...Jika aku mampu, aku pasti sudah memberontak tetapi nyatanya aku tak mampu, karena yang aku lawan adalah TAKDIR....
.
.
.
Sepulangnya dari rumah sakit, sore harinya Laila langsung pergi ke butik untuk mengecek kondisi butiknya yang sudah dua hari ia tinggalkan karena masalah pribadi.
Mobil yang di kendarai Laila akhirnya sampai di depan butik miliknya. Namun ekspresi cerianya tiba-tiba berubah saat ia melihat kerumunan orang berkumpul di depan butik miliknya.
Seorang wanita paruh baya yang tinggal di sebelah butik itu, langsung menghampiri Laila, wajah wanita itu nampak sangat panik. "La, kamu dari mana saja. Tadi pacar kamu datang ke sini dan mengamuk karena mencari kamu, semua barang-barang butik di acak-acak."
Mata Laila membulat sempurna, tanpa mengatakan apapun ia berlari masuk kedalam butik, menerobos kerumunan orang. Terlihat di dalam butik, tiga orang karyawannya luka-luka.
Hatinya benar-benar hancur saat melihat semua barang-barang butik berserakan, semua itu adalah hasil kerjanya mendesain selama bertahun-tahun tapi karena satu keegoisan seseorang semua hancur.
Laila mendekati para karyawannya yang sedang di obati oleh orang sekitar yang berbaik hati menolong. "Apa kalian di lukai Rehan?"
"Kami di lempari vas bunga dan barang pecah belah lainnya. Bahkan Lita sampai pingsan tadi," ujar seorang karyawan wanita yang memang paling akrab dengan Laila.
Berapa kali Laila mencoba untuk menahan kekesalannya, namun kali ini Rehan sudah benar-benar kelewatan. Ia tidak bisa berdiam diri dan bersembunyi. "Lita, hari ini butik tutup saja ya. Ini ada uang kamu bagi-bagi saja untuk berobat, saya harus pergi sebentar."
Setelah mengeluarkan semua uang cas yang ada di dompetnya untuk para karyawan, Laila segera beranjak keluar dari butik. Ia tidak lagi perduli dengan pandangan semua orang yang terus mengikuti sampai masuk kedalam mobil.
Saat mobilnya mulai melaju, di situlah tangis Laila mulai pecah. Ia tidak menyangka jika selama dua tahun, pernah mencintai seorang pria yang mungkin lebih tepat di sebut monster.
~
Tidak butuh waktu lama untuk Laila, sampai depan sebuah perusahaan di mana Rehan bekerja sebagai seorang kepala depertemen keuangan.
Karena memang sudah terbiasa datang ke perusahaan itu ia pun sudah tahu di mana ruangan Rehan. Namun perjalanannya untuk bertemu sang mantan tak berjalan lancar.
"Maaf Mbak mau bertemu siapa, sudah mengatur janji?" tanya seorang petugas resepsionis yang menghadang langkah Laila.
"Saya mau bertemu Rehan, manager keuangan di perusahaan ini. Hanya sebentar saja," jawabnya lalu kembali hendak melangkah pergi, namun lagi-lagi langkanya di hadang oleh wanita itu.
"Maaf Mbak, saya tidak bisa membiarkan Anda naik jika belum mengatur janji. Perusahaan kami mem--"
"Biarkan dia," sahut yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
Laila menoleh, menatap pria yang telah menyajikan luka dan rasa kecewa di waktu bersamaan. Tanpa menunda waktu Laila melangkah cepat, mendekati Rehan yang menatapnya tanpa dosa dan sedetik kemudian--
Paaakk!
Satu tamparan keras Laila berikan tepat di pipi kiri Rehan. Ia tidak lagi perduli dengan pandangan semua orang terhadapnya di lobby kantor tersebut, malah ia mau semua orang tahu apa yang telah Rehan lakukan kepadanya.
"Dasar kau bedebah sialan!" serunya sambil memukul-mukul bagian dada Rehan dengan cukup keras, ia mencengkram erat kerah kemeja Rehan dengan mata memerah. "Apa tidak cukup kau menghancurkan perasaan ku, kenapa kamu juga mengacaukan mimpi ku!"
Senyum menyeringai tergambar jelas dari wajah Rehan. "Siapa suruh kamu terus menghindari ku, aku akan terus mengacaukan hidup mu sampai kau kembali kepada ku. Aku tidak akan melepaskan kamu, aku mencintaimu dan ak--"
"Kau tidak pernah mencintai ku!" seru Laila, ia kembali mendekati sang mantan dengan jari yang menunjuk lurus ke depan wajah Rehan. "Kau sudah mati bagiku dan kita sudah selesai."
Laila mundur berlahan lalu berbalik pergi, namun setelah beberapa langkah ia kembali berbalik melihat Rehan yang masih diam terpaku di posisinya.
"Jika aku ada hal yang paling aku sesali seumur hidup ku, maka itu adalah mengenal kamu. Aku menyesal karena pernah menganggap mu pria baik."
~
"Firman, sepertinya gelang ini punya Laila, ada inisialnya," ujar Mama saat Firman baru saja kembali keruangan sang Ayah.
Firman meraih gelang itu dan ia ingat Laila memang memakai gelang itu tadi. "Oh iya sepertinya terjatuh, nanti akan ku kembalikan. Oh iya, apa Ayah akan operasi hari ini?"
"Belum, besok kata Dokter. Lebih baik sekarang kamu pergi temui Laila, dia pasti mencari gelangnya," ujar Mama.
Firman terdiam sebentar, berpikir apa ia harus menghampiri Laila atau menunggu besok saja. Karena kebetulan besok sore mereka sudah mengatur janji untuk bertemu Ibu Laila.
"Ayo, pergilah Fir," tegur Mama.
"Ya, baiklah. Kalau begitu aku pergi sebentar. Assalamualaikum." Ia meraih jaketnya di samping sang adik yang sedang tertidur pulas, tak lupa ia berpamitan kepada Mama dan juga Ibu tirinya.
~
Baru saja Firman hendak keluar dari gedung rumah sakit, hujan deras mulai turun. Ia pun kembali masuk ke lobi dan duduk di sebuah kursi untuk yang tersedia di sana.
Beberapa saat Firman berpikir apa yang harus ia lakukan, haruskah ia menerobos hujan demi menemui Laila? Akhirnya ia memilih untuk meneleponnya saja.
"Hallo, Laila. Gelang mu ketingg--" Firman tak melanjutkan ucapannya saat mendengar suara isak tangis Laila. "Hey kamu menangis?"
[Apa yang harus aku lakukan, hari ini begitu sial. Aku sangat sedih sampai ingin tancap gas menerobos palang pembatas jalan, tapi mobil ku malah mogok, huaaa sial sekali!]
Firman tiba-tiba terlihat panik, karena inti dari ucapan Laila menjurus ke bunuh diri. "Hey, gadis bar-bar, kamu di mana sekarang, jangan nekat!"
[Kau berteriak kepada ku? Kau kira aku dimana, tentu saja aku di pinggir jalan di kawasan xx, mobil ku mogok dan uang cash ku habis, hiks sial sekali]
"Kamu tunggu di sana, aku akan segera datang." Firman segera beranjak keluar dari gedung rumah sakit itu lalu berlari masuk kedalam mobilnya yang terparkir di halaman depan.
~
Di tempat berbeda, tepatnya di pinggir jalanan yang cukup sepi, Laila hanya bisa duduk sambil menutup kedua telinganya. Ya, ia sangat takut dengan petir dan sekarang ia terjebak tanpa bisa melakukan apapun.
Ia kembali menangis tersedu-sedu, mengingat semua yang terjadi padanya hari ini. Pikirannya pun bertambah kacau karena harus membereskan butiknya yang kacau akibat perbuatan Rehan.
Saat hujan mulai reda, Laila turun dari mobil, entah untuk apa. Namun ia melangkah ke pinggir jalan, di sana terdapat sebuah jurang yang cukup dalam.
Tatapan Laila terfokus kesebuah cincin yang melingkar di jarinya, cincin yang belum sempat ia lepaskan setelah putus dari Rehan. "Bisa-bisanya aku pergi menemuinya dengan memakai cincin ini, dasar Laila kenapa kamu bodoh sekali."
Laila kembali menangis saat mengingat semua mimpinya yang ingin ia rajut bersama sang kekasih. Kini mimpi itu sudah menjadi harapan semu yang tak berarti.
Dengan lemparan yang cukup kencang, Laila membuang cincin itu ke jurang. "Cukup hari ini aku menangis karena pria seperti mu! Aku pastikan besok hidup ku lebih baik, aku akan hidup dengan bahagia dan menemukan pria sangat mencintai ku!!!"
Teriakan Laila menggenggam di tengah heningnnya suasana. Tak lama hujan kembali turun dan suara petir menggelegar kembali terdengar, karena takut Laila hanya bisa menutup telinganya seraya memejamkan mata.
"Kenapa aku sial sekali, mau bunuh diri tapi tidak punya nyali," ucapnya sambil menangis tersedu-sedu.
Tak lama suara mobil dari arah belakang membuat Laila berbalik. Ia bisa melihat seorang pria yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang, melangkah kearahnya dengan sebuah payung hitam sebagai perlindungan.
"Laila, kenapa kau tidak menunggu di mobil! Kamu bisa sakit kalau seperti ini," ujar Firman kesal.
"Akhirnya, kamu datang juga," lirih Laila, ia masih bisa tersenyum sampai akhirnya pandangannya mulai gelap dan sedetik kemudian ia jatuh pingsan tepat di pelukan Firman.
Bersambung 💕
Maaf karena slow up banget ya gess, novel ini akan aktif update 2-3 bab perhari pada awal bulan Oktober nanti, sekarang satu bab aja perharinya. Terimakasih untuk support yang luar biasa 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
dewi
lanjut kak, kisahnya bagus 👍👍👍
2023-06-26
0
Lina Susilo
sedih juga kisah cinta laila
2022-11-23
1
manda_
lanjut lagi
2022-11-03
1