Awan yang semakin kesulitan menahan gejolak di dirinya, menarik lengan Bulan dan membenturkan ke tembok, di tahannya tubuh Bulan yang terlihat terkejut itu dengan tubuhnya.
Awan mencium bibir pink alami Bulan dengan buasnya, lalu menjalar hingga ke lehernya. Bulan meronta, berusaha melawan.
"Awan! Apa yang kau lakukan? Le-lepaskan aku!"
Awan mulai tersadar, dia bergegas menjauh. Tubuhnya terasa sangat panas, semakin panas setiap kali Bulan ada di dekatkan, sangat ingin menerkam gadis yang kini tengah menahan handuk yang membungkus tubuhnya agar tak lepas. Awan memejamkan matanya, menampar wajahnya sendiri.
"Sadarlah Sam! Kau tidak boleh menyentuhnya!" Teriaknya frustasi. Ia meraih pisau yang jauh tak jauh dari nya berdiri dan hendak menusukkannya kepaha kanannya sekali lagi, Bulan membulatkan matanya,melihat kenekatan Awan. Bulan gegas menahan dengan menggenggam pisau itu.
"AWAN! Apa kau hendak melukai dirimu sendiri?" teriak Bulan menatap Wajah Awan dengan pandangan aneh.
" Aku... Harus tetap membuat diriku sadar." Tatap Awan nyalang, dia marah pada dirinya sendiri karena tak mampu melawan hasrat di dalam dirinya. Terlebih pada wanita yang seharusnya dia jaga.
"Ada yang salah dengan tubuhku, aku tak tau apa dan kenapa, tapi setiap aku melihatmu, aku hanya ingin menerkam mu."ungkap Awan dengan mata menyala."Memakanmu hingga puas."
"Pergilah sebelum aku benar-benar lakukan nya."
Bulan terkejut, ia tau apa yang Awan alami, dia hanya pernah membaca pada serial komik yang pernah ia baca. Bulan menatap pria itu dengan iba. Namun ia juga tak tau harus berbuat apa. Haruskah ia mengorbankan kesuciannya demi menolong Awan?
" Ada yang tidak beres di sana... " ungkap Awan lagi
" Mungkinkan kau meminum v*****??"
" Ha-ha-ha.... Aku tak tau... " suara Awan makin berat dan nafasnya makin tak beraturan.
Bulan terdiam sejenak, Ia menatap iba Awan. "Siapa orang jahat yang begitu tega memberinya obat perangsang seperti ini. Jika dia bertemu dengan wanita nakal, mungkin saja pria ini akan mendapat masalah."batin Bulan saat itu.
"Ikut aku." Bulan menarik lengan Awan ke kamar mandi dan menghidupkan sower guna mendinginkan tubuh pria itu yang panas.
Sayangnya sower itu juga membasahi tubuh Bulan. Menambah rasa di dalam diri Awan makin bergejolak ingin hasratnya terpuaskan. Awan menatap tubuh wanita di depannya di bawah guyuran sower.
"Aku ingin.... Aku ingin kamu... Aku ingin memakanmu...."lirih Awan dengan mata menggantung, dengan kepulan nafasnya yang hangat, menarik tubuh Bulan, semakin mendekat.
"Aku, sangat menginginkan mu."
"Aku ingin...." Awan mengusap bibir lembut Bulan, nafasnya makin memburu.
Semakin dekat dengan wajah Bulan. Bulan memejamkan matanya, menelan ludahnya yang tercekat. Tangan Awan begitu kuat memeluk tubuhnya, tak mungkin juga bagi Bulan untuk memaksa melepaskan diri.
"Baiklah."
Tanpa membuang waktu lagi, Awan mencium bibir pink alami yang menggugah hasratnya. Melilit lidah yang diam karena ini pertama kalinya bagi Bulan berciuman. Ia tak tau harus bagaimana. Bahkan instingnya tak bekerja.
Semakin lama, ciuman Awan membuas ia menjadi tak sabar, merengkuh tubuh Bulan erat-erat dan menarik lepas handuk yang Bulan kenakan.
Dibawah guyuran air yang membasahi tubuh kedua anak manusia yang semakin panas. Bulan merasakan sengatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya mengalir di tubuhnya. Sengatan yang begitu menyenangkan.
Awan semakin liar, menciumi setiap jengkal tubuh atas Bulan.. Dia mulai menanggalkan apapun yang melekat ditubuhnya. Diangkatnya sebelah kaki paha Bulan hingga kepinggangnya, lalu mulai menggendongnya.
Bulan mencapit tubuh Awan masih mencium bibir Bulan dengan Rakusnya.. Awan berjalan hingga tubuh Awan terbentur tembok. Benda keras milik Awan siap menggempur pertahanan Bulan,
"Akkhh...."
Bulan mengerang saat benda keras itu mencapai ujung liang kenikmatan dunia. Rasa sakit dan perih Bulan rasakan.
"Akkkhh.... Hiks hiks...." Gadis itu menangis. Awan yang mendengarnya, mengepalkan kedua tangannya ditembok.
"Maaf."
"Lakukan saja. Agar ini cepat berakhir Awan."
Rasa kasihan dan hasrat akan gairah ditubuhnya terus bertarung. Entah yang mana Yang akan menang. Egonya kah, atau...
"Maaf, aku akan memberimu lebih banyak rangsangan agar jalanmu lebih licin dan melebar."
Awan mengecup pipi Bulan, menciumi wajah gadis yang berada dalam gendongannya. Pelukan tangan Bulan di lehernya mulai sedikit releks. Wajah Bulan juga tak setegang beberapa saat lalu. Awan terus memberinya kecupan dengan sabar saat hawa di dalam tubuhnya terus bergejolak minta dituntaskan.
Meski akal sehatnya telah hilang dan kalah oleh hasratnya. Awan ingin selesai tanpa menyakiti Bulan, wanita yang sudah bersedia membantunya. Entah apa alasannya, Awan tak ingin memikirkan nya dahulu.
Kecupan Awan berubah jadi sesapan. Disetiap jengkal kulit mulus Bulan. Di sepanjang dada dan pundak gadis itu terlukis bercak kemerahan. Awan meremas gundukan kenyal di depannya, memainkan puncaknya dengan jari jemarinya.
"Aaakkhh...." Mulut Bulan terbuka lebar, merasakan sensasi menyenangkan dari permainan jari Awan. Pria itu menyentil bintik kemerahan yang terus ia mainkan.
"Aaakkkkhh...." Dessaah Bulan makin tak terkontrol.
Di bawah sana, Awan tau liang kenikmatan milik Bulan mulai melebar dan menyedot miliknya dengan kedutan-kedutan ringan yang menyelimuti. Hingga seluruh nya terasa begitu hangat. Tanpa mengurangi rangsangan, Awan menambah ritme hentakan tubuhnya.
Mata Bulan sudah memejam sempurna dengan mulut yang ternganga lebar terlihat begitu cantik dan menggairahkan. Awan mulai mempercepat hentakan tubuhnya,
"Lebih cepat..." Racau Bulan tanpa ia sadari mulutnya meminta lebih."Lebih cepat, lebih keras..."
Awan tertawa keras, merasa telah menguasai gadis di depannya hingga terus meracau meminta lebih.
Awan menghujam dengan keras dan dalam.. Hingga Awan dan Bulan bersamaan merasakan pelepasan di sana.
Wajah tegang Awan mulai mengendor. Nafasnya tak lagi memburu seperti sebelumnya. Perlahan Ia mulai menatap wajah Bulan... Ada semburat rasa sayang terpancar di mata Awan. Untuk pertama kali nya, merasakan tubuh dan perasaan seorang wanita.
Belum keluar seluruhnya, Awan bahkan masih merasakan sensasi yang berkedut itu menghisapnya semakin ke dalam. Awan sudah mulai merasakan hasratnya bergejolak lagi, ternyata ini belum berakhir.
Dia bergerak berpindah mengangkat tubuh Bulan yang masih dalam gendongannya ke arah bathtub. Awan melummat benda kecil di ujung gundukan kenyal yang sedari tadi menggodanya, melambai seolah memanggil bibirnya untuk melahap.
Lidah Awan menari dengan lincah menghisap dengan antusias. Mulut Bulan terbuka, ia masih menikmati permainan Awan yang terus membuat netra memejam dan terbuka mulutnya.
Kaki gadis itu bergerak ke atas dan ke bawah goa dibawah sana terbuka lebar siap bagi naga sakti untuk masuki.
"Baby.... Aku masuk ya...." Dessah Awan mendorong naga saktinya masuk hingga menembus dalam, semburan hangat memenuhi ruang rahim Bulan, untuk kedua kalinya. Tubuh gadis itu melemah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Rinnie Erawaty
kirain yg jahat si Awan... rupanya dia dijebak nih.... kayaknya antara Awan dan Bulan bakalan jd kekasih nih... hm... Awan dan Bulan....
2022-11-01
0
Sumarsina Nana
mampir thor...
2022-11-01
0