Bab 3
Pintu toilet terbuka dan menampakkan seorang perempuan bertubuh kurus, tapi punya buah dada dan bokong yang wow. Bikin mata para lelaki melirik ke arahnya. Begitu juga saat ini, Adelia yang berjalan menuju ke ruang privat yang sudah di booking oleh keluarganya. Siulan dari para lelaki pada aset berharga milik wanita itu tidak membuatnya terganggu. Gadis berkulit kuning langsat dan mulus tanpa cacat itu, tetap anggun berjalan lenggang kangkung.
"Mantap, tuh! Saingan buah melon," ujar salah seorang pengunjung restoran dan dibenarkan oleh yang lainnya.
"Cantik, godain kita, dong!" Suara seorang laki-laki muda saat Adelia hendak berbelok ke area ruang privasi.
"Jangan, sok, jual mahal! Nanti dapat jodohnya yang murah," teriak laki-laki bertubuh tambun begitu Adelia berbelok
Dasar Adelia orangnya nggak suka ambil pusing, segala dibikin mudah. Tidak menghiraukan perkataan orang-orang tadi. Dia malah santai berjalan ke ruang nomor lima.
"Ini tempatnya, ya?" Adelia kemudian mengetuk pintu dan masuk ke dalam sana.
Terlihat ada beberapa orang di sana. Kini semua mata orang memandang kepadanya. Adelia hanya tersenyum simpul.
"Ini Adelia, putri kami," kata Papa Adam mengenalkan gadis pemilik mata indah itu.
Untuk memberikan kesan yang baik, Adelia tersenyum manis pada keluarga Kakek Andi. Dia tidak mau kalau nanti diomelin oleh mama dan papa saat pulang ke rumah. Atau uang bulanannya di potong.
"Selamat malam Kakek Andi, Tante Alicia, dan An—. Kau!"
"Kamu!"
Adelia dan Andra saling menunjuk dengan ekspresi wajah terkejut. Keduanya tidak menyangka akan bertemu di acara pertemuan keluarga ini.
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Kakek Andi dengan mata yang berbinar. Laki-laki tua itu menyangka kalau keduanya sudah saling mengenal dan punya hubungan baik.
"Adel, kamu sudah kenal sama Andra?" tanya Papa Adam.
Adelia sekarang mengarahkan perhatiannya kepada sang ayah. Terlihat wajah kedua orang tuanya yang terkejut dan penuh harap. Hal itu bisa dia lihat dari senyum lebar papa dan mamanya.
"Tidak. Kita hanya pernah bertemu," jawab Adelia jujur dengan suaranya yang melemah.
"Aku juga tidak mengenalnya," pungkas Andra sambil melihat ke arah gadis yang sudah membuatnya malu tadi.
"Berarti kalian sudah dipertemukan dahulu sebelum dijodohkan," ujar Kakek Andi sambil tertawa terkekeh. Hal ini membuat Adelia dan Andra saling melotot.
Kedua keluarga itu pun makan malam bersama terlebih dahulu. Saat makan pun lagi-lagi terjadi perebutan antara Adelia dengan Andra. Mereka sama-sama suka ayam kecap asam manis. Di atas piring yang dihidangkan tinggal tersisa satu lagi. Kedua makhluk itu mengambil secara bersamaan.
"Aku duluan!" ucap Adelia sambil menatap tajam pada Andra.
"Enak saja. Duluan aku," bantah Andra sambil melotot dan bibir monyong.
Para orang tua hanya melihat dalam dalam diam. Membiarkan keduanya beradu mulut.
"Kamu mengalah sama perempuan," kata Adelia.
"Tidak bisa. Yang kuat yang menang," ujar Andra.
Mama Alia hanya menggelengkan kepala dan Mami Alicia hanya tersenyum simpul. Lalu, ibunya Andra mengambil daging ayam itu dan meletakkan di piring Adelia.
"Terima kasih, Mami Alicia," ucap Adelia dengan mata berbinar dan tersenyum manis.
'Dasar Adel, dikasih daging ayam saja panggilannya langsung berubah jadi mami.' (Mama Alia)
"Makanlah!" titah Mami Alicia dengan tersenyum lembut.
"Iya, Mami." Adelia pun memakan daging itu dan terlihat sangat menikmati makanannya.
Para orang tua pun tersenyum geli melihat kelakuan Adelia dan Andra yang tidak mau saling mengalah. Bahkan Adelia meleletkan lidahnya pada Andra.
'Dasar gadis barbar. Dia itu berapa tahun usianya? Kelakuannya kayak bocah TK saja.' (Andra)
Acara makan malam mereka pun selesai, kemudian dilanjutkan dengan lamaran antara Adelia dengan Andra. Acara pesta itu pun akan di adakan minggu depan.
***
Adelia memiliki sebuah kafe yang sering jadi tongkrongan anak muda. Dia sekolah tataniaga karena otaknya yang tidak memadai untuk menjadi seorang dokter yang dulu di cita-citakan olehnya. Dia juga tidak suka berhitung. Hanya kemampuan tangannya yang membuat dia bisa melakukan banyak kreasi dalam mengolah makanan dan minuman.
Saat dia selesai melayani pembeli, Adelia ke datangan tamu. Yaitu, mantan kekasihnya yang baru seminggu ini dia putuskan.
"Mau apalagi, sih?" gumam Adelia begitu melihat sang mantan.
"Adel, Sayang. Kita balikan lagi, yuk!" Bram menghadang langkah Adelia.
"Nggak mau." Adelia melangkah ke samping, tetapi masih dihalangi oleh Bram.
Bram masih saja memohon kepada Adelia jangan memutuskan hubungan mereka. Sebab, dia begitu sangat mencintainya.
"Sayang, aku mohon maafkan aku. Aku tidak tahu kenapa bisa sampai tidur di kamar hotel itu. Aku bahkan tidak mengenal siapa perempuan itu," kata Bram sambil berdiri dan memegang tangan Adelia.
"Bohong. Bagaimana mana mungkin kamu bisa berada di sana tanpa berjalan ke sana. Kecuali kalau kamu dipindahkan dengan kekuatan setan," balas Adelia kesal karena setiap hari mantan kekasihnya itu terus saja mendatangi dirinya.
"Kenapa kamu tidak percaya kepada aku? Apa selama tujuh tahun ini aku selalu berbuat yang nggak-nggak kepada kamu?" tanya Bram.
"Ya, sama aku nggak. Tapi, bisa saja sama orang lain, 'kan? Siapa yang tahu." Adelia hendak berbalik hendak menjauh dari Bram.
Laki-laki itu menahan langkah Adelia. Dia memasang wajah sendu dan tatapan mata yang terluka. Harapannya adalah bisa merajut cinta kembali dengan gadis yang di cintainya ini.
"Aku juga punya adik perempuan yang selalu berusaha aku jaga. Begitu juga dengan Abas yang sudah memercayakan kamu kepadaku," bantah Bram.
Adelia memalingkan wajahnya. Dia tahu betul Bram sering di ancam oleh Abas. Kakak kembarnya itu sering mengingatkan dirinya untuk bisa jaga diri. Bahkan ciuman pun dilarang olehnya.
"Aku sangat mencintaimu, Adel," aku laki-laki yang berwajah tampan dengan kulit yang eksotis. Suara Bram yang lembut mengalun indah di telinga Adelia.
"Aku sudah dijodohkan dengan laki-laki lain, oleh Mama dan Papa," ujar Adelia jujur dengan suara meninggi.
Bagai di sambar petir, Bram pun melepaskan tangannya dari lengan Adelia. Bahkan dia mundur ke belakang beberapa langkah. Wajahnya sangat pucat dengan mata yang membesar.
"Kata-kan kalau itu bo-hong?" Bram tergagap.
"Untuk apa aku berbohong, dosa itu," ucap Adelia.
***
"Candra percayalah, aku tidak pernah mengkhianati kamu. Hari itu aku juga sedang berada di butik. Tapi, tidak tahu bagaimana caranya aku bisa sampai ke kamar hotel itu," aku Bella.
Laki-laki yang kini sedang duduk dibalik meja kerja hanya diam saja. Dia sakit hati karena merasa sudah dikhianati oleh calon istrinya. Bahkan hari pernikahan sudah di depan mata.
"Pergilah. Aku sudah muak dengan kamu," ujar Candra.
"Kamu jahat. Kamu tidak benar-benar mencintai aku," balas gadis yang terpaut usianya hampir sepuluh tahun dengan Candra.
Citra yang bekerja sebagai sekretaris Candra, diam-diam tersenyum. Dia senang melihat pasangan yang dulu selalu terlihat romantis kini bertengkar.
***
Apakah acara pertunangan Adelia dan Andra berjalan lancar? Apa Bram aku menerima begitu saja Adelia menjadi milik laki-laki lain? Tunggu kelanjutannya, ya!
Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan di skip biar terbaca oleh sistem. Lalu, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada aku dengan kasih like, komentar, bunga, kopi, vote, dan ⭐⭐⭐⭐⭐. Semoga hari ini kalian bahagia dan sehat selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Idku Nursaman
msh nyimak thor.,
2023-04-16
2
Susilawati Rela
masih njelimet......🤔🤔🤔
2022-12-31
1
Ida Blado
sepertinya perbuatan citra yg ngincer chandra,,,,dasar jalang,,,kasihan bram sama bella jdi korban
2022-12-26
1