Agra Madava Nadindra

Sebuah aroma masakan yang tercium lezat menyeruak masuk ke dalam rongga hidung Kiran. Matanya yang terpejam tetapi perutnya yang tiba-tiba berbunyi, membuat Kiran membuka matanya karena merasakan lapar.

Ya, tidak terasa ia tertidur setelah menangis beberapa saat lalu. Rasa lelah dikalahkan dengan rasa laparnya. Saat dia membuka matanya ia sudah melihat seseorang yang tengah duduk di sofa yang berjarak beberapa meter darinya, dan di sana terdapat dua piring makanan yang masih mengeluarkan kepulan asap.

‘Apa kepulan asap itu yang membuat perut ku berbunyi?’ Kiran membatin.

“Kenapa hanya melihatnya dari jauh, apa kau tidak lapar?” tanya Agra yang sudah lebih dulu melahap makanan miliknya.

Masih di tempatnya, Kiran tidak berani untuk mendekat, ia hanya bisa menelan ludahnya ketika Agra melahap makanan yang dapat Kiran lihat itu adalah nasi goreng.

“Apa kau tidak lapar?” tanya Agra lagi dengan mulut yang penuh, “Kalau tidak lapar biar aku bantu habiskan,” lanjutnya yang berhasil membuat Kiran goyah dan beranjak dari duduknya.

Perlahan tapi pasti, dan akhirnya sampai di samping sofa, Agra hanya meliriknya dan melanjutkan makannya. Merasa kalau pria itu acuh, akhirnya Kiran pun duduk di sofa yang paling pinggir dan mengambil piringnya lalu menghadap secara berlawanan dengan posisi Agra saat itu.

Terlukis sebuah senyuman kecil pada bibirnya sehingga menghasilkan sebuah dimple yang sangat jarang terlihat, tapi segera Agra sembunyikan. Entah kenapa Agra tiba-tiba tersenyum seperti itu.

Diam-diam Agra melirik ke arah Kiran yang tengah memakan nasi goreng buatannya begitu lahapnya. “Dia benar-benar kelaparan,” gumam Agra.

Suara dentingan sendok dari Kiran membuat Agra tak tahan untuk tidak berbicara yang pada akhirnya ia pun berkata, “Pelan-pelan, aku tidak akan mengambil makanan mu,” ucap Agra dengan tangannya yang tidak sadar telah mengusap pangkal kepala Kiran dan berlalu keluar kamar.

Perlakuan Agra yang spontan itu membuat Kiran berdebar, bukan karena jatuh cinta hanya saja dia lagi-lagi mengingat kenangannya bersama Reza, mendiang kekasihnya. Perlakuan manis dan hangat sudah sering ia rasakan dari Reza, dan itupun ia rasakan juga dari Agra.

Agra kembali ke kamar dengan dua gelas air putih di tangannya, bukan duduk di sofa, tapi Agra malah duduk di meja tepat depan Kiran yang sudah mematung masih dengan menyangga piring yang masih berisikan nasi goreng tadi. “A-ada a-apa?” tanya Kiran dengan terbata-bata.

“Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin melihat wajahmu dengan jelas,” sahut Agra dengan menatap intens wajah Kiran yang sudah memerah karena gugup.

“Tapi kamu bisa duduk di sofa kan.''

“Kenapa? Apa ada aturan yang melarang suami duduk berdekatan dengan istrinya?” Perkataan Agra semakin membuatnya salah tingkah. ‘ Apa! suami? Ya Tuhan, aku bahkan lupa dengan namanya, bagaimana bisa kita di sebut pasangan suami, istri .’ Keringat dingin bercucuran dari pelipisnya. Piring yang berada di tangannya sudah berpindah ke tangan Agra dan diletakkan di atas meja tepat samping nya.

“Jangankan berdekatan, aku bahkan sudah memiliki hak untuk meminta lebih dari mu,” ucap Agra dengan sedikit berbisik juga, mengarahkan pandangannya ke beberapa bagian tubuh Kiran, sehingga membuatnya bergidik ngeri di buatnya.

Kiran menggelengkan kepalanya dengan cepat, memundurkan kepalanya kebelakang dan dapat dilihat oleh netra Agra bahwa saat ini Kiran sedang merasakan gugup serta ketakutan. Entah setan apa yang merasuk pada diri Agra, laki-laki itu malah semakin mendekat pada wajah Kiran dan semakin membuat Kiran gemetaran sehingga matanya pun terpejam sangat erat. Dan... Tuk’

Agra menyentil hidung kecil Kiran sampai meninggalkan bekas di sana dengan di susul gelak tawa dari Agra. “Hahah... Kau pasti mengira aku akan mencium mu, kan?” ledek Agra.

“Jangan berharap lebih. Hem... ya sudah aku pergi dulu. Kamu istirahat saja.” Agra beranjak dari duduknya dan berjalan menjauh dari Kiran yang sudah bisa bernafas dengan lega.

“Tapi sepulang ku nanti, jangan harap kamu bisa lepas, hm? Jika kamu lupa dengan mengunci pintu kamar,” goda Agra lagi tetapi kali ini dengan kerlingan mata kirinya yang lagi-lagi membuat Kiran bergidik geli.

Dengan segera, Kiran bergegas merapikan piring-piring dan mengelap meja dengan bersih, sebelum Agra kembali. Membayangkan nya saja membuat ia ngeri, apalagi benar-benar terjadi. Tidur dengan pria yang tidak sama sekali ia kenal dengan bermodal status akan membuat suasana aneh baginya.

Tapi begitu Kiran akan membawa piring kotor keluar kamar, ia terkejut, karena berbarengan ia membuka knop pintu seseorang juga ingin masuk ke dalam, orang yang juga tidak dia kenal, dia adalah pria dengan berpakaian pelayan.

“Maaf Nona, telah mengejutkan Anda. Saya mohon izin mengambil piring kotor itu,” ucap pelayan pria itu yang kemudian mengambil alih piring dari tangan Kiran.

Setelah pelayan itu pergi, Kiran langsung menutup pintu dan tidak lupa menguncinya, ia takut jika Agra kembali akan berbuat macam-macam padanya, ya... walaupun memang Agra itu suaminya yang sah, tapi tetap saja dia belum siap untuk melakukan itu.

Naik ke atas ranjang dan meraih selimut tebal untuk menutupi seluruh tubuhnya tanpa terkecuali. Sepuluh menit, dua puluh menit sampai lamanya setengah jam, Kiran masih dengan tingkat kewaspadaannya, tapi belum juga ada tanda-tanda pintu di ketuk ataupun di buka. Pikiran buruk itupun ia coba buang jauh-jauh dan ternyata rasa kantuknya menyerang. Perlahan matanya terpejam dan tidak menunggu waktu lama ia sudah pulas, tertidur di bawah selimutnya yang tebal.

Pagi sudah datang, matahari sudah mencoba menerobos masuk melalui celah jendela tetapi penghuni kamar itu masih saja terlelap di bawah selimut nya. Klik’ pintu terbuka karena ada seseorang yang membukanya dari luar, siapa dia? yang tak lain adalah pemilik rumah itu, Agra Madava Nadindra.

Bibirnya tersenyum melihat sebuah gundukan yang di bungkus selimut diatas ranjang sana, kepalanya menggeleng sambil berjalan mendekat ke arah ranjang lalu berdehem. “Hemm...” alis tebal Agra mengernyit karena Kiran yang sama sekali tidak terganggu dengan dehemannya.

Dengan ragu-ragu akhirnya Agra pun mencoba membuka selimut yang menggulung tubuh Kiran itu dan nampaklah gadis yang tidur dengan posisi macam binatang tringgiling, “Menggemaskan,” celetuk Agra tanpa sadar.

Setelah berhasil menyingkirkan selimut dari tubuh Kiran, Agra pun berjalan ke arah gorden yang menutupi cahaya matahari dari jendela kaca raksasa kamar itu. Merasa ada yang mengganggu matanya karena silaunya cahaya, perlahan Kiran pun membuka matanya dan yang pertama kali dia lihat adalah Agra yang tengah berdiri di samping jendela. Semula ia belum terlalu sadar, matanya terus menatap Agra yang pagi itu terlihat sangat tampan. Kaus oblong dengan celana pendek di tambah rambutnya yang masih basah. “Sepagi ini sudah ada malaikat?” gumam Kiran dengan suara sengau.

“Apa kamu masih mau tidur, hm?”

‘Suara itu? Suara Tuan itu?’

Mata bulat kiran terbelalak dan seketika ia melompat dari ranjang ke lantai dengan berteriak. “Kyaaakkk...!!!”

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

sebenarnya masih penasaran dgn Agra yg entah dr mana datangnya, tiba² mau menikahi Kiran, apa krn rasa kasihan atau emang ada niat lain..?

2023-12-26

0

lihat semua
Episodes
1 Gadis Pembawa Sial
2 Agra Madava Nadindra
3 Kecupan Perdana
4 Rindu?
5 Orang Asing di Ranjang
6 Kecupan Ke-dua
7 Jangan Mengganggunya!
8 Sebuah Pilihan
9 Membatasi Diri
10 Pamit
11 Wanita Simpanan
12 Kita Selesai!
13 Salah Paham
14 Mencari ku?
15 Memastikan Semua!
16 Keadaan Yang Membaik
17 Pertama Untukku
18 Apa masih Berfungsi?
19 Kalian Sangat Mirip
20 Mr. X
21 Mental Yang Tidak Sehat
22 Kepribadian Ganda
23 Budak Cinta
24 Akhirnya...
25 Kamu Malu?
26 Aku Cemburu!
27 Adik Sepupu yg Kurang Ajar
28 Cara Menghadapi Olivia
29 Ingkar Janji
30 Mengelabui yang Menggemaskan
31 Pembalasan
32 Kepekaan Agra
33 Memperkenalkan Pada semua Orang
34 Makan Malam Keluarga
35 Emosi yang Dipermainkan
36 Tolong Percaya padaku
37 Olivia bertingkah
38 Lisa yang Bawel
39 Jatah Malam Yang Hilang
40 Sudah Waktunya
41 Mas Stop!
42 Kiran Hamil?
43 Kesialan Lisa
44 Tanggung jawab?
45 Sisi lain Anas
46 Antara Anas dan Lisa
47 Anak Kecil tidak Pandai Berkuda
48 Kiran Sakit
49 Rumor Apalagi!
50 Ayo! Kita Jaga Jarak!
51 Saling Percaya
52 Sisi Lain Kiran
53 Siapakah dia?
54 Insting Lisa Bisa Saja Meleset!
55 Dilema Kiran
56 Logika Agra
57 Jangan Banyak Cemburu
58 Suami Yang Kaya Raya!
59 Hujan yang Menjadi Saksi
60 Jurus Baru AGRA
61 Liburan / Honeymoon
62 Syok!
63 Tragedi
64 PETAKA
65 Syukurlah...
66 Rekaman CCTV
67 Tidak dapat Berpura-pura
68 Telat dua Langkah
69 I Want U So Bad, Kiran!
70 Tom, Jerry ?
71 Sejauh apa Hubungan kita?
72 Gagal Kelonan
73 Anak?
74 Kau Harus Ikut!
75 Fobia Ketinggian
76 Bisa DiCoba
77 Maafkan Kiran ya Mas...
78 Lancang Memang, tapi…
79 Debaran tiada Henti
80 Kita Harus Pergi
81 Botol Kaca mematikan.
82 Bukan Saatnya
83 Amarah Menguasai
84 Sangat Membenci Penghianat
85 PIKTOR
86 Tidak Rela Berbagi
87 Harus Kembali
88 PERINGATAN yang di ABAIKAN
89 Menemukan Kebahagiaan yang Sesungguhnya
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Gadis Pembawa Sial
2
Agra Madava Nadindra
3
Kecupan Perdana
4
Rindu?
5
Orang Asing di Ranjang
6
Kecupan Ke-dua
7
Jangan Mengganggunya!
8
Sebuah Pilihan
9
Membatasi Diri
10
Pamit
11
Wanita Simpanan
12
Kita Selesai!
13
Salah Paham
14
Mencari ku?
15
Memastikan Semua!
16
Keadaan Yang Membaik
17
Pertama Untukku
18
Apa masih Berfungsi?
19
Kalian Sangat Mirip
20
Mr. X
21
Mental Yang Tidak Sehat
22
Kepribadian Ganda
23
Budak Cinta
24
Akhirnya...
25
Kamu Malu?
26
Aku Cemburu!
27
Adik Sepupu yg Kurang Ajar
28
Cara Menghadapi Olivia
29
Ingkar Janji
30
Mengelabui yang Menggemaskan
31
Pembalasan
32
Kepekaan Agra
33
Memperkenalkan Pada semua Orang
34
Makan Malam Keluarga
35
Emosi yang Dipermainkan
36
Tolong Percaya padaku
37
Olivia bertingkah
38
Lisa yang Bawel
39
Jatah Malam Yang Hilang
40
Sudah Waktunya
41
Mas Stop!
42
Kiran Hamil?
43
Kesialan Lisa
44
Tanggung jawab?
45
Sisi lain Anas
46
Antara Anas dan Lisa
47
Anak Kecil tidak Pandai Berkuda
48
Kiran Sakit
49
Rumor Apalagi!
50
Ayo! Kita Jaga Jarak!
51
Saling Percaya
52
Sisi Lain Kiran
53
Siapakah dia?
54
Insting Lisa Bisa Saja Meleset!
55
Dilema Kiran
56
Logika Agra
57
Jangan Banyak Cemburu
58
Suami Yang Kaya Raya!
59
Hujan yang Menjadi Saksi
60
Jurus Baru AGRA
61
Liburan / Honeymoon
62
Syok!
63
Tragedi
64
PETAKA
65
Syukurlah...
66
Rekaman CCTV
67
Tidak dapat Berpura-pura
68
Telat dua Langkah
69
I Want U So Bad, Kiran!
70
Tom, Jerry ?
71
Sejauh apa Hubungan kita?
72
Gagal Kelonan
73
Anak?
74
Kau Harus Ikut!
75
Fobia Ketinggian
76
Bisa DiCoba
77
Maafkan Kiran ya Mas...
78
Lancang Memang, tapi…
79
Debaran tiada Henti
80
Kita Harus Pergi
81
Botol Kaca mematikan.
82
Bukan Saatnya
83
Amarah Menguasai
84
Sangat Membenci Penghianat
85
PIKTOR
86
Tidak Rela Berbagi
87
Harus Kembali
88
PERINGATAN yang di ABAIKAN
89
Menemukan Kebahagiaan yang Sesungguhnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!