Pagi harinya dengan semangat 45 Rebecca bersiap untuk pergi ke perusahaan Cassano Company, karena ini hari pertamanya masuk kerja, jadi Rebecca harus datang tepat waktu tidak boleh telat.
"Semangat Becca kamu pasti bisa." Ucap Rebecca menyemangati dirinya sendiri.
Rebecca keluar dari kosan tempat dia tinggal selama ini. Di depan pintu dia bertemu dengan sahabat sekaligus tetangganya yang tak lain adalah Pricilla.
"Weiss pagi pagi udah rapi bener, mau kemana buk?" Tanya Pricilla.
"Ya mau kerja dong, gw kan sekarang udah bukan pengangguran lagi." Jawab Rebecca.
"Iya deh yang udah dapat kerja, btw semangat kerjanya jangan lupa nanti kalau udah gajian traktir gw."
"Kalau soal itu lo tenang aja, nanti lo adalah orang yang pertama gw traktir kalau gw udah gajian."
"Ehh, lu kok masih santai-santai, emang lo gak kerja?" Tambah Rebecca bertanya pada Pricilla.
"Gw kerja kok, tapi nanti berangkat agak siangan."
"Ooh gitu, ya udah gw pergi dulu ya takut kesiangan." Pamit Rebecca.
"Ati ati lu."
"Siap bu bos." Mengangkat tangannya hormat kepada Pricilla.
Rebecca pun berjalan keluar pagar kosan menuju halte bus terdekat untuk pergi ke perusahaan Cassano Company.
...**...
"Papi bangun." Teriak bocah kecil yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
"Iiihh papi kok gak bangun bangun sih, Bliel udah cantik kayak gini masak papinya belum bangun juga." Cemberut Briel.
Briel pun naik ke atas ranjang king size milik papinya, meskipun agak kesusahan karena badannya yang pendek tapi akhirnya Briel bisa naik juga.
"Papi.... Bangun...." Mengoyangkan tubuh papinya dengan tubuhnya yang sudah duduk di atas perut papinya yang tidak memakai baju.
"Eeemmhh." Lengkuh Stefan karena tidurnya merasa terganggu.
Stefan membuka matanya dan melihat putri kecilnya yang sudah cantik memakai seragam sekolahnya sedang duduk di atas perutnya yang kotak kotak.
"Sayangnya papi kok udah cantik banget sih." Bangun dari posisi tidurannya dan memangku Briel di pangkuannya.
"Iya kan Bliel mau lihat singa sama papi, kata papi singa Bliel hali ini sudah ada, jadi Bliel mau lihat." Ujar Briel dalam pangkuan papinya.
"Kalau pagi pagi gini ya belum ada singanya, adanya nanti kalau Briel udah pulang sekolah." Jelas Stefan.
"Papi boong ya sama bliel, papi bilang kemalen hali ini udah ada." Mengerucutkan bibirnya yang membuat Stefan gemas.
"Iya nanti setelah Briel pulang sekolah kan juga hari ini sayang..."
"Tapi kan itu nanti papi gak sekalang."
"Ya udah sebagai tanda permintaan maaf papi, Briel mau apa hmm?"
"Eemmmm apa ya...." Mengetuk ketukkan jari telunjuknya di dagu.
Entah nanti Brielnya mau apa, yang jelas apapun itu Stefan akan berusaha untuk mengabulkan permintaan nya, dan semoga saja permintaan Briel kali ini bisa di terima dengan akal sehat.
"Bliel mau hali ini papi antal jemput Bliel ke sekolah, bisa kan Pi?" Memandang wajah papinya penuh harap, lantaran Briel sangat jarang sekali bahkan bisa di hitung jari kalau papinya antar jemput ke sekolah, biasanya Briel hanya di antar oleh sopir dan baby sitter saja.
"Iya papi antar berangkat ke sekolahnya, tapi kalau pulangnya nanti Briel sama pak sopir ya."
Stefan tau gimana anaknya ini sangat ingin sekali seperti teman temannya yang lain yang di antar jemput oleh kedua orang tuanya. Stefan sudah berusaha meluangkan waktunya untuk Briel, tapi tetap saja, karena kesibukan yang dia miliki hingga membuat Briel kadang merasa kesepian.
Mendengar jawaban papinya, Briel menundukkan kepalanya. Briel sangat rindu dengan papinya, Briel ingin di antar jemput seperti teman-temannya. Bahkan teman temannya ada yang di antar jemput dengan orang tua yang lengkap, tidak seperti Briel yang enggak punya mama.
"Briel sayang, sini lihat papi." Mengangkat dagu Briel dengan tangannya yang berotot.
"Maafin papi yang nanti gak bisa jemput Briel karena nanti papi harus meeting dengan klaien papi. Tapi nanti Briel boleh kok langsung ke perusahaan, nanti papi tunggu Briel di sana, trus kita pulang sama sama liat singa. Gimana Briel mau kan?" Bujuk Stefan.
"Iya Bliel mau papi, tapi papi halus janji sama Bliel kalau papi ada waktu papi harus jemput Bliel di sekolah." Mengangkat jari telingkingnya.
Stefan yang mengerti dengan anaknya pun menyambut telingking Briel dengan jari telingkingnya juga.
"Iya papi janji." Janji Stefan.
"Ya udah yuk kamu keluar dulu tungguin papi di bawah, papi mau mandi nanti kita sarapan bersama." Menurunkan Briel dari ranjang.
"Oke papi jangan lama lama nanti Blielnya bosen."
"Iya sayang."
Cup.
Mengecup dahi Briel.
"Dah sana, nanti jadi kesiangan."
"Dadahh papi, Bliel ke bawah dulu." Pamit Briel keluar dari kamar papinya.
"Seandainya kamu masih ada." Gumam Stefan memandang sebuah bingkai foto yang ada di meja samping tempat tidur.
Tak mau larut dalam kesedihan, Stefan segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
...**...
Rebecca sampai di depan gedung pencakar langit yang bertuliskan Cassano Company di dinding kacanya dengan ukuran yang besar, sehingga meskipun dari jarak jauh orang akan tahu kalau gedung itu adalah milik perusahaan Cassano Company.
Rebecca memandang sebentar gedung di depannya, setelah itu dia berjalan memasuki lobby perusahaan dan segera menuju resepsionis untuk menanyakan di mana letak ruangan yang akan di tempati selama bekerja di sini.
"Permisi." Sapa Rebecca.
"Iya ada yang bisa kami bantu mbak?" Tanya salah satu resepsionis perempuan yang pakaian lumayan emmm.... kalian tahu lah pasti.
"Iya saya yang baru keterima kerja di sini." Jawab Rebecca.
"Ohhh atas nama mbak Rebecca Caroline?"
"Iya itu saya."
"Mbaknya langsung naik aja ke lantai lima, di sana nanti ada ruangan HRD. Mbak sudah di tunggu di sana sama asisten Julian." Jelas resepsionis itu.
"Baiklah terimakasih, kalau begitu saya naik ke atas dulu." Pamit Rebecca dengan sopan, masak iya baru hari pertama bekerja sudah buat ulah, kan gak mungkin.
Rebecca masuk ke dalam lift dan segera memencet tombol nomor lima.
"Semoga posisiku nanti gak terlalu buruk." Doa Rebecca.
Ya, Rebecca belum tahu akan di tempatkan di posisi mana, kemaren dia hanya wawancara saja tidak di jelaskan akan di tempatkan di mana.
Ting.
Pintu lift terbuka, Rebecca segera berjalan menuju ruangan HRD. Karena kemarin dia sudah tahu letak ruangan HRD, jadi sekarang dia tidak pernah bertanya lagi.
Tok tok tok.
Tiga kali Rebecca mengetuk pintu yang terbuat dari kaca itu.
"Masuk."
Mendengar jawaban dari dalam, Rebecca pun segera membuka pintu kaca itu. Di sana ada dua orang, yang satu kelihatannya umurnya sudah lumayan tua, tapi yang satunya lagi eemmm...gagah banget.
"Permisi tuan."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
aku kl karya yg berbau mafia paling suka apalagi yang bucin 😁😁
2022-12-30
3
💗💗oppa Sehun 💗💗💗
next thor semangat 💪💪
2022-12-24
0