Terpaksa Meminang

Terpaksa Meminang

Bab.1

Hubungan yang terjalin sekian tahun tidak menjadi sebuah jaminan kesetiaan itu akan bertahan seterusnya. Terkadang hati bisa saja terbagi saat ada mimpi lain lebih menarik untuk di wujudkan.

Meski tanpa sadar, untuk mewujudkan mimpi yang lain, seorang pria harus mengorbankan perasaan wanita yang selalu memegang teguh arti kesetiaan.

.

.

.

Hari ini seorang gadis baru saja sampai di depan cafe, wajahnya begitu sumringah, seolah ada kerinduan yang sebentar lagi akan di curahkan.

Laila Maharani, gadis berumur dua puluh lima tahun melangkah masuk kedalam sebuah cafe langganannya. "Naima, coffe latte satu ya."

Naima adalah sahabat baik Laila, sekaligus pemilik dari cafe itu. "Siap, Rehan sudah pulang, sepertinya ada yang mau melepaskan kerinduan. Kamu mau ke apartemennya?"

Sambil mengunyah kacang bawang dari dalam toples yang ada di hadapannya, Laila menganggukkan kepalanya perlahan. "Begitulah, dia pulang sejak kemarin tapi aku sengaja tidak menghubunginya dulu."

Naima menyodorkan segelas kopi yang tersegel di dalam kantong plastik. "Tau deh, yang makin hari makin bucin. Rehan sepertinya makin serius sama kamu, La."

Mendengar ucapan Naima, Laila menjadi salah tingkah sendiri. "Ehm, ya begitulah. Kalau begitu aku pergi dulu ya, aku takut di berangkat ke kantor." Saat hendak berbalik pergi, Laila kembali melihat kearah Naima. "Aku titip mobil ku."

"Oke, sana pergi." Naima melambaikan tangannya hingga sang sahabat menghilang dari balik pintu. Ya, apartemen di mana kekasih Laila tinggal memang bersebelahan dengan cafe milik Naima.

~

Sampainya di depan unit apartemen Laila tidak memencet bel karena memang ia sudah tahu password pintu dari apartemen kekasihnya, Rehan.

Setelah memasukkan kode pintu Laila pun langsung masuk begitu saja, sekilas ia nampak menghela napas panjang ketika melihat pakaian Rehan berserakan di ruang tamu.

"Hufftt, satu hari saja aku tidak datang, apartemen ini pasti berantakan." Laila mengikat rambutnya tinggi keatas lalu mulai membereskan pakaian-pakaian itu.

Laila yakin Rehan pasti masih tidur nyenyak karena kelelahan. Saat sedang membersihkan sofa, ia melihat baju teronggok di bawah meja, tanpa ragu ia pun meraih baju itu. "Wah baju ini cantik seka--"

Saat menyadari ada sebuah keganjalan, Laila langsung terlihat kaget sekaligus bingung, bagaimana bisa baju seorang wanita ada di apartemen Rehan. "Jangan-jangan."

Tanpa pikir panjang, Laila melangkah cepat membuka pintu kamar dan akhirnya semua kebingungannya terjawab sudah. Sekujur tubuhnya terasa begitu lemas bahkan kopi yang hendak ia berikan kepada sang kekasih terjatuh ke lantai begitu saja.

"Laila." Rehan muncul dari kamar mandi dengan bertelanjang dada, ia kaget melihat kedatangan sang kekasih.

Seolah tak mendengar apapun, Laila terus fokus melihat seorang wanita di balik selimut tebal di atas tempat tidur kekasihnya. "Apa yang sudah kalian lakukan, kamu harus menjelaskan semua ini," ucap Laila sesaat setelah menoleh melihat Rehan.

Rehan mendekat dan langsung menarik sang kekasih keluar dari kamar itu. Wajahnya begitu panik, bingung sekaligus kesal kenapa Laila tiba-tiba datang. "Laila ini tidak seperti yang kamu lihat, malam tadi aku mabuk dan ka--"

"Dia sepupu ku!" Seruan Laila menggema ke sekeliling ruangan. Matanya berkaca-kaca dan gejolak emosi kekecewaan mulai menyesakkan dada. "Jika kamu khilaf dengan seorang ja*Lang mungkin aku masih bisa berpikir tenang, tapi ini ... ini Farah?"

"Laila!" Rehan mencengkram erat kedua sisi pundak sang kekasih. "Aku akan jujur, aku tidak mencintai Farah, kami hanya ... hanya terjebak dalam situasi. Selama kita pacaran, kamu selalu menolak bahkan untuk sekedar berciuman, aku juga laki-laki biasa."

Paakkk.

Satu tamparan keras Laila berikan tepat di pipi Rehan. Kejujuran Rehan tidak membuatnya tenang tetapi malah membuat ia semakin tahu jika kekasihnya itu adalah pria brengsek.

"Pria yang benar-benar mencintai wanitanya, bukan hanya tentang cinta tapi juga menjaga kesetiaan! Jika kamu tidak bisa menjaga hasrat mu sebagai lelaki, tidak bisa menjaga mata mu dari segala godaan, apa kamu pantas di sebut laki-laki? Pecundang."

Laila hendak berbalik pergi namun langkahnya terhenti ketika melihat Farah berdiri di ambang pintu kamar dengan memakai selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

Air mata Laila benar-benar sudah tidak tertahankan tetapi amarahnya lebih besar dari kesedihannya, hingga ia tetap bisa menahan diri. Ia menyeret langkahnya menghampiri Farah yang hanya bisa tertunduk, tak berani melihat wajahnya.

"Farah, selama ini aku selalu menutupi semua aib mu dari kedua orang tuamu. Semua itu aku lakukan karena aku tahu kamu bisa bertanggung jawab atas dirimu sendiri dan kamu bisa mencari kebahagiaanmu sendiri. Tapi inikah balasan yang kamu berikan kepadaku?"

Perlahan Farah mengangkat kepalanya, memberanikan diri untuk menatap mata Laila, sepupunya. "Kamu sudah banyak berkorban untuk ku, tidak bisakah kamu merelakan Rehan untuk ku? Ya, aku sejak dulu sudah mencintainya secara diametral."

"A-apa." Sekeras apapun Laila mencoba untuk menahan air matanya agar tidak tumpah tetapi pada akhirnya ia runtuh juga. "Kau gila?"

"Farah kenapa kamu bicara seperti itu." Rehan mencengkram erat lengan Farah karena kesal.

"Kenapa, Rehan? Dia sudah terlanjur tahu, jadi biarkan saja dia mengetahui semuanya bahwa kita sudah menjalin hubungan satu bulan belakangan ini."

Deg.

"Satu bulan?" Laila hampir tak percaya, satu bulan ia tertipu dengan keadaan yang membuatnya terlena hingga tanpa sadar telah di tusuk berkali-kali oleh orang-orang yang ia sayangi.

"Laila, jangan dengarkan dia, aku benar-benar khilaf." Saat hendak memeluk Laila, Rehan malah di dorong oleh Laila hingga hampir membentur tembok.

"Kamu pikir aku sebodoh itu? Rehan, selama kurang lebih dua tahun belakangan ini aku tetap setia kepadamu meski kedua orang tua ku tidak setuju dengan hubungan kita. Ternyata ucapan kedua orang tua ku tentang mu itu benar, kamu hanyalah pria brengsek!"

Laila berbalik melangkah cepat meninggalkan unit apartemen itu. begitu banyak kenangan yang mereka lalui bersama Namun karena satu kehilafan Rehan sudah menghancurkan kepercayaan Laila.

"Laila, aku tidak akan melepaskan kamu! Aku akan terus datang menemui mu sampai kamu kembali kepada ku!" seru Rehan saat Laila meraih handel pintu.

Sejenak Laila menghentikan langkahnya, entah mengapa ucapan Rehan terdengar seperti ancaman baginya. Tak ingin terus larut dalam kesedihannya sendiri, ia kembali melenggang pergi dari tempat itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Kini tinggallah Rehan dan Farah di sana. Dengan sorot mata yang begitu tajam, Rehan menoleh menatap Farah. "Dasar wanita murahan! Kenapa kau membeberkan semuanya."

"Why? Kamu yang memulai dan sekarang penghalang hubungan kita sudah tidak ada." Farah melepaskan selimut itu yang membalut tubuh polosnya dan langsung memeluk Rehan. "Aku sangat mencintaimu, sangat mencintaimu."

Dengan satu gerakan Rehan menjauhkan Farah dari tubuhnya. "Kita tidur bersama hanya karena hasrat masing-masing, tanpa cinta! Aku mencintai Laila, bukan kamu."

~

Setelah memergoki sang kekasih selingkuh Laila pulang tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada Naima di cafe. sebelum masuk ke dalam rumah ia mencoba untuk menormalkan dirinya.

Tak lupa ia memoles kembali wajahnya dengan make up agar wajah sebabnya bisa tertutupi. meyakinkan Laila pun beranjak keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumahnya.

"Laila, Sayang."

Namun langkah Laila untuk masuk ke dalam kamar pun mengalami kendala, karena Ibu tiba-tiba saja datang dari lantai. "Ibu, bukannya tadi mau pergi arisan?"

Ibu yang sejak tadi tersenyum-senyum sendiri menuntun Sang Putri duduk di sofa yang ada di sebelah tangga. "Sepertinya kamu salah dengar ibu bilang kalau hari ini Ibu yang dapat arisan kamu tolong pergi ambil catering pesanan ibu di alamat ini ya."

Ibu menyodorkan sebuah alamat yang harus Laila datangnya untuk mengambil pesanan catering. "Baik Bu, aku pergi dulu."

~

Saat mobil Laila memasuki jalan raya tiba-tiba saja sebuah mobil berwarna merah langsung berhenti tepat di hadapannya tentu saja ya mau tidak mau mengerem mendadak.

Wajahnya nampak begitu kesal karena ia tahu mobil itu adalah mobil Rehan.

Tanpa pikir panjang Laila pun langsung keluar dan menghampiri Rehan yang juga sudah turun dari mobil. "Kamu gila ya?! Singkirkan mobil mu aku mau lewat."

"Laila Aku tidak mau putus denganmu apapun yang terjadi kamu tetap akan menjadi milikku," cetus Rehan penuh ancaman.

"Kau gila, sudah mengkhianati ku sekarang mau aku kembali? Sudahlah aku banyak urusan." Saat hendak kembali ke mobil, Rehan kembali menarik tangan Laila. "Apa lagi?"

"Aku mencintaimu Laila, Aku akan terus menemuimu sampai kamu menerima aku kembali."

"Hentikan! Jangan ganggu aku lagi, karena aku akan segera menikah." Ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Laila padahal Ia saja tidak tahu akan menikah dengan siapa, dia hanya asal ceplos saja agar Rehan berhenti mengganggunya.

"Tidak mungkin, kau bergurau kan?"

"Tidak, aku akan menikah sebentar lagi lihat saja," ucap Laila lalu melangkah pergi meninggalkan Rehan yang diam terpaku di sana.

Bersambung 💕

Jangan lupa tinggalkan komentar+like, vote and hadiah 🙏🥰

Terpopuler

Comments

Agustina Kusuma Dewi

Agustina Kusuma Dewi

mampir lg d nt ke 5 k alya..

2023-05-28

0

🌈Rainbow🪂

🌈Rainbow🪂

👣

2023-01-23

0

Kar Genjreng

Kar Genjreng

ok mampir

2022-12-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!