Happy reading
Saat ini keluarga nugraha sedang berkumpul, sang kepala rumah tangga buru-buru menyelesaikan pekerjaannya agar bisa pulang lebih awal sebab dia sudah tidak sabar berjumpa dengan putra nya apalagi sang putra membawa cucunya yang setiap hari mereka selalu melakukan panggilan VC yamg membuat keluarganya merasa sangat gemas dengan celotehan-celotehan chika, kehangatan keluarga ini terasa sekali sejak kedatangan si sulung dan tentu bocah menggemaskan yang menjadi pusat perhatian keluarga tersebut.
"Onty....yang ini pate baduna yang warna melah, dangan pate yang walna bilu." chika mengambil sebuah baju yang dimaksudnya lalu disodorkan kearah gadis yang kini sudah dewasa.
"Ihhh onty nggk suka warna merah cici, onty sukanya warna biru." nella menggoda sang keponakan yang saat ini mereka berada diruang keluarga dengan seabrek mainan boneka yang memang sudah dipersiapkan oleh sang mami demi menyambut kedatangan sang cucu.
Jauh hari nino sudah mengabarkan kedatangannya namun mereka merahasiakan hal tersebut demi membuat kejutan untuk ulang tahun lila.
"Delek onty, cici tidak cuka, oma baducan walna melah kan oma." cici meminta pendapat kearah sang oma.
"Iya tentu bagusan yang merah." yana terkekeh kecil melihat tingkah lucu sang cucu.
"Astaga cici, terserah lah onty malas sama cici, huh."
"Nella, jangan suka godain cici." tegur sang papi saat melihat wajah cici yang siap untuk menangis lalu diambilnya tubuh gembul sang cucu.
Sedangkan yang ditegur tampak cekikikan disana.
"Ssttt...jangan menangis cantik, nanti pipinya hilang loo." tony mengelus-elus pipi chuby cici.
"Onty dahat opa, onty dangan dikacih cucu ya opa, wlee.." cici melingkarkan kedua tangannya keleher sang opa dan menjulurkan lidahnya mengolok sang tante.
"Yaaa...masih kecil juga, onty kurung kamu." nella berkacak pinggang tetap menggoda bocil yang membuat atensi keluarganya berpusat pada bocah tersebut.
"Nella sudah, kamu ini heran mami kenapa suka betul godain adek mu." omel yana sambil menarik tangan putrinya itu agar duduk sedangkan chika menjulurkan lidahnya sambil bersembunyi didekapan sang opa.
Mereka lalu melanjutkan bermainnya bersama chika dengan segala celotehan khasnya sedangkan sang daddy saat ini sedang mengistirahatkan tubuhnya dikamar kesayangannya yang sudah lama dia tinggalkan.
Tak lama netranya perlahan terbuka, tangannya terulur untuk menghalau cahaya yang menyilaukan matanya.
Lantas pandangannya menoleh kesamping melihat jam diatas nakas ternyata jam sudah menunjukkan sore hari.
Hoam
"Ternyata sudah sore." gumamnya sambil bangun dari tidurnya meregangkan otot yang terasa kaku.
Disingkirkannya selimut yang membungkus sebagian tubuhnya, lantas kakinya menjulur dan berjalan pelan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Nino melepaskan celana pendek yang dikenakannya sebelum dirinya terlelap lalu memasukkannya kedalam keranjang tempat baju-baju kotor dan seperti biasa dia tidak memakai atasan saat tidur.
Kemudian nino masuk kedalam bilik kaca untuk memulai aktifitas mandinya.
Tidak pakai lama nino segera mengambil handuk yang terletak di laci dekat wastafel kemudian memakainya dililitkan kepinggang.
Nino memandang cermin dihadapannya, tetesan air berjatuhan dikulitnya yang bersih kemudian dia menghela nafas kasar.
Hah.
kedua tangannya berpegangan dipinggiran meja marmer tersebut, wajah tampannya menghiasi cermin namun dirinya tersenyum miris menatap bayangan tubuhnya sendiri.
Semenjak kehilangan perempuan yang dicintainya, gai rah hidupnya seakan ikut terseret oleh sang pujaan hati beruntung setelah beberapa tahun tenggelam didalam kesunyian akhirnya cahaya kecil mampu menerangi kehidupannya yang terasa sunyi dan gelap.
Nino lantas membalikkan badannya dan segera keluar untuk mengenakan pakaian.
Tak butuh waktu lama, nino sudah rapi mengenakan celana pendek dan kaos berwarna putih membuat kadar ketampanan nino berkali-kali lipat padahal usianya susah tidak lagi muda.
Saat dirinya sudah keluar dari kamar terdengar suara celotehan sang putri dan suara tawa keluarganya membuat senyum nino terbit hingga dia mempercepat langkahnya untuk melihat kegaduhan yang dibuat incess nya itu.
Dengan berpegangan pagar pembatas dari lantai dua, dia dapat melihat yang putri sedang bermain tentu saja ditemani oleh kedua orang tua serta sang adik tercinta tak ketinggalan mbok sri beserta anaknya juga ikut tertawa melihat aksi cici.
Tak cukup melihat dari lantai atas, akhirnya nino melangkah menuruni tangga agar bisa bergabung bersama keluarganya.
"Daddy." pekikan cici sembari berlari meninggalkan semua mainannya untuk segera memeluk sang ayah saat dia tak sengaja menangkap sosok ayahnya.
Nino berjongkok kemudian merentangkan kedua tangannya.
Hap.
Cup
Cup
Cup
Cici terkikik geli karena ciuman yang ayahnya berikan membuatnya kegelian karena bulu halus sang ayah.
Nino laku menggendong putrinya untuk bergabung bersama keluarganya.
"Bagaimana kabarmu son?" tanya tony sambil bangun dari duduknya ketika melihat sosok putranya sebab saat dia pulang tadi nino terlelap mungkin karena kecapean sedangkan sang cucu tampak bugar, lalu tony memeluk sang putra dan disambut oleh nino.
"Baik papi, papi sehat?" tanyanya balik lalu melepaskan rengkuhannya.
"Yah selalu sehat." tony tersenyum haru melihat putranya yang kini sudah sangat dewasa namun belum juga memiliki pendamping hidup setelah kepergian menantunya dahulu.
Nino kemudian duduk di sofa yang kosong setelah tadi menurunkan cici.
"Jadi apa sekarang sudah mulai menetap dijakarta?" tanya sang papi.
"Ya, rencananya seperti itu pih karena tidak lama lagi cici masuk sekolah." jawabnya sambil tersenyum menatap sang putri yang kini bermain bersama nella adiknya yang sedang berkuliah semester 4 itu.
Tony menganggukkan kepalanya bertanda mengerti.
"Jadi bagaimana, apa sudah dapat mommy baru untuk cucu papi?"
Deg.
Nino sontak menoleh mendengar pertanyaan sang papi tak lama dirinya menghela nafas pelan sambil menundukkan kepalanya.
Yana yang melihatnya sontak mendekat dan mengusap lembut punggung kekar sang putra membuat sang empu menoleh dan mendapati senyum tulus maminya.
"Hidup terus berjalan sayang, mami paham apa yang kamu rasakan, tapi sekarang kamu tidak sendiri sudah ada cici yang menjadi tanggung jawabmu dan tidak mudah membesarkan seorang anak tanpa kasih sayang seorang ibu." jelas yana dengan hati-hati.
"Nino bisa menjadi ayah sekaligus ibu untuk cici mih." jelasnya dengan nada datar seolah dirinya kurang setuju dengan arah pembicaraan maminya itu.
Deg.
Elusan yana terhenti dan mengangguk paksa mendengar jawaban putranya itu sedangkan tony menghela nafas kasar ketika melihat ekspresi yang istri.
"Oh ya rencananya jam berapa kita berangkat." yana mengalihkan pembicaraan guna menormalkan perasaannya.
"acaeanya jam 8 kata tio mi." yana menganggukkan kepalanya pelan dan meluruskan posisi duduknya untuk melihat sang cucu yang sedang bermain.
"Cudah ah cici males main tama onty, indak celu huh." cici membuang wajahnya kesamping tak lupa kedua tangannya terlipat bahkan bibirnya cemberut lucu.
"Looo kenapa nggak mau main sama onty lagi?"
"Abisna onty indak bica main, kan cici cudah nomong onty beliin balbi tas balu, tapi onty malah beli cepatu kan lain onty." jelasnya dengan suara cedalnya membuat semua orang nampak terkekeh geli melihat aksi cici.
Halo selamat malam semua, jangan lupa like, komen dan beri gift😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments