Bab 2

Di layar terpampang jelas wajah Bulan yang terkejut saat itu. Selang beberapa detik muncul Vidio dirinya dan Kriss yang sedang bertengkar hebat. Lalu muncul slide foto lain, yang menunjukan Bulan tengah memeluk tubuh seorang pria, mungkin lebih tepatnya memapah.

Banyak slide foto yang menampakkan seolah Bulan tengah memeluk pria yang berbeda-beda, padahal kenyataannya ia hanya membantu orang yang di temuinya di jalan atau seorang pelanggan di cafe Cinta yang entah kenapa terluka kakinya dan beberapa foto editan lain.

Lampu sorot masih menyoroti tubuh wanita cantik itu, Bulan hanya menatap pada layar dengan mata yang sulit diartikan. Maggy tersenyum puas melihat reaksi wajah Bulan di Depan pintu keluar.

"Kena kamu Bulan. Rasain!" Bibirnya tampak tersenyum lebar.

"Benarkah Bulan gadis seperti itu?" Maggy menoleh menatap kekasihnya, Maggy tersenyum licik.

"Tentu saja. Karena itu berhati-hatilah."tegas Maggy mempengaruhi Roby."Kau jangan sampai terpancing oleh rayuannya."

Roby masih terus mengamati layar yang menampakkan wajah Bulan dan tak begitu menyimak apa yang Manggy ucapkan.

Bulan menghela nafas panjang. Ia sudah menduga akan seperti ini, dengan wajah tegak Bulan menatap nyalang pada Amber.

"Apa kau puas Amber?"

Amber tampak terkejut namanya disebut begitu lantang.

"Kalau kau begitu percaya diri untuk mengumbar foto-foto murahan dan editan itu. Harusnya kamu juga cukup percaya diri untuk mengumbar aib mu sendiri." Seru Bulan dengan lantang.

Kriss menatap Amber meminta penjelasan.

"Apa kau lebih percaya padanya suami ku?"

Bulan membuka mulutnya lagi. "Kriss, aku tau kau memiliki teman seorang IT harusnya kamu bisa menggunakannya untuk mencari tau kebenarannya, tapi itu tidak kamu lakukan. Tidak apa-apa, itu tidak masalah buat ku. Toh kita sudah putus."

"Apa kalian semua tau, Kriss awalnya adalah pacarku, Amber sang pengantin wanita yang merebutnya dari, aaahh, tidak! aku menyerahkannya dengan suka rela.. untuk apa mempertahankan pria yang tidak percaya pada pasangannya." Sambung Bulan lagi dengan masih menegakkan kepalanya.

"Dan, untuk Amber, kamu akan tercengang bila melihat ini." Bulan membuka genggaman tangannya yang memegang sebuah flash disk.

"Apa kamu ingat? Dua bulan lalu, saat Kris masih menjadi pacarku, apa yang kamu lakukan pada ku hingga Kris salah paham? Apa kau mau melihatnya?" Bulan melirik sinis pada Amber dengan senyuman termanis yang Bulan miliki.

"Apa ada yang mau membantuku memutarnya?"

"Jangan percaya! Kamu hanya membual dan menghasut!" Tuduh Amber yang mulai gusar.

"Aaahh, sepertinya kamu takut kebusukanmu akan terungkap. Bukti nya ada di dalam sini." Seru Bulan makin sinis dan melebarkan senyumnya melihat kegusaran Amber."Ayo! Siapa yang mau melihat wanita seperti apa mempelainya?"

Amber menatap kesamping, tepat Kris berdiri. Pria tampan dengan tuxedo itu memusatkan mata nya pada Bulan.

'Apa dia terpengaruh?' batin Amber.

"Biar aku yang lihat." Kriss berjalan mendekat, Amber makin gusar dan panik.

"Apa yang bulan miliki sampai dia seyakin itu? Tidak mungkin itu kan?" Gumam Amber, dia berjalan mendahului Kris dan berusaha merebut flashdisk di tangan Bulan. Namun, bulan lebih gesit dalam bergerak hingga Amber terjerembat karena kalah gesit dan kehilangan keseimbangan tubuhnya.

"Aaww ..." Pekik amber kesakitan.

"Waahh, sepertinya, kamu mulai panik. Apa kamu benar-benar melakukan kejahatan? Apa kamu sungguh melakukan hal yang buruk yang orang lain tak boleh ketahui?" Bulan kembali bersuara memprovokasi.

"Kau!!" Amber menggeram kuat, bangkit dan mencoba menyerang Bulan. Namun bulan menghindar cepat.

"Sepertinya memang benar, kamu sudah berlaku curang." Tukas Kris mengambil flashdisk dari tangan Bulan."Bawakan aku pirantinya." Kris agak keras bersuara dengan nada memerintah.

"Itu tidak benar!"sanggah Amber."Kris percayalah padaku."

"Katakan saja, siapa yang kau temui di taman belakang." Senyum Bulan makin sinis.

"Aku tidak kenal dengan pria itu!"

Bulan mengulas senyum,"Aku tidak menyebut laki-laki."

"Kau!"

"Jadi kau bertemu dengan laki-laki? Untuk apa?" Tanya Kris dingin, memasang flash disk di laptop yang baru saja di bawa oleh seseorang.

"Aku..." Amber makin gemetar.

Kris melihat pada laptop itu, "Amber kau ..."

"Tidak, kamu salah paham! Aku tidak menyewa pria itu untuk menjebak Bulan! Kami hanya kebetulan bertemu untuk pembelian obat." Amber mencoba mengelak dari apa yang sudah dia perbuat.

Memang Amber menyewa seorng pria untuk berbuat tidak senonoh pada Bulan untuk membuat Kris salah paham. Amber juga membeli obat untuk menjebak Kris agar tidur dengannya.

"Obat? Obat apa yang kamu beli? Apa itu obat untuk menjebak ku tidur denganmu?" Tebak Kriss makin dingin menatap Amber.

"Tidak! Itu..." Amber kehilangan kata-kata nya.

Robi yang penasaran mendekati Kris untuk melihat apa di layar laptop.

"Hei... Ini?"

Kris menunjukan layar yang dia lihat pada Amber. "Ini hanya gambar kamu dengan seorang pria, dan itu adalah aku. Kenapa kamu begitu panik dan meracau?"

Mata Amber membulat, sadar diri nya sudah terjebak dalam kepanikannya sendiri hingga mengungkapkan hal yang tak seharusnya.

"Apa yang kamu katakan itu sungguh benar adanya? Membayar seorang pria untuk menjabat ku? Dan membeli obat?" Bulan tersenyum sinis pada Amber. Sang mempelai sudah mempermalukan dirinya sendiri.

Tanpa perduli dengan apapun lagi, Bulan melanjutkan langkahnya keluar dari balroom. Keadaan itu sudah tidak perlu dia tangani karena Amberlah yang harus menangani ini semua sendiri.

"Apa maksudnya ini Amber?" Kriiss menggertakan giginya menatap nyalang pada sang istri.

"A-aku... Ini hanya jebakan dari Bulan... Dia hanya ingin memisahkan kita sayang." Amber kini memasang tampang memelas.

"Sudahlah, aku akan mencari tau sendiri. Aku harap kau tidak melakukan kecurangan." Kriss menatap dingin pada Amber.

"Sialan, ini semua gara-gara Bulan! Ini tak bisa dibiarkan. Aku harus bertindak." Pikir Amber mengigit kuku jempolnya geram.

Disisi lain, Bulan yang mengambil langkah cepat, ia cukup terengah. Entah karena marah, atau karena lelah. Bulan menyenderkan tubuhnya pada dinding hotel yang dingin.

Bulan berulang kali menarik nafas dan menghembuskannya, mengatur gemuruh di dadanya yang terus memberinya sesak yang menyakitkan. Setelah ia cukup tenang dan matanya tak lagi panas. Bulan menatap lift yang tak begitu jauh darinya, terlihat beberapa orang baru saja keluar masuk dari sana.

'baiklah, waktunya pulang ' batin Bulan memulai langkahnya.

Bulan melihat jam yang melingkar di tangan nya, pukul 19.30 wib. 'Belum terlalu malam untuk kembali.' batinnya lagi.

Bulan melangkah memasuki lift hendak menekan tombol. Tiba-tiba, segerombolan orang merangsek masuk kedalam lift, hingga ia terpojok dibelakang Lift bergerak. Beberapa orang terlihat menekan tombol keatas.

"Apa? Lantai tujuh? Yang benar saja?" Batin Bulan dengan sedikit lemas.

bersambung

Terpopuler

Comments

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈

hai kk mampir lgi

2022-11-25

0

Rinnie Erawaty

Rinnie Erawaty

penasaran

2022-11-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!