Bab.3

Kurang lebih dua jam Devan berada di rumah Soraya. Saat itu dia sudah kembali ke rumah sakit untuk menemani Milda yang harus menjalani rawat inap sampai kondisinya membaik.

Sesampainya di loby rumah sakit, Devan tidak sengaja berpapasan dengan Rania. Dari raut wajah sahabat istrinya itu, dia tahu Rania sudah mengetahui semuanya.

"Dev, sepertinya kita harus bicara, aku harus mendengar langsung penjelasan dari mu," ujar Rania dengan raut wajah serius.

"Jangan ikut campur, ini bukan urusanmu," ucapannya lalu melangkah pergi, namun Rania dengan cepat menghadangnya.

"Dev, aku memang tidak punya hak untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga kalian. Tapi kalau bukan aku, siapa lagi? Kamu tahu sendiri, kan, kalau Milda tidak punya siapa-siapa, dia cuma punya kamu dan aku. Sebenarnya apa sih yang kekurangan dari Milda, sampai kamu tega berselingkuh di belakangnya?" tanya Rania emosi.

Devan terdiam sebentar, dia kembali dibuat berpikir. Alasan apa yang membuatnya menodai pernikahan yang sudah terajut harmonis selama dua tahun. Ya, dirinya pasti bingung kekurangan apa yang ada di dalam diri Milda, namun satu alasan yang pasti, yaitu, keserakahan.

"Aku tidak butuh alasan untuk melakukan apapun yang hatiku inginkan," ucap Devan sambil berlalu.

Rania berbalik memandangi kepergian Devan.

"Setelah anak itu lahir, aku akan memastikan Milda berpisah dengan kamu!" Teriak Rania lantang. Untung saja malam itu rumah sakit sedang sepi, sehingga tidak banyak yang melihat apa yang dilakukan Rania.

Sementara itu, Devan terus melangkah tanpa menghiraukan teriakan Rania.

***

Keesokan paginya.

Seorang Dokter membuka jarum infus yang melekat di punggung tangan Milda, dia berkata, "Bu Milda harus banyak istirahat, ya, makan yang teratur dan konsumsi vitamin dan yang terpenting tidak boleh stress. Mengingat usia kandungan Ibu masih rentan."

Milda menghela napas pelan saat jarum infus itu dicabut dari tangannya, ini adalah kali pertamanya dia menginap di rumah sakit sampai harus di infus.

"Baik, Dok," jawab Milda datar.

Tak jauh dari brankar di mana Milda berbaring, Devan duduk di sebuah sofa dengan tatapan kosong. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk bicara dengan Milda setelah ini.

Setelah kepergian Dokter kandungan itu, Devan mencoba mendekati Milda yang tengah duduk bersandar di brankar sambil berkata, "Kalau begitu kita pulang sekarang, ayo."

Milda menarik tangannya saat hendak diraih oleh Devan.

"Kita harus memperjelas hubungan kita ke depannya. Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, kita harus berpisah, tetapi karena aku sedang hamil, aku akan bertahan sampai sembilan bulan ke depan." Milda berkata lirih.

Embusan napas Devan terdengar begitu berat ketika mendengar ucapan Milda.

"Baiklah, terserah kamu saja, yang jelas aku akan tetap menikahi Soraya dan aku minta kamu tutupi semua ini dari Mamaku."

Melihat sorot mata Devan, Milda sadar telah kehilangan suami yang sangat dia cintai. Tutur katanya tidak lagi selembut dulu, bahkan sang suami sudah tidak lagi mengenakan cincin pernikahan mereka.

"Aku tidak peduli lagi, terserah apa yang mau kamu lakukan. Kita lihat saja siapa yang akan menjadi madu dan racun dalam pernikahan ini, aku atau dia," ucap Milda tanpa melihat ke arah Devan.

Klek.

Pintu ruangan itu terbuka, Rania masuk dan langsung menghampiri Milda.

"Karena kondisi mu sangat lemah, kamu tinggal di apartemenku untuk sementara waktu," ucap Rania, lalu dia menoleh ke arah Devan yang sedang berdiri tak jauh darinya.

"Dev, aku harap kamu mengerti. Kamu adalah penyebab situasi ini terjadi, jadi jangan salahkan jika aku turun tangan." Rania kembali berkata.

Devan kembali menghela napas berat. "Terserah kalian saja. Kalau begitu aku ke kantor," jawab Devan. Dia meraih kunci mobilnya di atas meja, lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.

Setelah kepergian sang suami, air mata Milda kembali berjatuhan, tanpa suara. Dia bertahan hanya demi anak yang ada di rahimnya, meski dia pun tak tahu sejauh apa dirinya nanti bisa melewati semua itu.

Melihat sahabatnya menangis, Rania mendekat dan langsung memeluk Milda.

"Sabar, ya, Mil. Kamu masih punya aku, kita lewati semua ini bersama. Kelak aku yakin kamu akan menjadi wanita kuat, sukses meski tanpa seorang pria." Rania berbisik sambil mengusap lembut punggung Milda.

Sebelum menikah dengan Devan, Milda adalah lulusan terbaik dari universitas ternama. Namun karena ingin mengabdikan diri sebagai istri sepenuhnya, Milda memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.

"Kamu benar, Ran. Aku pasti bisa bangkit dan memulai mimpi yang sempat aku tinggalkan demi seorang pria yang malah menyia-nyiakan aku, tiba-tiba aku merasa menjadi wanita paling bodoh," ucap Milda.

"Kamu pasti bisa Mil," jawab Rania memberi semangat.

Rania melihat jam di tangannya. "Wah sudah jam sembilan, aku harus menjemput Kak Dewa di bandara. Ayo aku akan mengantar kamu ke apartemenku dulu."

"Kak Dewa pulang?" Tanya Milda, seolah tak percaya dan ingin memastikan, jika Kakak dari sahabatnya itu benar-benar pulang.

Dewa adalah sosok yang sempat jatuh hati kepada Milda. Lebih tepatnya cinta monyet yang hadir di bangku SMA.

"Iya, dia bilang mau pulang saja. Kamu tahu sendiri, Ayahku sakit-sakitan tidak ada yang meneruskan perusahaan. Oh iya, kalian sudah lama tidak bertemu, terakhir waktu kelulusan SMA. Apa kamu mau ikut aku ke bandara?" Tanya Rania.

Milda segera menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Tidak usah, Ran. Aku mau istirahat di apartemen kamu saja."

***

Di depan pintu kedatangan Bandara, Rania melambaikan kedua tangannya saat melihat kedatangan orang yang ia tunggu sejak tadi.

"Welcome back, brother," ucap Rania pada pemuda yang baru keluar.

Dewa membuka kacamata hitam yang dia pakai lalu merentangkan kedua tangannya memeluk sang Adik.

"Wah adikku semakin subur saja. Sepertinya kamu hidup nyaman setelah aku pergi menetap di London."

Dengan kesal Ranai melepaskan pelukan sang Kakak. "Wah skil meledek Kakak benar-benar semakin meningkat," jawab Rania.

Dia mengambil alih koper itu dari tangan Dewa. "Ayo pulang, aku banyak urusan," ucap Rania.

Dewa merangkul sang adik lalu mereka melangkah beriringan.

"Kamu ada masalah? Aku perhatikan wajahmu tidak seceria dulu," tanya Dewa saat memerhatikan wajah Rania.

Sekilas Rania tersenyum tipis, baik dulu ataupun sekarang sang Kakak begitu tahu apa yang dia rasakan.

"Sebenarnya bukan masalahku, tapi aku ikut merasakannya. Kakak ... masih ingat Milda kan?"tanya Rania balik.

Sejenak Dewa terdiam, dia kembali menyusuri memori lama di dalam otaknya tentang Milda. Ternyata nama itu masih melekat meski masa itu hanya ungkapan perasaan di masa putih abu-abu.

"Ya tentu saja Kakak masih ingat, dia anak IPA yang selalu kamu bawa pulang ke rumah. Dua tahun yang lalu bukannya kamu bilang dia sudah menikah?"

"Milda memang sudah menikah, tapi sekarang dia sedang berada di situasi rumit. Dia memergoki suaminya selingkuh dan di saat bersamaan dia dinyatakan hamil. Saking kesalnya aku membawa Milda tinggal di apartemenku untuk sementara waktu."

Dewa tampak terkejut sekaligus prihatin. Dia masih ingat betul sosok Milda yang dulu begitu ceria dan ramah kepada semua orang. Tidak bisa dia bayangkan bagaimana hidup Milda sekarang.

Begitu lama Dewa pergi demi mengejar mimpi hingga cinta pertamanya sudah melewati banyak hal. Sementara dia masih betah melajang, entah kenapa tidak ada wanita yang membuatnya tertarik.

"Kamu harus terus melindunginya, di masa seperti ini, dia pasti sangat terpuruk," ucap Dewa lirih sambil menatap wajah adiknya.

"Ternyata Kak Dewa masih peduli dengan wanita yang dulu menjadi cinta pertama Kakak, benarkan?"

Jangan lupa berikan dukungan untuk Author ya reader 🥰

Terpopuler

Comments

Yanti Turus

Yanti Turus

Aku suka karakter Milda yg Tegas & Tegar. Kuat Milda km pasti bisa. Lbh baik pergi drpd bersama tp terluka selamanya.
Dan utk Devan ada saatnya km menyesal. Menyesali semua yg tlh trjd kemudian kecewa, kecewa berkepanjangan. Slmt menikmati kebahagiaan sesaatmu Devan yg pd akhirnya penyesalanmu tak ada gunanya lg

2023-06-25

0

Patrish

Patrish

ya.. sadar kan Devan... serakah... nafsu... kurang ajar...

2023-03-01

0

smile

smile

jangan lemah lah milda....

2023-01-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!