. Kalau tidak percaya, silahkan beli respect. Sebelah kedai ini ada farmasi, jadi anda bisa membelinya. Apa salahnya lakukan tes sederhana itu, nggak capek ko." Ucapnya lalu pamit dari Mikaila usai menghabiskan soto mie Bogor miliknya.

Mikaila hanya mengangguk dan melanjutkan lagi makannya. Tapi, ia mulai merasa terganggu dengan ucapan wanita muda itu walaupun hatinya menolak mempercayainya.

Diam-diam Mikaila iseng berkunjung ke toko farmasi yang ada di sebelah kedai soto mie Bogor itu. Ia membeli alat tes kehamilan itu untuk membuktikan sendiri ucapan wanita muda itu.

Setibanya di apartemen, Mikaila membuka kemasan testpack itu dan mulai mengikuti petunjuk penggunaannya.

"Apa salahnya mencoba, walaupun tidak akan terbukti juga sih." Tawanya sambil menunggu hasil dari testpack itu.

Sekitar lima menit, akhirnya Mikaila mengambil testpack itu dan melihat tanda garis yang tertera di alat tes kelamin itu.

Wajahnya seketika pucat dengan tubuh gemetar hebat. Jantungnya tidak tahu lagi seperti apa saat ini. Testpack itu digenggam dengan kuat. Perasaannya makin tidak menentu dengan pikiran yang terus mengembara entah ke mana.

"Tidak mungkin..! Aku tidak mungkin hamil. Ini anak siapa ya Allah? bukankah selama ditinggal Zefran, haid ku teratur dan hanya bulan ini saja yang terlambat tapi aku pernah mengalaminya waktu masih gadis." Gumam Mikaila lirih.

Dua testpack yang dicobanya sama-sama menunjukkan hasil yang positif. "Berarti alat ini tidak salah, akunya yang benar-benar hamil."

Mikaila keluar dari kamar mandi. Berjalan dengan langkah gontai menuju kasur empuknya. Ia menghempaskan tubuhnya merasakan kepedihannya tanpa suami yang bisa ia ajak untuk berbagi.

"Ya Allah! Aku tidak merasakan mual maupun pusing. Tapi aku akhir-akhir ini hanya ingin makan makanan pedas dan asam. Tapi kenapa bisa aku hamil.

.Bagaimana kalau aku bertemu dengan Zefran dan dia malah menuduh aku selingkuh dan mencampakkan aku setelah tahu aku hamil anak laki-laki lain."

Mikaila menangis sendirian. Ia masih sulit berpikir saat ini untuk mengurutkan kembali kegiatannya yang selama ini ia lalui.

Rasa takutnya pada sang suami yang akan membuat mereka akan berpisah, jika mengetahui dirinya hamil. Dan sialnya ia sendiri tidak mengetahui siapa ayah dari anak yang ia kandung.

Gadis ini menangis semalaman hingga ia tertidur. Ia baru terjaga saat alarm ponselnya berbunyi menunjukkan waktu pukul 2.30Wib.

Mikaila selalu rutin melakukan sholat tahajud untuk meminta petunjuk dari Allah untuk kemelut hidupnya yang saat ini ia hadapi. Hanya dengan mengandalkan petunjuk Allah agar ia bisa menemukan suaminya.

Mikaila bangun membaca doa bangun tidur mengusap matanya dan turun dari tempat tidur untuk membersihkan diri. Dalam waktu dua menit, ia sudah mempersiapkan dirinya dengan memakai baju terbaik untuk bertemu dengan Allah, Tuhan penciptanya.

Usai menunaikan ibadah sholat tahajud dan witir, Mikaila melanjutkan membaca Alquran untuk berkomunikasi dengan Robb-nya.

Setelah cukup membaca surat cinta Allah itu, Mikaila mulai menggunakan lagi nalarnya untuk memikirkan mengapa ia bisa hamil.

Pikirannya langsung tertuju pada dokter yang saat itu sedang memeriksa organ intimnya dan dia mengingat dengan jelas, kalau dirinya saat itu mendapatkan suatu suntikan obat yang disuntikkan ke dalam rahimnya.

"Astaga!" Dokter itu. Dia pasti salah orang. Mungkin suntikan itu berisi sp**ma beku yang harusnya ditujukan pada seorang istri yang sedang menjalani proses bayi tabung. Astaga aku pernah membaca artikel tentang proses bayi tabung."

Mikaila merasa itu adalah suatu petunjuk dari Allah. Hatinya kembali kuat. Ia mulai menyusun rencana untuk bisa menuntut rumah sakit itu yang telah melakukan kesalahan kepadanya.

"Baiklah. Aku tidak tahu ke depannya mau melakukan apa pada calon janin ini, yang jelas aku ingin tahu siapa pemilik dari janin yang aku kandung ini." Ujar Mikaila memantapkan hatinya untuk mengetahui siapa ayah dari anak yang ia kandung.

Keesokan paginya, Mikaila sudah bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit dengan membawa testpack sebagai bukti bahwa saat ini dirinya hamil bukan dari benih suaminya.

Setibanya di rumah sakit, Mikaila melakukan registrasi sebagai pasien hamil yang ingin melakukan konsultasi. Namun sebelumnya ia ia ingin memastikan nama dokter yang sudah melakukan inseminasi buatan itu pada dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!