"Pernikahan kamu dan Laras di Riau pun sudah batal karena keluarga Laras tidak lagi mau menerima kamu yang plin-plan. Sekarang Mama tidak mau tahu, secepatnya kamu harus mencari calon istri Firman, atau Mama yang akan mencarikan lagi."
Sudah berbulan-bulan semenjak rencana pernikahan Firman dan seorang wanita asal kepulauan Riau gagal di laksanakan. Ya, Firman yang tidak bisa melupakan cinta pertamanya menjadi pemicu awal.
"Mama tenang saja, nanti aku cari." Ia segera meneguk susu di gelasnya hingga habis agar segera bisa pergi. "Mana nasi kotak dan kue pesanan teman Mama, aku harus berangkat ke kantor sekarang."
"Sudah di siapkan sama Bibi dan mang ujang di depan, tinggal masuk bagasi mobil kamu saja. Semenjak kamu membangun perusahaan sendiri, jadi susah di mintai tolong."
"Nanti kalau perusahaan ku semakin berkembang pesat aku akan menutup usaha katering Mama. Sebenarnya Mama tidak perlu capek-capek lagi bekerja, aku bisa membiayai hidup Mama. Terlebih lagi Mama mempunyai gaji pensiunan dari pemerintah."
Mama nampak terharu ketika mendengar ucapan Sang putra. Selama ini Mama sudah banyak membuat Firman menderita dengan ikut campur dalam kehidupan asmaranya, hingga membuat Firman kehilangan wanita yang sangat dicintai.
"Fir, Mama minta maaf masalah Syifa, Mama benar-benar menyesal seharus--"
"Sudahlah Ma, Syifa sekarang sudah bahagia dengan rumah tangganya. Mungkin dulu Aku dan Dia pernah melangitkan doa agar bisa dipersatukan dalam hubungan pernikahan tetapi jika Allah sudah berkehendak, aku bisa apa."
Firman yang sudah selesai memakai jasnya segera mendekati sang Mama untuk berpamitan sebelum pergi ke kantor. "Aku pergi kerja dulu, Ma. Pulang kerja nanti aku mau mampir ke rumah Ayah sebentar ya, kata Akbar Ayah sakit."
"Ayah kamu pasti kepikiran karena kamu gagal menikah, temui dia. Oh iya Mama titip salam untuk Umi Akbar." Sudah menjadi rahasia umum jika kedua orang tua Firman sudah berpisah sejak lama tetapi mereka tetap menjalin hubungan silaturahmi dengan baik.
Ayah Firman pun sudah menikah dengan seorang wanita yang baik dan dari pernikahan itu Ayah Firman dikaruniai anak laki-laki bernama Akbar yang sangat disayangi oleh Firman. "Iya, Ma. Aku pergi, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
~~
Mobil yang dikendarai oleh Laila melaju dengan kecepatan sedang karena sebentar lagi ia akan sampai ke tempat tujuan. "Mobil hitam ... sepertinya itu." Ia pun segera menepikan mobilnya.
Saat turun dari mobil Laila kembali memastikan plat mobil yang dikirimkan oleh sang ibu kepadanya. "Iya sepertinya ini benar orangnya."
Laila bisa melihat pria berjas hitam itu sedang berdiri di samping badan mobil, tetapi ia enggan untuk menyapa dulu karena pria itu sedang menelepon seseorang.
Akhirnya Laila memutuskan untuk menunggu sembari terus melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Saat sedang menunggu tanpa sengaja Laila mendengar percakapan pria itu lewat telepon.
Ya, pria itu adalah Firman. Ia mendapatkan telepon dari sang Ayah yang sama-sama mendesaknya untuk segera menikah secepatnya.
"Iya Ayah, aku secepatnya akan mencari calon istri. Kita lanjut bicara nanti lagi ya, aku mau ke kantor. Assalamualaikum." Ia mematikan panggilan telepon itu.
Saat berbalik ke belakang Firman terkejut melihat seorang wanita berdiri di belakangnya. "Kamu siapa?"
Bukannya menjawab pertanyaan Firman, Laila malah sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia memandangi ujung kaki hingga ujung kepala Firman yang baginya nampak sempurna sebagai seorang pria.
Ternyata ini anak dari teman Ibu, batin Laila seraya terus memperhatikan penampilan Firman dari atas sampai bawah.
"Hello Nona, apa Anda mendengar saya?" Firman melambaikan tangannya di depan wajah Laila.
"Eh iya maaf." Laila mengulurkan tangannya ke hadapan Firman. "Perkenalkan saya Laila, anak dari Bu Maya."
"Oh iya salam kenal, saya Firman." Bukannya meraih uluran tangan Laila, Firman hanya menyatukan kedua telapak tangan seraya tersenyum, maklum bukan muhrim.
Laila nampak malu sekaligus bingung karena untuk pertama kalinya ada pria yang menolak menjabat tangannya. Hal itu pun semakin membuat dia yakin dengan ide gila yang mulai bergentayangan di pikirannya.
Suasana nampak hening sesaat, sampai akhirnya Firman ingat tujuannya menunggu di depan halte bus itu. "Oh iya pesanan Mama mu ada di bagasi mobil, sebentar saya ambil."
Firman mengambil catering pesanan Ibu Laila di bagasi. Setelahnya ia membantu Laila meletakkan kue dan nasi kotak itu di bagasi mobil Laila. "Karena sudah selesai, saya pamit. Assalamualaikum."
"Eh tunggu sebentar." Laila menghadang langkah Firman, ia merasa sudah gila tetapi ia akan benar-benar menjadi gila jika tidak menemukan pria yang bisa ia ajak kerja sama.
"Ada apa lagi ya?" Firman kembali melihat jam di pergelangan tangannya, untung saja rapatnya pagi ini di undur jadi ia bisa lebih santai.
Apa dia adalah pria yang aku cari, aaakkk!Laila Laila kenapa juga kamu berkata seperti itu kepada Rehan tadi, sekarang jadi bingung sendiri kan, batin Laila.
"Emm itu ... saya, saya ... apa kita bisa bicara sebentar saja di cafe di seberang jalan sana." Laila menunjuk lurus kearah cafe yang ada di sebrang jalan. Melihat ekspresi kebingungan Firman, Laila pun mencoba untuk memasang wajah bayinya. "Saya mau bicara sebentar saja, ini sangat penting."
Firman terdiam sejenak, ia ingin menolak tetapi ia tidak enak hati karena Laila adalah anak dari teman akrab sang Mama. "Baiklah, sepuluh menit cukup?"
"Iya sangat cukup." Laila terlihat begitu antusias lalu melangkah beriringan bersama Firman menyebrangi jalan raya menuju sebuah cafe.
~
"Apa, menikah?" Firman hampir tak percaya wanita yang ada di hadapannya ini mengajak ia untuk menikah. Mereka bahkan baru bertemu setengah jam yang lalu.
Ya, Laila sudah menceritakan tentang masalah yang ia hadapi kepada Firman, termasuk Ia juga menceritakan tentang bagaimana rasa sakit hatinya setelah dikhianati.
Laila sudah menduga pasti Firman akan memberikan ekspresi dan tanggapan seperti ini, tetapi jika ia tidak mencoba untuk menawarkan, siapa yang tahu lagi pula ia tahu Firman juga sedang mencari calon istri.
"Maaf jika aku lancang, tapi tadi saya tidak sengaja mendengar pembicaraan kamu dan seseorang di telepon. Anggap saja ini adalah hubungan simbiosis mutualisme, kamu di desak menikah dan aku harus segera menikah agar tidak terus di teror."
Firman menggelengkan kepalanya perlahan. "Saya tidak bisa menikah atas dasar seperti itu. Kamu bisa mencari pria lain. Saya anggap tidak pernah mendengar ini, karena saya menghargai kamu sebagai wanita, permisi."
Saat melihat Firman hendak beranjak pergi, Laila pun segera menyusul seraya mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Jangan langsung memutuskan, kamu bisa menghubungi ku."
Firman menghela napas berat saat melihat Laila menyodorkan sebuah kartu nama kepadanya. Ia yakin jika menolak, Laila pasti akan terus mengejarnya.
Wanita ini sepertinya mantan pasien RSJ, batin Firman.
Firman mengambil alih kartu nama itu dari tangan Laila. "Baiklah, saya pergi dulu." Ia pun melanjutkan langkahnya keluar dari cafe tersebut.
"Kabari aku secepatnya ya. Nanti surat lamaran ku menyusul!" serunya sambil melambaikan tangan. Ia seolah sengaja membuat Firman semakin kaget, untuk apa juga membuat surat lamaran.
Firman tak lagi menanggapi seruan Laila dan terus melanjutkan langkahnya pergi secepat mungkin dari tempat itu.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
dewi
ada aja, mau ngajak nikah pake surat lamaran segala 😅😅
2023-06-26
0
Bidadarinya Sajum Esbelfik
seperti Elisa n Reynald.. simbiosis mutualisme 🤭
2022-12-22
0
Nabila hasir
seru nih critanya firman nyari istri pengganti syila.
laila aku padamu.
hehheeh
2022-12-05
1