3. Mengenang!

Tiga bulan berlalu begitu melelahkan untuk sebuah penantian dengan janji yang tidak bisa ditepati oleh sang suami pada dirinya.

Gunjingan tetangga makin memicu Mikaila untuk segera pergi dari kampungnya untuk mencari sang suami tanpa alamat yang harus ia tuju.

Bermodalkan nekat dengan keyakinan yang ada, Mikaila akhirnya memutuskan untuk berangkat ke Jakarta dengan membawa uang yang cukup banyak yang ditinggalkan suaminya untuk dirinya.

Baik uang tunai maupun debit card atas namanya yang dibuat oleh sang suami agar kebutuhannya tetap terpenuhi.

Mikaila yang tidak pernah memeriksa saldo rekening saat suaminya memberikan kartu itu padanya tanpa buku ketika hendak pamit ke Jakarta.

Ia hanya di minta untuk memasukkan PIN sesuai dengan tanggal pertemuan mereka pertama kali di mana Mikaila saat itu sedang membawa barang namun tertinggal di bis.

Dan kebetulan, Zefran yang saat itu menjadi penumpang terakhir menurunkan barang itu bersamanya.

Mikaila tersenyum mengenang itu semua. Ia hampir bersitegang dengan Zefran gara-gara lelaki itu diam saja saat di tanya Mikaila.

Flash back!

"Permisi Tuan!"

Sapa Mikaila begitu melihat Zefran sedang duduk di halte pemberhentian bis.

Zefran hanya menatap wajahnya sebentar lalu kembali menatap ponselnya.

"Hallo tuan! Maaf, apakah itu barang saya?" Tanya Mikaila sambil menunjuk ke arah kardus kecil di sebelah kanannya Zefran.

Zefran hanya mengangkat kedua bahunya tanpa mengangkat wajahnya.

"Oh ternyata kamu gagu. Maaf ya tuan, aku tidak tahu kalau kamu cacat fisik." Sindir Mikaila cuek.

Ia lalu mengambil barang bawaannya yang ada di samping Zefran. Mikaila berjalan cuek tanpa mengatakan sepatah katapun pada Zefran.

"Hei gadis idiot!"

Bentak Zefran membuat Mikaila menghentikan langkahnya. Iapun segera membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah Zefran yang sedang menatapnya tajam.

"Astaga! Aku kira kamu gagu tuan, rupanya kamu bisa bicara dengan lugas. Terimakasih sudah menyelamatkan barang ini." Acuh Mikaila melanjutkan lagi langkahnya untuk mencari taksi.

"Hei! Berhenti! Kau harus minta maaf padaku gadis nakal."

"Cih! Kau yang tidak sopan! Di tanya diam saja. Di katakan gagu nggak terima. Sekarang, nyalahin saya. Dasar cowok nggak jelas!" Umpatnya Mikaila.

Gadis ini menghentikan taksi yang sedang melintas. Zefran menarik tangannya Mikaila ketika taksi itu berhenti.

"Lepaskan! Ada apa denganmu?" Mikaila berusaha menarik lengannya karena dicekal oleh Zefran.

"Nona! Jadi nggak mau naik taksinya?" Tanya sopir yang melihat pasangan di depannya sedang tarik menarik.

Zefran menghampiri taksi itu sambil merogoh kantongnya untuk mengeluarkan uang seratus ribu dan menyerahkan kepada sopir taksi itu.

"Jalan saja pak! Istriku mau kabur dariku." Ujar Zefran acuh.

"Kau..!"

"Bertengkar nya jangan di jalan bang! bila perlu di kamar." Canda sopir taksi itu, lalu melanjutkan lagi mencari penumpang.

"Hei..! Dia bukan...?" Kata-kata Mikaila tercekat saat sopir taksi itu kabur dari mereka.

Mikaila Berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan Zefran yang masih kuat menahannya pergi.

"Kau mau apa, hah..?"

Bentak Mikaila sengit.

"Di mana rumahmu..?"

"Untuk apa menanyakan rumahku..?"

"Untuk melamarmu!" Ujar Zefran serius.

"Kamu kira aku ini kambing..? Beli langsung di bawa pulang."

"Itu pikiran bodohmu!" Sungut Zefran.

Tidak lama, mobil mewah berhenti di depan mereka. Sopir itu turun sambil membungkuk dan membuka pintu mobil untuk Zefran.

"Maaf bos! Saya terlambat."

"Masuklah! Aku akan mengantarmu pulang." Ujar Zefran.

"Tidak..aku tidak mau. Kau pasti ingin membawa kabur diriku. Hiih..! Jangan.. jangan kau seorang psikopat." Ujar Mikaila sambil bergidik.

"Sekali lagi kamu menghinaku, aku akan menciummu!" Ancam Zefran terlihat kesal.

Mikaila menggeleng kepalanya dengan sangat cepat.

"Tolong maafkan aku! Dan biarkan aku pulang."

Mikaila mengatupkan kedua tangannya memohon kepada Zefran yang hampir ngakak melihat wajah polos Mikaila.

"Iya, aku memang mau mengantar kamu pulang. Sebutkan alamat rumahmu." Ujar Zefran.

Mikaila menyebutkan alamat rumahnya dalam beberapa menit kemudian, mobil itu sudah berhenti di depan rumah besar milik mendiang kedua orangtuanya Mikaila.

"Terimakasih tuan atas tumpangannya!"

Mikaila segera turun dari mobil mewah itu dan iapun menarik kopernya tapi koper itu langsung di bawah oleh Zefran.

Mikaila hanya menenteng barangnya yang tadi sempat tertinggal berupa satu buah kardus. Itupun di ambil oleh sopir Zefran. Dua lelaki itu membawa barangnya ke dalam teras rumah Mikaila.

"Terimakasih Tuan...?"

Mikaila menunggu Zefran menyebutkan namanya sendiri.

"Iya namaku...?"

Cek...lek!

Pintu itu di buka oleh kakak iparnya Mikaila.

"Mikaila! kamu sudah pulang dan ini siapa..?"

"Kenalkan kak! Namaku Zefran..dan aku kekasih dari Mikaila.

"Oh sit! Sajak kapan kita ..!"

Zefran merangkul pundak Mikaila agar gadis ini diam.

Ika tersenyum malu melihat kemesraan pasangan yang ada di depannya.

"Mikaila! Ajak kekasihmu masuk!"

"Tapi dia bukan...?"

Zefran menatap tajam wajah Mikaila yang terlihat bingung dengan aksi nekat Zefran padanya.

Zefran masuk ke dalam rumah Mikaila yang cukup besar itu. Rumah dengan gaya interior klasik alias rumah jadul masih terawat dengan baik.

"Kamu ini mau apa sih tuan?" Ko tiba-tiba jadi aneh begini."

Keluh Mikaila pada Zefran yang terlihat duduk dengan acuh di hadapannya.

"Bukankah aku sudah bilang ingin melamarmu. Aku serius dengan ucapan ku dan sekarang jangan tanyakan lagi."

"Tapi kita berdua itu hanya salah paham dan kenapa tiba-tiba jadi serius begini." Keluh Mikaila gusar.

Ika keluar membawa tiga cangkir minuman yang berisi dua kopi dan satu teh hangat. Mikaila mengambil satu persatu minuman itu dan diletakkan sesuai tempat duduk mereka berdua.

"Maaf! Kenalkan nama saya Ika. Saya adalah kakak iparnya Mikaila ." Ujar Ika.

"Saya datang ke sini ingin melamar Mikaila menjadi istri saya. Apakah saya boleh bertemu dengan kakak ipar..?"

"Jam segini suamiku belum pulang. Paling sekitar jam delapan baru pulang."

"Apakah kakak ipar masih kerja?"

"Iya Zefran!"

"Suamiku kerja di bengkel. Pulangnya suka malam."

"Baiklah. Tidak apa, besok saya akan datang lagi untuk melamar Mikaila."

"Cih! Tiba-tiba saja so akrab, padahal kenalan saja belum." Batin Mikaila.

"Baiklah! Nanti saya akan sampaikan kepada bang Hanan dan adik ipar saya Hanna untuk menyambut kedatangan kalian melamar adik saya Mikaila." Ujar Ika bahagia.

Zefran lalu pamit kepada Mikaila dan kakak iparnya.

"Sayang! Besok aku akan datang lagi. Oh iya boleh aku pinjam ponselmu?"

"Untuk apa?"

"Aku ingin memasukkan nomor kontak ibuku, mungkin kamu ingin mengobrol dengannya." Pinta Zefran.

"Tapi aku...!"

"Berikan saja Mikaila! siapa tahu calon mertuamu itu ingin menanyakan hal penting padamu.

Mikaila makin greget dengan sikap Zefran yang semau gue.

Ia menyerahkan ponselnya pada Zefran dengan bibir mengerucut.

"Nih!"

Zefran segera memasukkan nomor kontaknya ke dalam ponselnya Mikaila dan menghubungi nomornya sehingga nomor Mikaila tersimpan di ponselnya.

"Ini sayang, terimakasih!"

Zefran pulang dengan nafas lega. Mikaila langsung masuk ke kamarnya tanpa ingin mengantar tamunya ke depan.

Mikaila mengintip dari balik jendela kamarnya sampai mobil Zefran meninggalkan rumahnya.

"Ya ALLAH. Mimpi apa aku hari ini bertemu dengan lelaki seaneh itu. Tapi dia sangat tampan. Apakah ucapannya serius ingin melamarku?" Lirih Mikaila.

Dreetttt...

Mikaila melihat panggilan itu dengan nama Hubby.

"Apaa....?" Benar-benar gila itu orang dengan menulis namanya dengan hubby." Gerutu Mikaila makin meradang.

"Sayang! Aku serius ingin melamar kamu besok." Ucap Zefran.

"Dasar gila!"

"Aku gila karena kamu sayang!"

Tuttt....

Mikaila memutuskan obrolan mereka secara sepihak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!