Bab.5

***

Soraya semakin naik pitam ketika Milda semakin merendahkannya.

"Jaga bicaramu, sudah tahu suamimu jatuh cinta kepada wanita lain, ya sudah, kamu tinggal cari pria lain juga. Milda, kamu itu cantik, berpendidikan, disayangi banyak orang. Kenapa juga kamu harus marah hanya karena ditinggalkan oleh satu pria, masih banyak pria lain di luar sana," cibir Soraya.

Milda melangkah mendekat ke arah Soraya, hingga jaraknya dan Soraya begitu dekat. Ditatapnya wanita itu dengan tajam.

"Bagi seorang istri, dia hanya ingin dicintai oleh satu pria, yaitu suaminya. Kalaupun ada yang harus sadar, itu adalah kamu. Begitu banyak pria single di luar sana, tapi kamu memilih pria beristri untuk dijadikan pasangan. Menatapmu sekarang membuatku seolah seperti sedang melihat tumpukan sampah yang membusuk dimakan oleh anjing liar," desis Milda.

"Berani-beraninya kau!" Soraya hendak mendaratkan satu tamparan namun langsung ditangkis oleh Milda.

"Aku datang kemari bukan untuk meminta kamu melepaskan suamiku, karena bagiku, pria seperti Devan tidak pantas untuk diperjuangkan. Aku hanya ingin kamu tahu, meskipun kamu merebut suamiku, aku baik-baik saja, aku masih bisa berdiri di atas kakiku sendiri. Sementara kamu, akan mendapatkan julukan sebagai seorang pelakor di muka umum dan bahkan ketika nanti kalian mempunyai anak, semua orang akan menyebut anakmu sebagai anak dari hasil merebut suami orang," ucap Milda tegas.

Milda menghempaskan tangan Soraya ke udara, lalu membalikkan tubuh, pergi meninggalkan rumah tersebut. Meski tidak puas, tetapi Milda merasa sedikit lega karena bisa melampiaskan kekesalannya kepada Soraya.

Merasa kesal karena mendapat hinaan yang cukup menyakitkan dari Milda, Soraya melangkah menghampiri Milda yang sudah berjalan sampai ke teras rumahnya.

"Aku tidak peduli apapun yang kamu katakan, besok kami akan menikah dan aku akan pastikan dia menjadi milikku seutuhnya!"

Langkah Milda terhenti, dia menoleh kebelakang dan melihat Soraya yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Ck, segitu bangganya kamu menjadi simpanan? Ya, barang murah memang selalu banyak diminati, apalagi diskon besar-besaran." Milda berdecak sekaligus melontarkan cibiran.

Tatapan sinis dan dingin Milda, membuat Soraya kembali terdiam. Dia tidak tahu jika ternyata istri dari kekasihnya bukanlah wanita bisa di remehkan. Di ambang pintu rumahnya, Soraya hanya bisa terdiam sambil memandangi kepergian Milda dengan taksi.

***

Saat taksi yang membawa Milda mulai melaju, akhirnya air matanya kembali pecah. Dia hanya berpura-pura kuat dan tegar di hadapan semua orang, termasuk Soraya. Padahal hatinya begitu sakit, apalagi saat mendengar pernikahan Soraya dan Devan besok.

"Aku pikir tidak akan sakit, ternyata sakit sekali. Tega sekali kamu Dev." Milda merintih dalam hati.

Supir taksi yang sedang fokus menyetir tak henti-hentinya menoleh kebelakang, namun ragu untuk bertanya, karena itu adalah privasi dari penumpangnya.

"Nona, kita kita pulang ke apartemen Anda?" Tanya supir taksi membuyarkan lamunan Milda.

"Tidak Pak, antar saya sebentar ke rumah saya di jalan Melati nomor 7," jawab Milda sambil menyeka air matanya.

Begitu sampai di rumah, Milda tampak ragu untuk turun saat melihat mobil devan terparkir di halaman. Namun jika tidak masuk kedalam rumah, dia tidak bisa mengambil pakaiannya.

"Pak tunggu di sini sebentar, ya, saya mau mengambil sesuatu," pinta Milda pada supir taksi.

Milda melangkah tanpa ragu masuk ke dalam rumah yang kebetulan tidak terkunci. Suasana tampak sepi seperti biasa, dia yakin saat itu suaminya mungkin sedang mandi atau berbaring di dalam kamar.

Begitu sampai di depan pintu kamarnya, Milda kembali ragu untuk membuka pintu tersebut. Namun dia kembali berpikir, kenapa dirinya harus takut bertemu dengan Devan, karena bukan dirinya yang bersalah.

Klek!

Pintu kamar itu akhirnya terbuka. Milda menghela napas lega, karena sepertinya Devan sedang mandi. Langsung saja dia membuka lemari untuk mengambil beberapa pakaian dan uang tabungannya sebagai modal selama seminggu di apartemen Rania.

Saat tengah mengambil beberapa pakaian, Milda tiba-tiba menghentikan aktivitasnya, melihat cincin kawin yang masih melingkar di jari manisnya.

"Tidak ada gunanya lagi aku memakai ini." Milda bergumam, lalu melepaskan cincin itu dan langsung dilemparkan ke atas tempat tidur.

"Milda."

Mendengar suara Devan, Milda langsung berbalik dengan wajah panik, dia tidak menyangka Devan akan keluar secepat itu.

"Em ... aku mau mengambil beberapa pakaian, aku akan tinggal di apartemen Rania satu minggu ke depan," ucap Milda pelan.

Tiba-tiba suasana di antara mereka menjadi canggung satu sama lain. Apalagi Devan yang merasa sangat bersalah karena menyakiti Milda, namun tidak punya niat baik untuk memperbaiki.

"Baiklah, tapi kamu harus tetap pulang dan tinggal di sini, mau bagaimana pun kita masih suami istri," jawab Devan dengan suara yang terdengar sumbang di telinga Milda.

Milda tersenyum, entah mengapa sekarang dia sangat muak jika berhadapan dengan Devan. Cinta itu mungkin masih ada, tapi tertutupi rasa sakit yang tak bertepi.

"Aku dengar kamu dan wanita itu akan menikah besok. Apa sedangkal itu arti pernikahan kita di matamu? Kamu boleh menikah tapi setidaknya setelah melepas aku."

Devan mendekati Milda dengan raut wajah bingung, lalu berkata, "Tunggu dulu, jadi kamu menemui Soraya?"

"Iya, aku melampiaskan semua yang aku rasakan saat ini kepadanya. Kalian benar-benar sudah merusak mimpi indah yang aku bangun di pernikahan ini. Kamu dan wanita murahan itu sama jahatnya"

Devan meraih tangan Milda dan mencengkeramnya dengan erat. "Kamu tidak punya hak untuk menghinanya, aku yang meminta dia menjadi kekasihku. Dia tidak bersalah!" Bentak Devan

Mata Milda kembali berkaca-kaca, rasa sakit dari cengkraman tangan sang suami di pergelangan tangannya tidak lagi terasa. Karena rasa sakit di hatinya lebih dari itu.

"Kenapa kamu begitu perduli kepadanya?" Tanya Milda.

"Karena aku mencintainya. Pagi, siang sampai malam aku selalu mencintainya. Dan kamu datang menyakiti hatinya, jangan pernah salahkan dia. Menyakitinya sama saja kamu menyakiti aku!"

Devan berbalik hendak melangkah keluar dari kamar itu, namun langkahnya terhenti dan kembali berbalik melihat Milda dan kembali berkata, "Soraya adalah sandaran terhebatku dan dia adalah prioritasku sekarang."

"Dia hanya orang baru yang datang ke kehidupan kamu, dia tidak tahu rasanya tinggal di apartemen kecil, dia tidak tau rasanya menemani kamu mencari investor dari kota ke kota dan dia tidak tahu rasanya menjadi aku!" Milda berkata dengan suara bergetar.

"Stop Milda! Aku menolak untuk terus disalahkan, semua sudah terjadi dan aku akan tetap menikahinya." Devan melangkah cepat meninggalkan kamar itu.

Hati yang sudah hancur, kembali dihantam bertubi-tubi oleh kenyataan yang tidak ingin Milda dengar. Tetapi mendengar bagaimana Devan menjabarkan semuanya, membuatnya terduduk lemas di lantai kamar. Sekujur tubuhnya bergetar hebat, sungguh Milda ingin segera mengakhiri pernikahan itu.

"Aku kira kamu menganggapku rumah, tapi ternyata aku tidak lebih dari sebuah rumah singgah yang bisa saja kamu tinggalkan dan berpindah ke tempat yang lain," gumam Milda.

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

semangat terus💪💪💪💪, tar disaat devan terpuruk dan kena karma aku ketawa jahat

2022-11-04

0

Ramdani Ramdan

Ramdani Ramdan

subhanallah...nyesekkkkkk😭😭😭😭😭😭

2022-11-03

0

Lyla Ulfa

Lyla Ulfa

aku tunggu penyesalmu devan...,aku orang pertama yg akan tertawa dgn lantang atas penyesalan mu...

2022-11-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!