Davin dan Cahaya sudah sampai di rumah om dan tante Cahaya. Begitu turun dari mobil, Cahaya enggan masuk ke dalam kamar karena takut akan penolakan nantinya.
"Jangan takut, ayo kita masuk." Davin meyakinkan Cahaya.
Cahaya pun mengangguk. Mereka segera masuk ke pekarangan rumah yang tak terlalu besar itu.
"Cahaya! Darimana saja kau!" Ririn langsung datang menghampiri Cahaya, ingin menarik rambutnya.
Namun, karena melihat seorang pria yang bersama Cahaya menaiki mobil mewah, ia pun mengurungkan niatnya.
"Siapa kau?" tanya Ririn dengan nada sedikit merendah.
"Boleh saya masuk, Tante." Davin berbicara dengan sopan.
"Tapi,,,,,"
"Ma!! Cepat bawa Cahaya kemari!" Suara teriakan Doni dari dalam rumah membuat Ririn berdecak kesal.
"Cahaya, masuk ke dalam dan temui om dan juga Pak Adi."
"Apa? Pak Adi ada di dalam, Tante?" Safira terlihat takut.
"Iya, karena tadi kau kabur, kami menyuruhnya datang kemari untuk membantu mencari mu."
"Tante, izinkan saya masuk," tawar Davin.
"Tapi kau mau apa?" Ririn terlihat ragu.
"Saya akan memberi kalian suntikan dana yang sangat banyak." Davin langsung to the point.
Mendengar ucapan Davin, mata Ririn membola sempurna. Ia langsung mempersilakan Davin untuk masuk.
Setelah berada di dalam rumah, kini Ririn dapat melihat dengan jelas wajah Davin, begitu juga dengan Doni.
'Kenapa dia begitu mirip dengan anak pengusaha terkenal yang bernama David?' batin Doni.
'Mana mungkin anak pengusaha kaya datang ke sini. Pasti dia hanya mirip saja,' batin Ririn.
Sedangkan Pak Adi yang merupakan juragan peternakan sapi tidak begitu mengenal Davin karena jarangnya menonton televisi dikarenakan lebih suka menonton tiga istri muda dan cantik yang akur di rumah.
"Nak, tadi kau bilang ingin memberi suntikan dana, kan?" tanya Ririn ingin mengingatkan.
"Benar, Tante. Tapi bukan hanya itu. Saya ke sini juga untuk melamar Cahaya."
"Apa?" Pak Adi berdiri dan melotot ke arah Davin.
Cahaya hanya diam saja dan memilih pasrah dengan apa yang akan terjadi.
"Enak saja! Cahaya itu akan menjadi istri saya! Saya sudah menyediakan mahar senilai satu milyar untuknya!" Pak Adi terl6 berapi-api.
"Mahar atau suntikan dana?" tanya Davin.
"Ya mahar sekaligus suntikan dana."
"Saya akan berikan suntikan dana 1 milyar, dan mahar sebuah rumah, lahan perkebunan, peternakan, dan uang satu milyar." Davin menjawab dengan santai. Harta itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kekayaan yang ia miliki sekarang.
Mendengar hal itu, mata Doni dan Ririn membulat sempurna. Mulut mereka mengaga seakan tak percaya. Apalagi Cahaya. Ia menatap Davin tanpa henti. Ia tidak menyangka bahwa Davin akan memberikan mahar yang sangat banyak padanya.
"Jangan sombong! Kau itu bukan siapa-siapa. Aku yang sudah menyepakati pernikahan dengan Cahaya, kau terlambat." Pak Adi mencoba melawan Davin.
"Oh ya? Sekarang tanyakan pada mereka, siapa yang pantas menjadi suami Cahaya." Davin melirik ke arah Doni dan Ririn.
"Emm, Pak Adi, maaf, kami akan menerima lamaran dari anak ini." Doni menegaskan. Daripadanya Cahaya menikah dengan kakek tua yang hanya memberi sedikit, lebih baik Cahaya menikah dengan pengusaha kaya, bukan?
"Apa? Jangan seenaknya! Kalian jangan percaya begitu saja, bisa jadi dia bohong. Dan mobil di luar itu hanya mobil sewaan saja!" Pak Adi masih tidak mau mengalah.
Davin mengeluarkan dompet, lalu menyodorkan sebuah kartu nama. "Ini kartu nama saya."
Doni dan Ririn melihat nama dalam kartu itu. Tertulis dengan jelas, bahwa namanya adalah Davin Pramudya, pemilik Davine Company dan juga salah satu perusahaan Armadja.
Mata mereka melotot tak percaya. Ternyata dugaan mereka tadi benar, dia adalah anak David Pramudya dan Sevina Armadja. Pengusaha kaya yang hartanya takkan habis tujuh turunan kecuali mereka kalah berjudi.
"Kenapa kalian melotot. Siapa dia?" tanya Pak Adi merasa heran melihat ekspresi mereka.
"Dia ini Davin Pramudya, Pak. CEO Davine Company dan juga perusahaan Armadja." Doni menjelaskan.
"Siapa dia? Sekaya apa dia sampai kalian begitu." Pak Adi masih dengan sikap sombongnya. Mengira kalau dirinya adalah orang paling kaya di sana. Ia belum tahu saja sekuat apa pengaruh keluarga Davin di dunia bisnis.
"Pak, peternakan yang Bapak punya pun bekerja sama dengan pabrik susu miliknya." Ririn menambahkan.
Mendengar hal itu, Pak Adi masih tidak percaya. Ia lantas membuka internet dan mencari nama Davin Pramudya. Matanya pun kini membulat sempurna saat melihat total kekayaan Davin saat ini yang sangat banyak itu. Belum lagi, ia adalah keturunan dari pengusaha kaya yang sangat terpandang dan punya banyak kekuasaan.
"Ya sudah, kalau begitu, sa-saya permisi dulu." Pak Adi pun pergi dengan kaki yang gemetaran.
Untung Davin hanya diam saja. Jika sampai ia memutus kerja sama, tentu ini akan menjadi Boomerang untuk Pak Adi karena hanya perusahaan itu yang dapat memproduksi susu dengan jumlah yang banyak dan laris dipasaran.
Cahaya akhirnya dapat bernapas lega, akhirnya ia tidak jadi menikah dengan pria tua bangka itu.
"Nak, bagaimana dengan suntikan dana dan maharnya?" Ririn mengingatkan.
Davin mengeluarkan cek dari dompetnya, menulis nominal angka, lalu menyerahkannya ke Doni.
"Ini saya berikan setengah dari suntikan dana sebagai tanda jadi. Saya akan datang dengan keluarga saya satu minggu lagi untuk melamar dan memberikan sisanya dan juga mahar untuk Cahaya. Tapi saya minta, berikan perawatan sempurna untuk calon istri saya. Jangan suruh dia bekerja, karena saya tidak ingin calon istri saya kelelahan."
"Ba-baik, kami berjanji ketika kau datang ke sini, Cahaya akan sangat cantik dan terawat." Doni memegangi cek dengan perasaan yang sangat riang.
"Kalau begitu, saya permisi. Oh ya, berikan Cahaya ponsel agar saya dapat menghubunginya. Saya tidak akan meminta apapun dari restoran pada Om dan Tante, jika kalian menepati janji."
Mendengar kalimat Davin, lagi-lagi mata Doni dan Ririn berbinar-binar. Mereka langsung mengangguk dan tersenyum. Dikasih uang gratis tanpa perlu membagi keuntungan? Siapa yang tidak mau? Hanya orang bodoh yang menolak rezeki nomplok, begitu pikir mereka. Memang, kalau sudah tamak, mendengar uang pun matanya langsung hijau, apalagi menerima langsung seperti ini?
"Baik, Nak Davin, kami akan membelikan Cahaya ponsel, kami berjanji." Ririn mengangguk cepat dengan senyuman yang terus merekah.
Setelah itu, Davin pun pergi setelah sebelumnya memberikan nomor ponselnya pada Cahaya.
Sepeninggal Davin, Doni dan Ririn langsung memeluk Cahaya sembari meminta maaf. Mereka bahkan menyuruh Cahaya tidur di kamar mereka agar lebih nyaman, sementara mereka tidur di kamar Cahaya yang sangat sempit itu. Tak apalah, toh sebentar lagi mereka akan punya banyak kekayaan dari mahar yang diberikan Davin untuk merenovasi rumah. Karena rumah yang diberikan Davin sudah pasti akan ditinggali mereka nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
keluarga tamak
2024-04-05
0
yatun divia
Akhirnya bisa baca kembali kisah keluarga Armadja 🤩🤩❤️
2023-07-12
1
yatun divia
Dasar Ririn dan Dono manusia" yf rakus bin tamak
2023-07-12
0