"Permisi tuan." Sapa Rebecca.
"Iya silahkan duduk." Ucap seorang yang umurnya lumayan tua mempersiapkan Rebecca untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan.
Dengan rasa gugup yang menyelimuti, Rebecca berusaha tetap tenang menghadapi situasi yang ada.
"Kamu sudah tahu kamu akan kerja sebagai apa?" Tanya seorang yang penampilannya sangat gagah.
"Tidak tuan." Jawab Rebecca.
"Oh iya sebelumnya perkenalkan dulu, nama saya Julian, posisi saya di sini sebagai asisten CEO sekaligus tangan kanannya." Memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Saya Rebecca Caroline, biasa di panggil Becca." Balas Rebecca memperkenalkan dirinya balik.
"Karena sekertaris yang biasanya lagi cuti mau melahirkan jadi untuk sementara kamu yang akan jadi sekertaris CEO." Jelas asisten Julian.
"Se-serius tuan?" Tanya Rebecca tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan.
"Iya. kenapa, kamu gak mau?"
"Mau, mau banget tuan." Antusias Rebecca.
"Baguslah kalau gitu, ayo ikut saya ke ruangan kamu." Berjalan pergi meninggalkan ruangan HRD.
"Saya pergi dulu pak." Pamit Rebecca sopan kepada seorang yang umurnya lumayan tua tadi.
"Iya, semoga kamu betah kerja di sini." Jawab bapak itu yang membuat Rebecca mengeryit heran.
Tapi Rebecca segera menempis pikirannya yang enggak enggak. Dia segera pergi menyusul asisten Julian yang akan masuk ke dalam lift.
Di dalam lift Rebecca merasa gugup lantaran harus satu ruangan dengan asisten Julian yang eeemmmm.... Bisa di bilang hot banget lah untuk ukuran pria.
Ting.
Mereka sampai di lantai paling atas gedung ini, tepatnya di lantai lima belas.
Rebecca mengikuti langkah panjang asisten Julian dengan agak tergesa gesa karena takut tertinggal.
"Ini ruangan kamu, dan di sebelah kanan kamu itu ruangan saya. Sedangkan yang di depan kamu itu ruangan CEO, dan untuk yang lainnya lagi nanti waktu jam istirahat kamu bisa keliling sendiri untuk melihat melihat keadaan perusahaan ini." Asisten Julian menjelaskan bagian bagian kantor.
"Baik tuan saya mengerti."
"Gak usah takut gitu, santai aja."
"Oh iya, dan jangan panggil saya tuan, saya bukan tuan kamu. Kamu bisa panggil saya Julian saja." Tambah asisten Julian.
"Maaf tu... Ahh maaf maksud saya Ju-Julian, sepertinya itu kurang sopan, bagaimana kalau saya panggil asisten Julian saja." Usul Rebecca.
"Terserah kamu lah, asal jangan tuan."
"Saya mau ke ruangan saya dulu, tuan Stefan masih belum sampai kamu bisa baca baca berkas yang ada di meja kamu. Jika ada perlu apa apa tak usah sungkan untuk bertanya pada saya." Ucap asisten Julian.
"Iya nanti jika ada kendala saya akan tanya ke asisten Julian." Jawab Rebecca.
"Ya udah saya pergi dulu." Asisten Julian pun pergi menuju ruangannya yang berada di samping ruangan sekertaris.
"Hufft... Gw kira akan semenegangkan tadi, ehh taunya gak juga." Ujar Rebecca mendudukkan tubuhnya di kursi yang akan menjadi singah sananya.
"Btw nyaman juga nih kursi." Puji Rebecca yang merasa nyaman.
Rebecca pun mulai membuka berkas berkas yang ada di mejanya untuk mempelajari apa saja yang akan dia lakukan sebagai sekertaris CEO.
...**...
"Dah sana kamu masuk gih." Suruh Stefan pada Briel setelah turun dari dalam mobil.
"Nanti Bliel ke pelusahaan papi ya, pokoknya papi halus ada di luangan saat Bliel sampai nanti, titik gak pakek koma." Cerocos Briel sebelum memasuki sekolah.
"Iya nanti papi tunggu kamu di ruangan papi."
"Udah gih sana masuk, udah di tunggu bu guru itu." Lanjut Stefan sambil menunjuk seorang guru yang berdiri di depan gerbang.
"Ya udah Bliel masuk dulu papi, papi hati hati ya keljanya, Bliel sayang papi."
Cup.
Mengecup pipi Stefan.
"Papi juga sayang Briel."
Cup.
Membalas kecupan anaknya di dahi sambil mengusap rambutnya.
"Dadahhh papi..." Melambaikan tangannya sambil berjalan masuk.
"Dadahhh sayang." Balas Stefan.
Setelah melihat anaknya sudah masuk dengan aman, Stefan pun segera masuk ke dalam mobil dan segera menjalankan mobilnya menuju perusahaan yang di pimpin selama ini.
...**...
Sampai di perusahaan, Stefan masuki gedung pencakar langit miliknya, seperti biasa karyawan karyawan yang bekerja di perusahaannya akan menyapanya jika berpapasan dengan Stefan. Tapi Stefan tidak pernah membalas sapaan itu, bahkan semua karyawan pun sebenarnya sudah hafal akan hal itu, tapi bagi mereka itu hal yang wajar lantaran Stefan adalah pemilik perusahaan jadi harus menjaga nama baiknya.
Stefan menaiki lift yang khusus di gunakan oleh petinggi petinggi perusahaan untuk menuju ruangan miliknya yang terletak di lantai paling atas.
Tak tak tak.
Terdengar suara langkah kaki mendekat, membuat Rebecca yang tadi sedang fokus membaca buku pun mengalihkan pandangannya untuk melihat siapa yang datang.
"Astaga mahluk dari belahan bumi manakah ini, kenapa sangat ganteng dan sangat sangat hot sekali." batin Rebecca yang terpesona melihat ketampanan Stefan.
"Selamat pagi tuan." Sapa Rebecca ramah.
"Hmm."
"Apakah kamu sekertaris baru itu?" Tanya Stefan dengan tangan satunya yang di masukkan ke dalam saku celana.
"Iya tuan, perkenalkan nama saya Rebecca Caroline biasa di panggil Becca." Salam perkenalan Rebecca berikan pada Stefan padahal Stefan belum menyuruhnya untuk berkenalan.
"Siapa yang tanya nama kamu?" Tuh kan apa author bilang.
"Ti-tidak ada tuan." Seketika nyali Rebecca yang tadi besar pun sekarang menciut.
"Saya mau punya sekertaris yang cekatan dan tidak suka banyak bertanya, apalagi yang lemot." Ucap pedas Stefan.
"Dasar sombong." Batin Rebecca mengumpati Stefan.
"Berani kamu mengumpati saya."
"Lah kok dia tahu." Batin Rebecca lagi.
"Udah kebaca dari otak kecil kamu."
"Hafalin semua jadwal saya, nanti kamu ikut meeting dengan saya di cafetaria." Lanjut Stefan yang tak membiarkan Rebecca berfikir.
"Baik tuan."
Stefan pun pergi memasuki ruangannya yang berada tepat di depan ruangan Rebecca.
"Hufft,,, ganteng ganteng galak." Gumam Rebecca.
"Ehh tapi itu orang beneran gak bisa baca fikiran kan, kalau iya bisa gawat nanti." Tak mau pusing memikirkan itu, Rebecca pun kembali membaca jadwal jadwal Stefan agar tidak terlupakan nanti.
...**...
"Julian saya mau meeting di luar sama Rebecca, saya percayakan perusahaan sama kamu." Ucap Stefan pada Julian melalui sambungan telepon kantor.
"Baik bos." Jawab asisten Julian.
Setelah itu Stefan memutuskan panggilan sepihak dan berganti menelfon Rebecca melalui telepon kantor yang ada di mejanya.
"Rebecca ke ruangan saya sekarang." Perintah Stefan melalui sambungan telepon kantor dan setelah mengucapkan itu tanpa menunggu jawaban dari Rebecca Stefan mematikan sambungan telepon.
"Dasar bos gila." Maki Rebecca pada Stefan.
Rebecca pun segera pergi ke ruangan Stefan sebelum singa jantan itu mengamuk.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya Rebecca yang memasuki ruangan Stefan tanpa izin terlebih dahulu.
"Siapa yang suruh kamu masuk?" Tanya Stefan dengan tegas.
"Mampus gw."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Ani Yuliana
kelewat baca ya aq thor, lulusan SMA memang bisa kterima jd secretary??? 🙏✌️
2022-12-31
3
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
Jagan galak ngapa bos
2022-12-30
0