Di sebuah cafe Becca tengah menunggu temannya yang tadi janjian mau bertemu dengannya di cafe. Dari kejauhan ada seorang wanita yang berjalan dengan menenteng tas di tangan kanannya.
"Hai maaf nunggu lama ya." sapanya dan duduk di depan Becca.
"Gak juga kok gw juga baru datang."
"Lo mau ngomongin apa emang pric?" orang yang janjian dengan Becca itu adalah Pricilla.
"Gw mau ngomongin kasus penembakan yang lo alami 2 tahun yang lalu."
"Gimana udah ada kemajuan soal kasusnya?" tanya Becca penasaran.
"Belum, masih sama. Polisi udah nyerah karena kasus ini udah 2 tahun lamanya tapi tidak ada kemajuan sama sekali."
"Aku ngajak lo ketemu buat minta persetujuan untuk mencabut kasus ini, karena kata pak polisi masalah penembakan ini ada sangkut pautnya dengan dunia gelap." terang Pricilla.
"Dunia gelap, maksud lo mafia?" tanya Becca.
"Hmm."
Becca diam seperti tengah memikirkan sesuatu.
"Coba deh lo pikir, udah 2 tahun lamanya polisi menyelidiki kasus ini tapi tetap saja gak ada hasil apapun, siapa lagi coba yang bisa melakukan penembakan itu jika bukan orang yang sudah dalam ahlinya." terang Pricilla
"Apa yang lo bilang ada benernya Pric. Tapi yang ada di pikiran gw tuh, anak yang waktu itu gw tolong gimana keadaannya sekarang dan ada hubungan apa anak itu dengan para mafia." ucap Becca sambil menerawang kejadian 2 tahun yang lalu.
"Lo berdoa aja semoga itu anak gak kenapa napa." sambil mengelus pundak Becca untuk menenangkan.
"Setiap malam pasti selalu gw doa kan anak itu."
Becca diam dia teringat dengan anak kecil yang sempat dia selamat kan dari penembakan yang dia terima 2 tahun lalu.
"Lo sabar ya, pasti nanti kalau memang sudah takdir kalian bakal ketemu lagi kok."
"Jadi gimana lo setuju kan kalau kasus pencarian ini di berhentikan?" tanya Pricilla.
"Ya mau gimana lagi, kasian juga polisinya pasti sudah kangen sama para istri." pasrah Rebecca dan di akhiri dengan sedikit candaan.
"Yee lo mah pikirannya suami istri mulu, mangkanya nikah biar tahu rasanya rindu waktu di tinggal suami kerja."
"Lo nasehatin gw gak salah tuh, lo aja masih jomblo."
"Gw mah jomblo karena masih mau menikmati masa masa mengejar karir, nah elo jomblo karena gak laku." ucap Pricilla mengejek.
"Siapa juga yang gak laku. Lo gak tau aja kalau gw di kampus tuh jadi idaman para cowok." tidak terima di ejek Pricilla.
"Masak buktinya mana?"
"Ya-ya-ya... tauk ahh lo mah ngeselin." mengerucutkan bibirnya.
"Atututu malah nih yee." sambil mencolek dagu Rebecca.
"Apaan sih lo, lagian lo tuh ya gak kangen apa sama gw."
"Uuuh kangen banget dong cini peyuk."
Mereka berpelukan layaknya sahabat yang sudah berbulan-bulan tidak ketemu padahal mah mereka setiap hari ketemu orang tempat tinggalnya bersebelahan.
"Oh ya tadi gw ke padepokan Abah Ramli nanyain kenapa lo udah gak pernah ke sana lagi, abah kangen katanya." ucap Pricilla selesai berpelukan.
"Gw sebenernya juga kangen banget sama abah apa lagi sama si cantik peliharaan Abah." jawab Rebecca sambil tersenyum membayangkan muka gemes si cantik yang lagi menggaung.
"Astaghfirullah hallazim lo masih sehat kan, ingat si cantik itu singa, lo tau singa kan?" ucap Pricilla yang tak habis pikir sama temen satunya ini, bisa bisanya suka banget peluk peluk singa.
"Ya tau lah, tapi dia itu imut banget loh. Apalagi waktu menggaung dan kelihatan taringnya, beuhh gemes banget jadi pengen peluk." sambil melipat tangannya ke dada seolah tengah memeluk sesuatu.
"Ya Allah kenapa punya sahabat satu gini amat." keluh Pricilla.
"Ya udah sih, lagian nih ya si cantik tuh selalu dengerin aku curhat, dia tuh baik banget deh pokoknya."
"Iya dah serah lo, belain aja tuh si cantik asal lo bahagia."
"Nah gitu dong, kebahagiaan orang tuh beda beda jadi kita harus menghargainya."
"Iya iya, ya udah sekarang lo mau pesan apa biar gw traktir, secarakan lo belum ada kerjaan sekarang." ucap Pricilla dengan akhiran mengejek.
"Sial*n lo."
Akhirnya mereka memesan makanan yang mereka inginkan dengan Pricilla yang membayarnya.
...**...
Di sebuah mall terbesar di kota itu, seorang pria tengah mengendong anak kecil yang amat cantik dengan salah satu tangannya dan tangan satunya lagi di masukkan ke dalam saku celananya.
"Papi, papi nanti beliin Bliel boneka ya Pi!" ucap Briel dengan tangan yang melingkar di leher Stefan.
"Iya nanti Briel beli apa saja yang Briel mau." jawab Stefan sambil tersenyum ke anaknya.
"Hole makasih papina Briel yang ganteng."
Muach.
Briel mencium pipi papinya.
"Sama sama cantiknya papi."
Muach.
Stefan membalas mencium pipi anaknya.
Mereka belanja dengan senang terutama Briel, dia sangat senang jika di ajak papinya jalan jalan keluar. Karena biasanya Stefan sibuk jadi Briel kalau mau jalan jalan hanya bersama baby sitter dan bodyguard yang selalu mengikuti kemanapun dia pergi.
Sekarang mereka tengah berada di toko yang menjual beraneka macam boneka ada yang berbentuk hewan dan ada juga yang berbentuk tokoh kartun yang sering muncul di televisi.
"Papi Bliel mau dibeliin singa ya Pi!" pinta Briel sambil mendongakkan kepalanya menghadap ke arah Stefan yang tingginya di atas 175.
"Iya kamu ambil aja bonekanya terserah kamu." jawab Stefan yang tidak mengerti maksud anaknya.
"Iiih kok boneka sih Pi, Bliel maunya tuh singa yang ada suaranya."
"Iya boneka yang ada suaranya kan juga ada sayang."
"Bukan boneka papi tapi singa." ucap Briel dengan kesal dan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Iya boneka singa yang ada suaranya kan?" jawab Stefan berusaha mengerti apa yang anaknya maksud.
Stefan pun berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Briel.
"Bukan boneka papi tapi singa. Huuwaaaa." tangis Briel pecah karena permintaannya yang tidak di mengerti oleh Stefan.
"Loh kok nangis anak papi." Stefan membawa Briel dalam pelukannya.
"Cup cup cup. Kok nangis sih, anak cantik gak boleh nangis loh nanti cantiknya ilang." Stefan berusaha membujuk anaknya.
"Huuwaaaa Bliel gak cantik lagi Huuwaaaa." bukannya berhenti tangis Briel malah makin pecah.
"Udah udah cup cup cup kita cari singa sekarang." ucap Stefan meskipun belum mengerti singa apa yang anaknya maksud.
"Hiks hiks hiks benelan Pi, hiks." seketika tangis Briel mereda saat mendengar kata singa.
"Iya dong kan papinya Briel gak pernah bohong." jawab Stefan berusaha meyakinkan anaknya agar tidak menangis lagi.
"Hiks ya udah ayo hiks kita cari pi hiks." ucap Briel sambil sesenggukan.
Stefan bingung harus mencari yang di mau Briel ke mana akhirnya dia memutuskan untuk berjalan ke arah permainan yang ada di dalam mall.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
makanya Jagan memberikan harapan Ama anak kecil
2022-12-30
4
💗💗oppa Sehun 💗💗💗
lanjuttt
2022-12-24
0