Bulan Di Balik Awan

Bulan Di Balik Awan

bab 1

"Terima kasih karena sudah menjadi pasanganku malam ini."

Awan menarik sudut bibirnya ke atas, hingga membuat wajah pria itu semakin tampan."Tidak masalah, kita teman bukan?"

Bulan tersenyum kecil dengan sedikit kekehan, "benar, kita berteman."

"Kalau begitu kenapa buang-buang waktu."Awan mengulurkan tangannya, gadis cantik bergaun peace setinggi lutut itu tersenyum lebar menyambut tangan Awan.

Mereka bersama melangkah menuju balroom di mana sahabat dan mantan kekasih Bulan menggelar pesta pernikahan. Walau hatinya hancur, karena telah dihianati oleh sahabat sekaligus kekasihnya dalam satu waktu. Bulan tetap tersenyum tegar, ia tak ingin terlihat begitu lemah.

Awan adalah teman Bulan, teman yang baru beberapa hari yang lalu ia temui setelah beberapa tahun berpisah. Awan yang terkejut saat Bulan membawa tas miliknya yang sempat di curi orang, Bulan tak tau jika orang yang tak sengaja ia tabrak itu adalah pencuri.

Bulan bermaksud mengembalikan tas yang jatuh pada pencuri, namun Awan lebih dulu datang dan menghajar si pencuri, salah seorang teman Awan lalu mengiring pencuri itu, sedangkan Awan dan Bulan justru bernostalgia.

Hingga untuk membalas rasa terima kasih, Awan bersedia untuk menjadi pasangan Bulan di pesta pernikahan Amber dan Kriss. Sahabat dan kekasih yang berhianat itu.

Mereka berjalan memasuki lift beriringan. Dengan tujuan balroom di lantai tiga.

"Bul, kita mampir dulu ke kamar 306 yaa." Ucap Awan sambil memencet tombol lantai lima. "Ada barang yang harus ku ambil." Sambung nya lagi.

Bulan mengangguk tanda setuju. Pasalnya, Awan juga ada urusan lain selama acara pernikahan itu berlangsung. Hanya melakukan beberapa transaksi kecil, dan kebetulan tak jauh dari balroom. Jadi sekalian saja, setelah urusan selesai berencana kembali menemani Bulan.

Pintu lift terbuka tepat di lantai lima, mereka berjalan menyusuri lorong hotel yang lalu berhenti tepat di depan sebuah kamar 306.

Awan mengeluarkan kartu akses dari saku jaket sportnya. Lalu mulai membuka nya , pintu terbuka, Awan masuk ke kamar, Bulan memilih berdiri di luar pintu kamar.

"Aku tunggu di sini saja."

Awan menoleh, tersenyum kecil dan mengangguk pelan. Awan Kembali melangkah semakin dalam ke kamar itu.

Setelah menunggu beberapa saat sambil bersandar pada dinding di samping pintu kamar 306 itu, Awan keluar dengan dengan sebuah tas selempang yang melintang di tubuhnya.

"Ayo."

Mereka melangkahkan kaki dan masuk ke dalam lift. Awan kembali menekan nomor tiga, saat itu,hanya ada mereka berdua dalam keheningan.

Lift berhenti di lantai tiga, dengan segera mereka melangkah keluar. Dan masuk ke dalam balroom, tentu saja setelah Bulan menunjukkan undangan yang mengharuskannya membawa pasangan.

Tepat beberapa langkah setelah masuk ke dalam Bulan di sapa oleh salah satu sahabat pendukung Amber yang tak begitu menyukai Bulan.

"Bulan!" Seru Maggie lantang. Ia mendekat bersama pasangannya dengan angkuh dan bergaya. Bulan menoleh ke samping di mana seruan itu berasal dengan senyum kesal Bulan menatap Maggy.

"Dia pasti hanya ingin mengolok-olok ku." Pikir Bulan, benar saja Maggy memang bermaksud mengolok-olok Bulan.

"Kamu datang juga?" Dengan nada mengejek.

"Tentu saja."

"Ini pacarku, Roby, tampan kan? Dan dia juga salah satu penerus grub DH." Lagak Manggy dengan sombongnya memperkenalkan pacarnya.

Roby menatap Bulan dan menjabat tangan gadis manis nan cantik di hadapannya. Roby tersenyum

"Senang mengenalmu Bulan."

Bulan tersenyum kecil menarik tangannya, namun Roby masih tak ingin melepaskan tangannya.

Maggy yang kesal melihat situasi, memisahkan kedua tangan yang berjabat itu dengan sentakan tangannya.

"Dimana pasanganmu?"ketus Maggy mencoba memukul mental Bulan yang sedari tadi terlihat sendirian sejak ia menyapa.

Bulan menoleh pada Awan yang berjalan mendekat pada nya dengan dua gelas minuman di tangan. Wajah Maggy berubah masam melihat pria tampan yang kini tengah mengulurkan gelas berkaki tinggi kepada Bulan.

"Tampan sekali dia, ah, paling juga kere, nggak punya apa-apa. Nggak mungkin Bulan bisa dekat dengan pria yang setara dengan Kriss." Pikir Maggie picik,

Berbeda dengan Roby, mimik wajahnya berubah melihat Awan. Mulut Roby terbuka hendak berucap, namun tepat saat itu, Hp Awan berdering.

Awan mengambil benda pipih dari saku jaket sport-nya. Awan menempelkan hp ke telinga, pria tampan itu terdiam sejenak, menyimak apa yang lawan bicaranya sampaikan.

"Baiklah!" Awan menutup telepon. Lalu melihat wanita di sebelahnya.

"Aku tak bisa menemanimu lebih lama. Aku harus pergi." Ucapnya.

Awan melirik dua orang asing di depan Bulan, tersenyum tipis dengan tatapan tak suka. Awan lalu menarik lengan Bulan, menjauh dari Maggy dan pacarnya.

Dia mengambil kartu akses miliknya dari saku jaket sport-nya menyerahkan ke tangan Bulan.

"Maaf, jika urusanku sudah selesai aku akan kembali, tapi jika aku tak kunjung kembali kemari sampai akhir acara dan kamu memaafkanku, tunggulah aku di sini." Ujarnya lagi .

"Biarkan Aku mengantarmu pulang nanti."

Bulan melihat kartu akses di tangan nya lalu di sodorkannya kembali kepada Awan.

"Nggak usah. Kamu udah membantuku sejauh ini saja, aku sangat berterima kasih. Aku akan memesan ojek onlin nanti. Selesaikan saja urusan mu." Tolak Bulan halus.

"Apa itu berarti kamu akan marah dan tidak memaafkanku?"

"Kenapa kau berfikir sejauh itu. Kau sudah sangat baik padaku, jangan terlalu membebani diri. Pergilah, nanti kau terlambat." Bulan mendorong punggung Awan agar segera pergi dan jangan mencemaskan nya.

Awan berbalik, mengambil tangan Bulan dan memaksanya menerima dengan menggenggam kan kartu akses itu di tangan.

"Enggak! Berbahaya wanita cantik sepertimu berkeliaran malam-malam" Balas Awan menatap airis mata Bulan dengan kesungguhan.

"Apa lagi pria di sana terus menatapmu dengan pandangan mesum." Awan melirik dan menunjuk Roby dengan kepalanya. Bulan terkekeh geli.

"Okey."

"Akhirnya," Awan mengangkat tangannya yang terkepal di dadanya dengan helaan nafas lega, membuat Bulan terkekeh lagi.

"Akan aku usahakan untuk kembali lagi kemari. Hem?"

"Baik. Hati-hati di jalan. Semoga semuanya lancar."

"Amin. Aku pergi." Awan melangkah keluar setelah melambaikan tangannya pada Bulan.

Tentu saja itu tak lepas dari pengamatan Maggy, gadis picik itu tersenyum mengejek dengan langkah mendekat.

"Kau ditinggalkan?"

Bulan menahan kekesalannya, tangannya meremas gaun yang ia kenakan.

"Aku rasa itu bukan urusanmu."

"Ha-ha-ha,"

"Maggy hentikan. Orang-orang melihat kemari."hardik Roby tak suka.

"Memangnya kenapa?"

Roby bersikap abai pada kekasihnya itu, dia justru tertarik pada Bulan.

"Bulan, maafkan dia. Dia hanya kurang hiburan." Ucap Robi masih lekat menatap Bulan, ingin lebih mengakrabkan diri pada gadis cantik yang baru pertama kalinya ia temui itu.

"Apa?" Meggy menatap Roby penuh protes.

"Aku mengerti." Jawab Bulan dengan senyum tipis.

"Kau...." Geram Maggy melirik sinis Bulan.

"Pria itu, apa dia kekasihmu?" Tanya Robi memastikan.

"Aku rasa itu bukan urusanmu sayang." Maggy mencebik membalas pertanyaan pacarnya yang di tujukan pada Bulan.

"Benar, itu bukan urusan kalian. Permisi." Bulan pamit dengan senyum termanisnya, menjauh dari teman toxic itu.

Maggy mendengus kesal, ia mencubit pinggang Roby. Hingga pria itu mengerang kesakitan. "Apa kau tergoda padanya?"

"Apaan sih kamu, aku hanya ingin memastikan apakah pria di sampingnya itu adalah Awan Angkasa Leander dari grup JD."

"Apa?" Maggy terkejut mendengarnya.

"Jika benar itu adalah Presdir dari grub JD dan salah satu dari ketua kelompok mafia Leander, kita harus bersikap baik pada mereka. Karena merekalah yang menguasai dunia bisnis saat ini."

Maggy tergelak, ia mengibaskan tangannya di udara.

"Nggak mungkinlah. Bulan nggak mungkin punya kenalan orang sehebat itu. Itu pasti hanya orang lain yang mirip saja. Ha-ha-ha."

Roby memutar matanya malas, ia sangat hapal dengan sikap Maggy yang begitu meremehkan orang.

"Sudahlah, susah memang bicara denganmu." Roby memilih berjalan mengambil minuman.

"Sayang, tunggu donk." Susul Maggy masih dengan kekehan kecil.

Bulan malam itu hanya berputar-putar saja di balroom itu menikmati setiap makanan yang tersaji. Sesungguhnya, ia masih merasa sakit melihat pasangan yang kini terlihat bahagia berjalan menaiki panggung.

Lampu sorot menyinari pasangan yang tengah berbahagia itu. Sedangkan Bulan begitu terluka dengan penghianatan keduanya. Hatinya serasa begitu teriris, melihat Amber dan Kriss memotong kue pernikahan setinggi tiga tingkat itu.

Bulan berjalan menjauh, air matanya lolos juga.

"Aku tak bisa terus disini. Ini hanya menambah luka ku."

Dengan menghapus pipinya yang basah Bulan melangkah menuju pintu keluar balroom, saat itu juga lampu sorot mengarah padanya. Bulan tertegun, kini ia menjadi pusat perhatian semua orang.

"A-apa ini?" Netra Bulan terbelalak....

Bersambung.

Terpopuler

Comments

" sarmila"

" sarmila"

lnjut di sini lagi.krna semua yg udah d baca keren2.walau yg pertma msih blm.paham
tpi untuk yg lnjut d lnjut dan lnjut.keren keren💪💪💪💪

2023-11-12

0

Rinnie Erawaty

Rinnie Erawaty

hadir disini Thor.... menarik nih... apakah Awan bermaksud jahat sama bulan ya....🤔

2022-11-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!