"Hei, mengapa kamu masih ada disitu? Kemari!" Hardik Adam memanggil Hawa dengan lambaian tangannya yang malas.
Deg!
Jantung Hawa kembali berdetak kencang. Apa sudah tiba waktunya? Dengan canggung dan takut, Hawa menyeret langkahnya mendekat ke arah Adam yang duduk dengan santai.
Salah satu alis matanya naik ke atas, menatap penuh heran pada Hawa yang lebih cocok berperan sebagai gadis bodoh ketimbang wanita penghibur.
Bukankah seharusnya wanita malam itu lebih agresif? Harusnya dia sudah mendekati Adam dan mulai mencumbu pria itu, alih-alih justru berdiri di depannya.
"Kau tidak dibayar hanya untuk diam saja." Kembali suara Adam membentak Hawa hingga nyalinya menciut. Dia harus apa?
"Kenapa harus bohong sih, Mit?" Tanya Hawa kala Mitha menjelaskan cara kerja di 'LeRoi'.
"Memang begitu, tidak semua pelacur bisa bekerja di sini. Mami Cinta milih-milih juga mau menerima orang. Beruntung dia mau terima kamu. Udah, pokoknya kalau ada yang tanya bilang kamu udah gak perawan lagi, dan sudah biasa melakukan hal itu, dan tahu betul cara memuaskan pria!"
Hufffh, dan kini tiba lah Hawa melakukan pembuktiannya. Dia harus biasa melayani tamu pertamanya ini hingga pria itu puas. "Ingat, tuan yang ada di dalam ini adalah pria yang menjadi pelanggan tetap mami, kamu jangan sampai buat malu," ucapnya memperingatkan Hawa. Mami Cinta yang tidak tahu kalau yang akan memakai jasa Hawa bukan lagi si tua Fred melainkan Adam Mahesa, membawa gadis itu ke dalam kamar. "Tunggu di sini. Tuan Fred lagi ada pertemuan!"
"Hei!" Suara tegas Adam menyadarkan Hawa dari lamunan panjangnya. Dia mendongak menatap wajah pria yang terlihat samar karena pencahayaan kamar yang temaram.
"Maaf tuan, Anda ingin aku melakukan apa dulu?" Tanyanya benar-benar bingung.
"Apa?" Adam memekik keras. Dia sedang tidak ingin bercanda, apa yang sudah ditawarkan tuan Fred padanya. Apa pria itu ingin menghina dirinya dengan mengirim seorang wanita dungu!
"A-aku tanya, tuan mau aku melakukan apa dulu ini," tanya Hawa semakin gugup, dia meremas tangannya. Lihat saja kakinya bahkan sudah gemetar, tubuhnya lemas melihat tatapan setajam elang itu.
Ini sudah di luar kendalinya. Tidak masuk akal! Dia akan menemui penanggungjawab tempat ini, lalu bila perlu dia akan memutus kerja samanya dengan tuan Fred!
Adam bangkit, berjalan ke arah pintu, melewati Hawa yang sejak tadi hanya diam memperhatikan. Tiba-tiba dia sadar kalau pria itu mau pergi, tepat saat tangan Adam memegang handel pintu.
Panik akan dilaporkan pada mamih Cinta, Hawa tanpa pikir panjang, berlari mengejar Adam, dan menarik wajah pria itu hingga Adam sedikit menunduk karena memang sangat tinggi. Hawa menyatukan bibir mereka, dengan segala pengetahuannya yang minim.
Sontak Adam kaget dan mulai menjauhkan Hawa dari dirinya, tapi lengan wanita itu sudah melingkar di leher pria itu, memaksa untuk tetap menunggu agar dia bisa tetap mencium bibir Adam.
Hawa sama sekali belum pernah melakukan hal itu sebelumnya, yang dia tahu kalau berciuman ya bibir sama bibir disatukan.
Oh iya, dia juga ingat kata Mitha tadi, "Jangan lupa kalau ciuman sedot yang kuat."
Jadi bukan salah dia kalau saat ini dia sedang menyedot bibir Adam hingga pria itu kesulitan bernapas.
Tidak terima akan kegilaan gadis itu, Adam mengangkat tubuh Hawa dan menghempasnya ke atas ranjang hingga telentang.
Adam yang sudah dikuasai amarah, akhirnya melangkah dan kembali mencoba untuk membuka pintu, tapi Hawa segera berlari kembali.
Kali ini dia segera memegang kaki Adam, memeluk dengan posisi bersimbah. "Aku mohon tuan, jangan keluar. Kata Mamih Cinta kalau pelanggannya cepat keluar dari kamar, maka uang ku akan dipotong 50 persen. Aku butuh sekali unang itu tuan, aku mohon."
"Lepaskan!" Bentak Adam mendorong tubuh Hawa yang masih duduk menempel di kakinya.
"Gak mau. Aku gak mau tuan. Aku harus membuat tuan puas kalau mau dapat uang."
Adam diambang kesabarannya. Dia bisa gila kalau lebih lama bersama gadis itu. "Berdiri," hardik Adam menarik bathrobe begitu kuat hingga Hawa berdiri, lalu mendorong kembali ke ranjang dengan posisi terlentang dan pengikat jubahnya terjuntai.
Tubuh mulus molek dan dada sintal Hawa terpampang jelas di hadapan Adam. Pria itu menatap dari atas sana semua yang ditawarkan Hawa.
Glek! Susah payah Adam menelan salivanya. Setelah satu tahun, dan kini dihadapkan pada keindahan seperti itu, tentu saja birahinya mencuat.
Hatinya sudah menginstruksikan agar mengalihkan pandangannya, tapi entah mengapa justru matanya sama sekali menolak. Hawa yang ditatap seperti itu, segera membenarkan jubahnya.
Amarah Adam menurun, entah mengapa tatapan tulus dari Hawa menentramkan hatinya.
"Kesini!" Perintah Adam melangkah ke sofa tempatnya semula duduk. Hawa mengikuti pria itu, lalu berdiri tepat di hadapan Adam.
"Kalau kau memang mau aku tidak keluar dari sini, maka puaskan aku sekarang juga!"
Kini Hawa yang bingung. Kalau tadi dia berharap Adam jangan pergi, kini dia malah bingung harus apa saat ditantang pria itu.
"Cepat! Waktuku tidak banyak. Tapi kalau kau memang tidak tahu cara melakukannya, maka aku akan pergi dari sini!"
"Jangan pergi. Aku akan melakukan apapun yang tuan mau."
"Tunggu apa lagi?" Kali ini amarah Adam kembali naik lagi."
Hawa menarik sudut bibirnya, tersenyum kaku dan menggaruk rambutnya yang sama sekali tidak gatal. "Aku gak tahu harus mulai dari mana."
Entah ini lelucon atau memang gadis yang ada dihadapannya dini bloon, Adam sudah tidak sanggup lagi bertahan.
"Sudah, lupakan saja. Aku tidak punya waktu meladenimu!"
Hawa memutar otak, dia ingat adegan sinetron di televisi, dimana ada seorang wanita yang coba menggoda bosnya.
Hawa pun meniru adegan itu, dia duduk di pangkuan Adam yang tadi hendak berdiri. Meraba dada Adam yang bidang. Rasa panas yang terasa dari lapisan kemeja Adam mampu menembus hingga ke kulitnya.
Itu hanya sentuhan amatiran, tapi anehnya bisa membuat seluruh syaraf di tubuh Adam bekerja. Tangan mungil itu terus naik dan berhenti di pipi pria itu. Tatapan keduanya terkunci di satu titik lurus.
Adam yang mulai terbakar, menyentak tangan Hawa dan penarik leher Hawa hingga wajah gadis itu mendekat.
Hembusan napas gadis itu kini mulai terasa di kulit Adam. Dengan kasar, pria itu menyatukan bibir mereka. Menikmati rasa yang ditawarkan oleh Hawa padanya. Rasa yang sulit dia gambarkan, rasa dari seorang gadis yang polos dan juga sepenuh hati melakukannya.
Ciuman itu berubah menjadi ******* dan kini menjadi semakin menuntut. Dia ingin lebih, dan rasa gadis itu mampu membiusnya hingga hanya fokus pada pesona seorang Hawa saja, hingga Adam yang sudah tidak tahan lagi, menggendong tubuh Hawa ke ranjang. "Aku menginginkanmu sekarang!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
hìķàwäþî
setau gw dr novel2 lain.. laki2 kl jajan di luar males ciuman.. dy mlh minta diservice aj.. bgonoh.. ga tau yg bnr yg mn
2023-02-15
0
Chayra
asik banget dam dpt virgin 🤣
2023-02-06
0
Miss Typo
Gimana ya reaksi Adam kalau tau Hawa msh virgin 😁
2023-01-20
2