Olah Raga Pagi

Hangat sinar matahari pagi menerpa wajah Novia yang masih berbaring di tempat tidurnya.

Jendela kamarnya sudah terbuka, hembusan sejuknya angin pagi juga mulai masuk melalui jendela kamar itu.

"Good morning sayang!"

Reno tiba-tiba masuk sambil membawakan satu gelas susu hangat.

Laki-laki itu kemudian duduk di sisi tempat tidur sambil membantu Novia untuk bangun dari posisi tidurnya.

"Ah, aku kesiangan ya, kenapa Mas tidak membangunkan aku?" tanya Novia sedikit tersipu. Biasanya dia yang bangun duluan.

"Tidak kok, baru juga jam 7 pagi, lagian kan sekarang hari sabtu, aku libur kerja, kan gantian aku yang menyiapkan sarapan untukmu, tuh sudah siap di bawah!" jawab Reno sambil tersenyum.

"Ehm, Trimakasih Mas!"

"Habiskan susu hangat ini, setelah itu kita olah raga ringan yuk, seperti biasa tiap weekend!" kata Reno.

"Olah raga pagi?"

"Iya, kata Dokter kan berjalan kaki pagi-pagi bagus untuk wanita hamil, untuk peregangan! Masa kamu lupa sayang!" lanjut Reno.

Novia terdiam, memang selama ini kalau akhir pekan dia selalu berjalan kaki pagi-pagi bersama dengan Reno suaminya, mengelilingi komplek sejak mereka pindah ke rumah ini.

Sesungguhnya Novia juga sangat menyukai olahraga pagi, apalagi jalan-jalan pagi mengelilingi komplek ini, yang terbilang sepi namun dengan pemandangan yang sejuk dipandang mata, karena terdiri dari rumah-rumah yang terlihat begitu estetik.

Namun entah kenapa, sejak kehadiran tetangga baru tepat di sebelah rumahnya, membuat Novia enggan keluar rumah.

Novia sangat takut sekali, jikalau dia bertemu atau berpapasan dengan David, ada kecemasan yang tersembunyi di relung hatinya yang terdalam.

Entah ini takdir atau apa, dia kembali bertemu dengan masa lalunya di sini, di komplek tempat dia tinggal, mereka bahkan bertetangga dengan rumah yang bersebelahan.

"Hei, mengapa kamu jadi bengong? Ayo cepat ganti baju! Memangnya tidak lihat kalau aku sudah rapi berpakaian olahraga, lengkap dengan sepatu!" seru Reno mengejutkan lamunan Novia.

Memang Reno sudah nampak siap untuk jalan pagi-pagi, dia sudah mengenakan pakaian olahraga beserta dengan sepatunya.

"Mas Reno, tapi aku ..."

"Sudahlah, ayo sini aku bantu kamu untuk berganti pakaian, tidak usah mandi, nanti setelah olahraga baru kita mandi!" potong Reno cepat.

Dengan lembut Reno mengangkat Novia, lalu membantu dia berganti pakaian. Novia tidak bisa menolak lagi, dia juga tidak punya alasan yang kuat untuk tidak berolahraga pagi ini, apalagi matahari terlihat mulai menyembul dan cuaca begitu cerah.

Akhirnya Reno dan Novia pun mulai keluar dari gerbang rumahnya, dan mulai berjalan kaki berolahraga mengelilingi Komplek.

Baru satu putaran mereka berjalan, mereka berpapasan dengan David dan Silvi yang ternyata juga sedang berolahraga pagi.

"Hai! Ternyata kalian juga suka olahraga pagi ya! Kalau tahu begitu kan kita bisa janjian bareng-bareng!" seru Silvi.

Novia sedikit tertegun ketika bertemu dengan mereka, bahkan dia tidak mampu untuk berkata apa-apa lagi, selain memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Kalau begitu, kita sama-sama saja sekarang, nanti setelah selesai olahraga pagi, aku akan traktir kalian, di ujung jalan sana ada bubur ayam yang enak, kalian pasti belum coba kan!" ajak Reno.

"Wah, boleh juga tuh! Kebetulan kami berdua memang belum sarapan, kami baru juga keluar dari rumah!" sahut David.

"Iya betul! Ya sudah kalau begitu, ayo kita jalan lagi sambil ngobrol-ngobrol, ternyata asik juga ya punya tetangga sama-sama suka olahraga!" lanjut Silvi.

Mereka pun kemudian melanjutkan aktivitas jalan pagi mereka.

David dan Reno nampak berjalan di belakang, sementara Silvi dan Novia berjalan di depan mereka.

"Kata orang, kalau lagi hamil sangat dianjurkan dan bagus sekali jalan kaki pagi, tapi sampai sekarang aku belum isi juga, padahal kami sudah 3 bulan menikah!" kata Silvi.

"Sabar Silvi, ada waktunya nanti, banyak pasangan-pasangan lain yang membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai mereka mendapatkan momongan!" sahut Novia.

"Kamu benar Mbak, mungkin aku saja kali ya yang tidak sabar! Padahal Bang David sendiri saja santai santai!" ujar Silvi Sambil tertawa.

Mereka terus berjalan kaki dengan santai, sampai beberapa putaran, hingga terlihat wajah Novia yang lelah dan berkeringat.

Mungkin karena bawaan hamil, Novia tidak bisa berjalan secepat yang lainnya, hingga akhirnya kakinya menyandung sebuah lubang kecil di jalan itu.

Dengan reflek Reno dan David berlari cepat untuk menangkap tubuh Novia, namun David yang terlebih dahulu sampai dan menopang tubuh Novia yang hampir saja jatuh.

"Maaf!" ucap David saat melihat Reno.

David kemudian menyerahkan Novia yang ada dalam topangannya itu ke tangan Reno yang terulur.

Reno kemudian memeluk Novia dan membantunya untuk berdiri.

"Ya ampun Mbak Novia! Hati-hati ah kalau jalan, Untung tadi tidak sempat jatuh ke tanah!" seru Silvi sambil mengelus perut Novia.

"Terima kasih Bro! kau ternyata lebih Sigap untuk menolong istriku tadi!" ucap Reno sambil menepuk bahu David.

Novia tercenung, Reno sama sekali tidak cemburu pada saat David menangkapnya, ketika dia akan jatuh, tapi malah justru mengapresiasi sikap David.

"Santai saja! Aku juga akan melakukannya pada siapapun yang memang benar-benar membutuhkan pertolongan! Lain kali kalau berjalan bersama seperti ini, sebaiknya gandenglah tangan istrimu, supaya lebih aman!" kata David.

"Nah betul itu! Apalagi lagi hamil besar begini!" timpal Silvi.

"Yah, memang aku yang salah! Mulai besok aku tidak akan membiarkan istriku berjalan sendirian lagi!" ucap Reno, wajahnya sedikit menyiratkan penyesalan.

Mereka kemudian melanjutkan jalan pagi mereka, kini tangan Reno menggenggam erat tangan Novia.

David yang berjalan bersama dengan Silvi di belakang mereka hanya bisa menatap dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Hingga mereka sampai di sebuah kedai bubur ayam, yang terlihat cukup ramai pengunjung.

Reno kemudian mulai memesan bubur ayam untuk mereka, sementara Novia sudah duduk terlebih dahulu bersama dengan Silvi dan David, di salah satu meja yang ada di kedai bubur ayam itu.

"Kalian boleh nambah kalau mau, bubur ayam di sini recommended sekali, bahkan istriku sangat suka sekali makan di tempat ini!" kata Reno.

"Wah, hari ini kita ditraktir sama pak Reno, nanti kapan-kapan kita traktir mereka juga ya Bang, kita ajak ke rumah makan seafood yang waktu itu kau pernah mengajakku!" ujar Silvi bersemangat.

David terlihat hanya tersenyum mendengar celotehan istrinya itu.

"Rumah makan seafood? Kalian tahu di mana rumah makan seafood yang enak? Novia pernah sangat ingin makan seafood, tapi setelah aku membelikannya dia tidak suka, katanya tidak enak!"sahut Reno.

"Itu lho, rumah makan seafood yang ada di dekat Stasiun! Ya lumayan jauh memang dari sini, nantilah kapan-kapan kita jalan bareng ke sana! Ya kan bang!" kata Silvi sambil menyenggol tangan suaminya itu.

Lagi-lagi David hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Sementara Novia sedikit tertegun, dia sangat tahu betul rumah makan seafood yang ada di dekat Stasiun, yang dimaksud oleh Silvi.

Rumah makan seafood itu adalah Rumah Makan langganannya dulu bersama dengan David, dan mereka sering kali menghabiskan waktu di sana karena memang pemandangannya begitu indah dan alami.

Di rumah makan seafood itu, yang berada di pinggir sebuah kolam ikan yang besar, membawa kembali kenangan Novia bersama dengan David.

Entah mengapa ada yang perih di sudut hati Novia, rasanya dia ingin pergi, ingin berlari sejauh mungkin, dan kini dia harus menerima kenyataan, bahwa laki-laki yang pernah tinggal dalam hatinya dulu, kini berada sangat dekat dengannya.

Bersambung ....

****

Episodes
1 Tetangga Baru
2 Lontong Sayur
3 Bertemu Sahabat
4 Ayam Bakar
5 Olah Raga Pagi
6 Paket Misterius
7 Kegelisahan Novia
8 Kontrol Kehamilan
9 Di Antar Pulang
10 Telepon Dari Bunda
11 Permintaan Novia
12 Kedatangan Bunda Lasmi
13 Oleh-Oleh
14 Peringatan Novia
15 Novia Sakit
16 Ke Rumah Sakit
17 Harus Di Rawat
18 Kunjungan Tina
19 Pulang Ke Rumah
20 Mendekati Waktunya
21 Mulai Kontraksi
22 Pecah Ketuban
23 Harus Di Lahirkan
24 Menjalani Operasi
25 Kekecewaan Reno
26 Elvio Putra Pratama
27 Sambutan Sang Buah Hati
28 Bel Tengah Malam
29 David Di Rawat
30 Vio Rewel
31 Macet Total
32 Permintaan Silvi
33 Sentuhan
34 4 Tahun Kemudian
35 Permintaan Reno
36 Menjemput Sekolah
37 Undangan Reuni
38 Di Pesta Itu
39 Mulai Terkuak
40 Dingin
41 Menunggu
42 Pulang Pagi
43 Ke Dokter Anak
44 Kondisi Vio
45 Penghianatan Seorang Sahabat
46 Vio Di Bawa Reno
47 Ke Kantor Reno
48 Pertemuan Reno Dan David
49 Kondisi Silvi
50 Keputusan Reno
51 Pernikahan Tersembunyi
52 Ada Yang Aneh
53 Ada Yang Berubah
54 Kesedihan David
55 Permintaan David
56 Ke Kantor Tina
57 Pulang Malam
58 Kekecewaan Vio
59 Kemarahan Reno
60 Sikap Dingin
61 Foto
62 Fakta Baru
63 Mencari Bukti
64 Ke Apartemen
65 Terciduk
66 Pulang Ke Rumah
67 Pulang Ke Semarang
68 Ucapan Tina
69 Nasihat Bunda Lasmi
70 Permohonan Maaf Reno
71 Curahan Hati Reno
72 Konsultasi
73 Reno Kritis
74 Di Rahasiakan
75 Pulang Ke Jakarta
76 Reno Mulai Sadar
77 Keributan Di Rumah Sakit
78 Reno Pulang Ke Rumah
79 Pertengkaran
80 Reno Menggugat Cerai
81 Alasan Reno
82 Pertanyaan Bunda
83 Hutang
84 Mencari Solusi
85 Bantuan David
86 Vio Sakit
87 Kedatangan Tina
88 Pindah Rumah
89 Tetangga Baru Lagi
90 Kerinduan David
91 Perpisahan (Tamat)
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Tetangga Baru
2
Lontong Sayur
3
Bertemu Sahabat
4
Ayam Bakar
5
Olah Raga Pagi
6
Paket Misterius
7
Kegelisahan Novia
8
Kontrol Kehamilan
9
Di Antar Pulang
10
Telepon Dari Bunda
11
Permintaan Novia
12
Kedatangan Bunda Lasmi
13
Oleh-Oleh
14
Peringatan Novia
15
Novia Sakit
16
Ke Rumah Sakit
17
Harus Di Rawat
18
Kunjungan Tina
19
Pulang Ke Rumah
20
Mendekati Waktunya
21
Mulai Kontraksi
22
Pecah Ketuban
23
Harus Di Lahirkan
24
Menjalani Operasi
25
Kekecewaan Reno
26
Elvio Putra Pratama
27
Sambutan Sang Buah Hati
28
Bel Tengah Malam
29
David Di Rawat
30
Vio Rewel
31
Macet Total
32
Permintaan Silvi
33
Sentuhan
34
4 Tahun Kemudian
35
Permintaan Reno
36
Menjemput Sekolah
37
Undangan Reuni
38
Di Pesta Itu
39
Mulai Terkuak
40
Dingin
41
Menunggu
42
Pulang Pagi
43
Ke Dokter Anak
44
Kondisi Vio
45
Penghianatan Seorang Sahabat
46
Vio Di Bawa Reno
47
Ke Kantor Reno
48
Pertemuan Reno Dan David
49
Kondisi Silvi
50
Keputusan Reno
51
Pernikahan Tersembunyi
52
Ada Yang Aneh
53
Ada Yang Berubah
54
Kesedihan David
55
Permintaan David
56
Ke Kantor Tina
57
Pulang Malam
58
Kekecewaan Vio
59
Kemarahan Reno
60
Sikap Dingin
61
Foto
62
Fakta Baru
63
Mencari Bukti
64
Ke Apartemen
65
Terciduk
66
Pulang Ke Rumah
67
Pulang Ke Semarang
68
Ucapan Tina
69
Nasihat Bunda Lasmi
70
Permohonan Maaf Reno
71
Curahan Hati Reno
72
Konsultasi
73
Reno Kritis
74
Di Rahasiakan
75
Pulang Ke Jakarta
76
Reno Mulai Sadar
77
Keributan Di Rumah Sakit
78
Reno Pulang Ke Rumah
79
Pertengkaran
80
Reno Menggugat Cerai
81
Alasan Reno
82
Pertanyaan Bunda
83
Hutang
84
Mencari Solusi
85
Bantuan David
86
Vio Sakit
87
Kedatangan Tina
88
Pindah Rumah
89
Tetangga Baru Lagi
90
Kerinduan David
91
Perpisahan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!