Adam mencumbu Hawa tanpa beban, tanpa sedikitpun terbayang oleh wajah Reka, sang mantan yang sudah berulang kali menghantuinya setiap dia mencoba bercinta dengan wanita lain pasca perpisahan mereka.
Justru pria terlihat rileks dan sangat menikmati permainan mereka. Adam mulai mencicipi sejengkal demi sejengkal kulit leher Hawa, lalu turun ke dadanya yang ranum, menantang untuk dicicipi.
Adam melakukannya, dia memuaskan rasa penasarannya mengenai rasa puncak yang tampak menggoda itu.
Hawa sudah melayang jauh, napasnya tersengal, menahan kenikmatan yang tiada tara yang diberikan Adam padanya. Ini adalah pengalaman pertamanya, bahkan dia juga tidak akan tahu bagaimana akhirnya, tapi yang jelas, dia terbuai.
"Aaach... "Desahnya menahan sesuatu di bawah sana yang sudah keluar. Tubuhnya lemas tapi terasa ringan.
Adam tidak sempat melakukan apapun lagi, walau dia sangat niat untuk menjelajahi tubuh Hawa. Keinginan sudah diambang batas, dan dia ingin menggapainya sekarang juga.
Adam sudah menempatkan dirinya, di antara kedua paha Hawa, lalu membelai milik gadis itu dengan jarinya sebelum berganti dengan senjata pamungkasnya.
Perlahan, Adam memasuki Hawa, begitu sempit dan terasa sakit, tapi birahi yang sudah menguasainya tidak bisa bersikap lembut dan mengerti keadaan Hawa yang merasa yakin di bawahnya.
Satu kali dorongan, dan akhirnya Adam bisa berhasil menerobos masuk. Bola mata nya membulat kala merasakan ujung miliknya merobek sesuatu di dalam sana. Dia menatap wajah gadis itu yang terpejam karena merasakan sakit dan perih. Dari sudut mata gadis itu, menetekan bulir air mata. Untuk sesaat Adam berhenti, miliknya berkedut, merasakan cairan hangat yang dia sadari adalah darah gadis itu.
Dia ingin menyudahi, tapi miliknya sekali lagi ingin dipuaskan. Dengan menutup mata, Adam mulai menggoyang hingga miliknya memuntahkan bukti gairahnya di permukaan inti Hawa.
Napas Adam naik turun. Dia tidak pernah sepuas ini. Pria itu menjatuhkan tubuhnya di samping Hawa yang susah payah berbalik membelakanginya. Hawa menangis, dengan tertahan tanpa ada suara. Dia menggigit sudut sarung bantal untuk meredam tangisnya.
Sakit, terkoyak, terhina dan merasa hancur harga dirinya, tapi ini sudah terjadi. "Ayah, ibu, maafkan anakmu," batinnya menangis terisak. Dia tidak bisa membendung lagi air matanya, dan suara tangis begitu saja kuat dari bibirnya.
Adam menoleh, dia bisa mendengar dengan jelas suara tangis itu. Dia sendiri pun kehilangan kata-kata. Siapa yang menyangka kalau wanita penghibur yang diberikan padanya ternyata gadis yang masih perawan?
Tidak mungkin mundur. Bukan, dia bukan pria munafik, bukan tidak ingi mundur tapi tidak mau. Dia jelas sangat menginginkan gadis itu. Rasanya sungguh berbeda. Bahkan baru selesai, dia langsung menginginkan gadis itu lagi. Ini sudah gila, dia sudah mulai kecanduan gadis itu.
Tapi tangis Hawa membuat sedikit perasaannya tergugah. Terselip rasa bersalah dan dia ingin mendengar penjelasan gadis itu.
Adam bangkit, berdiri di depan ranjang mengenakan jubahnya. Matanya menangkap bercak darah yang menempel di permukaan seprai, lalu kembali melihat ujung miliknya yang masih mengacung, di sana juga masih terlihat bekas noda darah yang mulai tersamarkan.
Setelah selesainya membersihkan dirinya dari kamar mandi, Adam meminta hawa untuk datang menghadapnya.
Wanita itu pun bangkit, izin ke kamar mandi lalu setelah membersihkan diri duduk di hadapan Adam. Dia menunduk, tidak ingin melihat ke arah pria itu.
"Katakan padaku, mengapa kau berbohong? Bukankah peraturan di LeRoi tidak menerima perawan? Harus yang profesional!"
Hawa mengangkat wajahnya, kalau sampai pria itu cerita pada Mamih Cinta, dia tidak akan bisa bekerja di sini lagi, padahal dia sudah tidak perawan.
Gadis itu tidak ingin pengobatannya jadi sia-sia. "Aku mohon, jangan katakan pada mamih Cinta, nanti aku diusir. Aku perlu uang untuk ayahku yang sedang sakit di kampung." Hawa menghapus derai air matanya yang turun berderai di pipinya. Hawa pun menceritakan pada Adam asal muasal di datang ke Jakarta hingga akhirnya dia terjun ke dunia hiburan ini.
Hati Adam tersentuh, dia bisa melihat ketulusan Hawa. Adam justru merasa kasihan, gadis lugu yang datang dari desa seperti Hawa jadi salah jalan karena keadaan.
"Berikan padaku nomor rekeningmu. Aku akan mengirim sejumlah uang untukmu yang bisa kau gunakan untuk biaya ayahmu."
"Benarkah, Tuan?"
"Apa aku terlihat seperti seorang pembohong?"
"Bukan, bukan begitu, hanya saja aku gak punya nomor rekening. Besok aku akan minta nomor Bu Titin, tetangga kami di desa, agar bisa mengirimi ayah uang."
"Baiklah, besok aku akan mengirimkan nya padamu."
Adam ingin merengkuh sekali lagi kenikmatan itu, tapi tidak jadi karena ibunya menghubunginya. "Baik, Ma. Aku ke sana."
"Tuan mau pergi?" Tanya Hawa pucat. Diliriknya jam dinding kamar hotel, masih pukul sebelas malam. Mamih Cinta bilang kalau pelanggan meras puas, mereka akan tinggal sampai subuh.
"Jangan takut, kau tetap lah istirahat di sini, agar wanita germo itu tidak tahu. Aku ada urusan penting."
Hawa menatap pintu setelah kepergian Adam, meninggalkannya sendiri di kamar hotel itu. Tapi dia memang butuh istirahat, tubuhnya lelah dan terasa sakit.
***
Pukul sembilan pagi, utusan mamih Cinta datang menjemputnya. Hawa masih merasakan sakit di sela pahanya kala harus berjalan cepat.
Mobil yang menjemputnya mengantarkan Hawa ke kosan Mitha. Begitulah mereka bekerja, pagi sampai sore istirahat, malam hingga subuh harus banting tulang melayani tamu.
"Gimana hari pertama mu? Apakah si tua gendut itu bermain kasar? Pasti menjijikkan ya pengamalan pertama harus dengan tua bangka," ujar Mitha merasa tidak enak hati pada temannya itu.
"Sakit, dan perih. Tubuhku sampe sekarang aja masih seperti dipotong-potong."
"Nanti juga kamu akan terbiasa. Nanti malam mama Cinta ngasih honormu, segera minta nomor rekening Bu Titin."
Untung Mitha mengingatkan, segera Hawa menghubungi wanita itu. "Halo, Bu, iya ini aku Hawa. Maaf Bu, aku boleh minta nomor rekening Ibu? Mau ngirim sama ayah dan ibu."
"Gimana? Sudah?"
Hawa mengangguk lemah.
"Ya sudah kita istirahat. Nanti jam lima sore kita harus siap-siap buat kerja lagi."
***
Malamnya di LeRoi, tampak ramai seperti biasa. Banyak pengunjung yang bersenang-senang di lantai dansa mendengarkan live musik dari DJ yang tiap malam bergantian bertugas.
"Hawa, sini," panggil mama Cinta yang diangguk Hawa.
"Ini honor kamu semalam. Malam ini tunggu instruksi dari saya. Kamu duduk sambil minum aja di bar," ucap mamih Cinta menyerahkan amplop coklat. Bola mata Hawa terbelalak melihat tumpukan uang itu. Sepanjang hidupnya dia belum pernah melihat uang sebanyak itu.
"Ini untuk aku, Mih?" Tanyanya tidak percaya.
"Iya, itu semua buat kamu. Kan, hasil kerja kerasmu."
Hawa tersenyum gembira, dia akan segera mengirimkan uang itu besok. "Sekarang kamu tunggu di bar itu, biar mamih cari pelanggan buat kamu malam ini."
Hawa mengangguk lemah. Dia harus melayani pria hidung belang lainnya. Sesaat dia ingat pada pria semalam yang sudah memerawaninya.
"Apa aku sudah harus bekerja, mamih?" Tanya Hawa saat melihat kedatangan Cinta.
"Gak. Kamu sebaiknya pulang, kamu sudah dibooking selama tiga hari ke depan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Miss Typo
sepertinya Adam yg dah booking Hawa
2023-01-20
2
lovely
Adam yg dah ga perjaka beruntung dapat yg segelan 🥵
2022-11-06
2
Nena Anwar
meskipun Adam galak dan kasar tapi dia masih punya hati
2022-11-03
1