Zefran segera memutuskan obrolannya dengan istrinya saat suara Hesty ikut masuk ke dalam obrolan mereka.
"Bisakah kamu bersikap sopan padaku sebentar saja?"
Zefran menepis tangan Hesty dari pinggangnya.
"Kamu sedang bicara dengan siapa?"
"Bukan urusanmu!"
"Tentu saja jadi urusanku juga karena sebentar lagi kita akan menikah."
"Itu baru rencana dan kita belum terikat pernikahan!"
Tatapan mata tajam Zefran menyeruak masuk kedalam hati Hesty yang tersentak.
"Maafkan aku!"
Wajah itu menunduk lesu karena salah memahami hubungan mereka yang masih abu.
"Jaga batasan mu! Pernikahan ini hanya sebuah hubungan bisnis bukan berlandaskan cinta."
Zefran melangkah menuju ke tempat parkiran mobilnya yang berderet dengan model dan brand ternama seperti layaknya showroom mobil yang ada di garasinya.
"Sial! Anak itu selalu kabur di saat aku sedang menerima tamu." Umpat tuan Noya geram.
"Hesty! Di mana nak Zefran?" Tanya ayahnya sambil tersenyum pada putrinya yang terlihat cemberut.
"Dia pergi dengan mobilnya, Hesty tidak tahu ke mana tujuannya."
"Mengapa putramu bertindak tidak sopan di saat kami datang untuk membahas rencana pernikahan mereka?"
Celetuk tuan Anggoro.
"Biarkan dia menjadi urusanku tuan Anggoro. Kita cukup menentukan tanggal pernikahan mereka saja dan setelah itu, kita hanya meresmikan pernikahan anak-anak kita." Sahut tuan Atalla tidak enak hati.
"Baiklah. Kalau begitu segera menikahkan mereka agar aku bisa tenang menjalani hari tuaku." Ujar tuan Anggoro yang memilki klan besar di jaringan mafia bersama dengan tuan Noya.
"Baik tuan Anggoro. Kalau begitu silahkan ke ruang makan! Kami sudah menghidangkan makan malam untuk kita!" Ujar tuan Noya.
"Tidak perlu! Perbuatan putramu sudah menghilangkan selera makan ku."
Tuan Anggoro berdiri dan pamit dari hadapan tuan Noya dan Nyonya IFA.
Tuan Noya tidak bisa memaksa lagi calon besannya ini. Ia sangat paham dengan tingkah tuan Anggoro yang tidak ingin mendengar bujukan apapun dari seseorang saat hatinya kecewa.
Pasutri itu mengantarkan tuan Anggoro bersama putrinya Hesti yang sedang menggandeng lengan ayahnya menuju mobil mereka.
"Sekali lagi, maafkan sikap putra saya, tuan Anggoro!"
Tuan Noya menundukkan kepalanya dengan tubuh setengah membungkuk untuk menyampaikan penyesalan mendalamnya karena tidak bisa mengendalikan putranya.
Mobil hitam mewah itu melesat dengan cepat meninggalkan kediaman keluarga Tuan Noya.
Sang diktator ini segera menghubungi anak buahnya untuk menangkap putranya dan membawa pulang Zefran.
"Ayah! Jangan terlalu berlebihan seperti itu pada Zefran! Dia akan minggat lagi seperti yang sudah-sudah karena ayah terlalu keras pada putra kita." Protes nyonya IFA.
"Kalau aku tidak keras padanya, bagaimana mungkin dia bisa menggantikan aku sebagai raja Mafia?"
Seorang mafia harus bersikap tegas dan jangan mudah lemah pada kondisi apapun, atau musuh akan menembaknya mati dan merebut kekuasaannya."
"Apakah di isi kepalamu hanya ada kerajaan bisnis hingga lupa akan ikatan antara keluarga?"
"Keluarga nomor dua jika kau ingin mempertahankan kekuasaan mu agar tidak mudah ditindas oleh orang-orang yang memanfaatkan kelemahan mu dan aku tidak mau jika putraku terlalu jauh terperosok ke dalam jurang kasih sayang karena itu akan melemahkan dirinya."
"Baiklah. Terserah ayah! Sifat keras kepalamu ini akan terbentur dengan Kenyataan yang suatu saat nanti membuatmu menyesal." Ungkap nyonya IFA sambil menikmati makanannya yang sudah terasa hambar karena suasana hatinya sedang buruk.
...----------------...
Satu bulan berlalu, tidak ada lagi konfirmasi apapun dari Zefran untuk istrinya hingga menjelang pernikahannya dengan Hesty yang sebentar lagi akan di adakan di salah satu resort mewah di Bali.
Kegelisahan Mikaila makin menjadi karena janji suaminya yang tidak ditepati jika dirinya akan dijemput untuk diperkenalkan kepada keluarga besar lelaki itu.
"Apakah Zefran sedang menipuku? Apakah dia sudah memiliki kekasih lagi dan aku akan dicampakkan? bukankah malam itu aku mendengar suara wanita yang menyebutkan kalau dia adalah... astaga! benar, suara itu menyebutkan kalau dia adalah calon istrinya suamiku. Itu berarti sebentar lagi aku akan di madu."
Mikaila membekap mulutnya mengingat ucapan samar itu tertangkap oleh pendengarannya. Apa lagi saat ini suaminya sama sekali tidak ingin menghubunginya lagi.
"Ya Allah. Apakah aku akan segera dimadu? bagaimana dengan statusku...hiks... hiks!"
Bulir bening itu luruh begitu saja melewati pipi mulusnya. Ia merasa sangat malu pada tetangganya yang mulai membully dirinya.
"Tidak! Zefran tidak akan tega menipuku. Dia sudah berjanji padaku akan membawaku ke kota Jakarta. Dia juga sudah berpesan agar aku tidak terpengaruh dengan gosip tetangga. Dia suamiku dan aku harus percaya kepada-nya. Jika dia berbohong, itu urusannya dengan Allah.
"Gumam Mikaila lirih.
Ia merapikan lagi tempat tidurnya yang sempat tertunda karena sempat melamun.
Hari yang dinantikan oleh keluarga besar tuan Noya dan Anggoro akhirnya terwujud juga.
Pesta pernikahan itu berlangsung meriah. Pasangan pengantin yang sedang berdiri menerima ucapan selamat dari para tamu yang berasal dari high class.
Wajah kelam Zefran terlihat datar tanpa kata yang terucap dari bibirnya. Pikirannya saat ini hanya tertuju kepada satu wanita yang saat ini sangat ia rindukan.
Ia berharap, pesta pernikahan segera usai karena moodnya sudah tidak lagi diajak kompromi hanya untuk menyenangkan hati keluarganya.
"Zef!"
"Hmm!"
"Tolong bersikap manis sedikit dengan tamu! Apapun masalahmu, tolong tetap bersikap wajar dan jangan biarkan amarahmu mengusai perasaanmu." Ujar Hesty setengah berbisik pada sang suami.
"Kau dan keluargaku yang menginginkan pernikahan ini, bukan aku. Jadi tolong jangan memaksa aku bersikap manis pada tamu undangan karena itu bukan masalahku." Ujar Zefran ketus.
"Terserah! Apapun yang kamu katakan padaku tidak merubah statusmu saat ini bahwa kamu adalah suamiku yang sah."
"Kau terlihat sangat menyedihkan. Aku sendiri tidak menginginkan dirimu. Pernikahan ini hanya sampah yang akan aku buang suatu hari nanti, Hesty!"
"Itu berarti sama saja kamu sedang menyerahkan semua yang dimiliki oleh keluargamu pada keluargaku karena apapun yang keluargamu miliki pada dasarnya berasal dari ayahku. Putuskan sendiri pilihanmu berada di jalanan seperti pengemis atau mau tidak mau menerima aku sebagai istrimu. Apa lagi persyaratan mutlak dari perjanjian yang dibuat oleh ayah kita adalah seorang anak. Tanpa anak, kau tidak akan pernah mendapatkan kemewahan ini dari keluargaku." Ucap Hesty untuk menakuti Zefran.
"Kamu kira aku akan menginginkan kekuasaan dan harta ayahmu? Ambil semuanya karena aku tidak membutuhkan itu."
Nafas Zefran terdengar memburu menahan amarahnya yang makin memuncak.
Tamu mulai berkurang dan Zefran segera keluar dari acara tersebut menuju ke kamarnya untuk menatap pantai yang terhampar luas sejauh mata memandang.
Ancaman dari ayahnya yang akan mencelakakan istri pertamanya jika ia tidak memenuhi permintaan sang ayah, membuat Zefran tidak lagi menghubungi Mikaila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments