Bulan melihat jam yang melingkar di tangan nya, pukul 19.30 wib. 'Belum terlalu malam untuk kembali.' batinnya lagi.
Bulan melangkah memasuki lift hendak menekan tombol. Tiba-tiba, segerombolan orang merangsek masuk kedalam lift, hingga ia terpojok dibelakang Lift bergerak. Beberapa orang terlihat menekan tombol keatas.
"Apa? Lantai tujuh? Yang benar saja?" Batin Bulan dengan sedikit lemas.
Ia bermaksud turun tapi lift malah bergerak naik. Bulan hanya bisa pasrah. Dia menunggu di barisan belakang.
Beberapa orang mulai keluar dari lift ketika pintunya mencapai lantai tujuh. Beberapa masih ada yang tinggal, Bulan mencoba melangkah maju, ia memencet tombol lantai satu, diwaktu yang bersamaan beberapa orang masuk ke dalam lift,
Bulan mulai terdorong dan terjepit di tengah kerumunan manusia, Bulan tersenyum kecut. Namun ia sedikit lega, sudah menekan tombol lantai satu, Lift kembali bergerak.
Lantai tiga, pintu lift terbuka, Bulan terdorong oleh orang yang hendak keluar, sepatu nya terinjak hingga terlepas dan tertinggal. Kini Ia terlanjur ikut keluar dari lift, Bulan mencoba masuk, namun pintu lift sudah terlanjur tertutup.
" Hiiiyyyaaaaaaa.... " Teriaknya, sambil mengetok-ngntok pintu lift. " Sepatukuu.."
Bulan menyerah, mau diketok berapa kali pun pintu lift tak kan terbuka.
"Haaahh, kembali lagi kemari." Gumamnya, "Langkah yang sia-sia."
Bulam terduduk berjongkok di pinggir pintu lift. Ia melihat sekitar. Hanya lorong yang sunyi. Bulan kembali berdiri didepan pintu lift, sudah sampai di lantai satu.
Dia mencoba menekan-nekan tombol. Namun seolah tak berfungsi. Ia mulai berfikir , di lihatnya lorong di sisi kiri, lalu ia mulai berjalan. Yang jelas tak mungkin Bulan memilih arah kanan Di mana disana jelas ada resepsi dua penghianat dalam hidupnya.
'Mungkin ada pintu darurat disini' batin Bulan mencoba menghibur diri.
Bulan mulai mencari, Dia membuka pintu yang dirasa pintu darurat.
Dia mencoba masuk. Seperti lorong yang tampak remang, perlahan mulai melebar, terdengar suara orang bercakap-cakap. Sepertinya sesuatu yang serius. Bulan mengintip dari balik tembok lorong ruangan itu.
Di sana berdiri dua orang pria berbadan besar, dan dua orang berbadan sedang dan satu orang dengan tato naga di lehernya.
"Kau sudah melakukan nya?" Suara pria dengan tato dilehernya, "bagaimana hasilnya?"
"Mereka sudah masuk perangkap. Umpannya juga sudah siapkan."
"Bagus."
"Saat ini mungkin mereka sudah merasakan efek sampingnya. Dosis yang kami berikan cukup tinggi, mereka pria lajang pasti kesenangan malam ini dengan umpan kita. Ha-ha-ha."
"Ha-ha-ha..." Disambut dengan suara tawa yang lain.
Pria bertato naga itu lalu terdiam, dalam sekejap suasana berubah dingin dan suram.
"Dengar kalian semua, Jika kali ini gagal, habislah kita semua." Suaranya begitu berat dan tegas, sepertinya dialah pemimpin orang-orang tersebut. Dia terkesan mendominasi.
" Lawan kita adalah pemilik JD Grup sekaligus ketua perkumpulan Leander. Hidup dan mati kita tergantung ini." Tegas pria itu lagi.
Tanpa sengaja, pria itu melihat Bulan yang sedang mengintip. Bulan yang bertemu pandang dengan mata tajam menakutkan itu pun tertegun.
"Siapa disana?" Teriaknya.
Sontak Bulan mengambil langkah seribu, berlari keluar. Dia berlari dengan sepatu yang tinggal sebelah. Ia merasa kesulitan lalu dilepasnya sepatu yang menghambat laju larinya. Bulan bawa sepatu yang hanya sebelah itu, berlari. Sementara para pria itu mengejar dibelakang.
Bulan sangat ketakutan. Jantungnya terus terpompa seeiring kecepatan larinya."Habislah aku jika tertangkap. Astaga, kenapa aku bisa sesial ini?"
Sampailah ia di depan pintu lift yang terbuka. Bulan langsung masuk dan sembarang memencet tombol. Pintu tertutup tepat saat pria-pria yang mengejarnya sampai didepan pintu. Bulan bernafas lega.
Dilihatnya tombol lantai lima menyala. Ia memencet itu rupanya. Lalu ia teringat, kamar 306 yang ada dilantai lima.
'Benar ! Terlalu berbahaya berkeliaran diluar. ' Batin Bulan saat itu dengan nafas yang ngos-ngosan."Selamat. Semoga mereka tidak mengejar sampai ke lantai lima."
Waktu menunjukkan pukul 21.03 wib Bulan keluar kamar mandi dengan berbalut handuk di tubuhnya. Ia berjalan mengambil hairdryer dan mulai mengeringkan rambut. Tentu saja di kamar 306.
Bulan memandang berkeliling,ia masih merasa takjub. Beberapa saat yang lalu waktu ia pertama kali masuk ke dalam suite room itu. Mulutnya sampai ternganga saking bagusnya dan mewahnya ruangan itu.
Di kamar mandi pun dia juga masih dibuat ternganga oleh fasilitas dan apiknya tempat yang terkesan elegan itu.
Rambut Bulan baru setengah kering dan lembab, saat ponsel nya berdering. Membuyarkan lamunan akan ketakjuban kamar itu.
Bulan menghentikan aktifitas nya mengeringkan rambut. Bulan mengambil benda pipih dari dalam tasnya. Tampak dilayar nomor Awan, Bulan menggeser tombol terima.
"Hallo?"
"Kamu di mana?" Suara Awan terdengar lebih berat dan sengal.
"Di kamar 306. Kamu menyuruhku menunggu di sini."
"Pergi dari sana sekarang! Jangan sampai terlihat siapapun!" perintah Awan langsung menutup telepon tanpa menunggu jawaban dari Bulan.
Bulan bingung, Ia terdiam cukup lama mencoba mencerna apa yang Awan ucapkan di telpon tadi. Lama termenung, akhirnya Bulan memutuskan mengikuti apa yang pria itu perintahkan,
Ia beranjak namun pendengarannya menangkap seperti suara pintu di buka dan menutup kembali. Ia lalu berjalan untuk memastikan. Terlihat olehnya Awan berdiri dan bersandar menyamping pada tembok kamar.. Dia terlihat kacau dengan pakaian yang sedikit berantakan, dan beberapa bercak merah.
Bulan tak bersuara,hanya menatap dengan pandangan bingung.
Awan menoleh ke arah Bulan . Terlihat Bulan dengan balutan handuknya, dan rambut yang setengah kering terurai ke depan. Awan menelan saliva nya menahan hasratnya yang kian menggebu, dan memejamkan matanya . Tubuhnya terasa semakin panas, wajahnya yang sudah memerah semakin merah karenanya. Awan benar-benar sudah di puncak hasratnya, ia hampir kehilangan akal sehatnya.
"Sial! Melihat nya hanya mengenakan sehelai handuk makin membuat tubuhku panas." Pikir Awan kembali menelan ludahnya dengan susah.
"Kenapa kamu masih disini?" suara Awan lirih namun bermata tajam. Awan masih mencoba membendung hasrat nya yang makin menggebu.
"Apa yang terjadi?" suara Bulan pelan, perlahan bulan mendekat pada Awan, tangannya terulur hendak menyentuh pria itu karena khawatir.
"Jangan mendekat!!" Perintah Awan cepat, menghentikan langkah Bulan seketika. " Aku tak ingin mengunakanmu."
Awan berjalan sempoyongan mendekati sebuah meja tak jauh dari sana dan mengambil pisau buah. Ia mengangkat tangan nya dan hendak menusuk paha kanannya. Buru-buru Bulan menahan pisau itu dengan tangan nya. Ia membungkuk tepat di depan Awan.
" Apa yang kamu lakukan?" pekik Bulan mendongak menatap wajah Awan dari bawah. " Kamu waras?" Bulan masih berusaha menahan dan merebut pisau itu.
Awan yang semakin kesulitan menahan gejolak di dirinya, menarik lengan Bulan dan membenturkan ke tembok, di tahannya tubuh Bulan yang terlihat terkejut itu dengan tubuhnya.
Awan mencium bibir pink alami Bulan dengan buasnya, lalu menjalar hingga ke lehernya. Bulan meronta, berusaha melawan.
Bersambung.
®®®®®®
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Rinnie Erawaty
apakah Awan dijebak olah orang dgn minum pil perangsang yak🤔
2022-11-01
0