Acara akad nikah dan resepsi pernikahan telah usai berlangsung. Kini kedua orang tua Emin sudah kembali ke rumah yang selama ini mereka tempati. Raut wajah kesedihan terlihat jelas di wajah Emin. Saat ini Emin hanya bisa berserah sama yang kuasa. Impian Emin untuk membahagiakan kedua orang tuanya, sebelum menikah hancur begitu saja, setelah keluarga Basten memohon kepadanya untuk menyelamatkan reputasi sang majikan.
Semenjak duduk di bangku kelas 2 SMA Emin bekerja paruh waktu di rumah utama keluarga Basten, sebagai asisten rumah tangga. Untuk menggantikan Ibu Ernala yang saat itu, kondisi kesehatan ibu Ernala drop dan akhirnya Emin yang menggantikannya di sana.
Biaya pengobatan operasi ibu Ernala ditanggung oleh keluarga Basten. Oleh sebab itulah Emin tidak berdaya untuk menolak pernikahan itu. Sebagai balas budi, Emin harus mengorbankan masa depannya. Padahal cita-cita Emin cukup tinggi. Tetapi ia kubur dalam-dalam untuk membalas Budi baik keluarga basten dan terhadap keluarganya.
Kini Emin dan keluarga Basten sudah tiba di rumah utama keluarga Basten. Ada keraguan di hati Emin. Ia Bingung masuk ke kamar mana, karena Abelano meninggalkannya begitu saja.
"Maaf nyonya saya ingin istirahat." ucap Emin karna merasa dirinya sudah sangat lelah, dan memohon kepada Nyonya Agatha untuk mengizinkannya segera istirahat.
"Istirahatlah bersama suamimu di kamar." sahut Nyonya Agatha membuat Emin terhenyak. Ia mengira Emin dan Abelano pisah kamar setelah acara akad nikah berlangsung. Karena menurut Emin, itu hanyalah pernikahan rekayasa belaka atau pura pura untuk menyelamatkan reputasi Keluarga besar Basten.
"Maaf nyonya Apa saya bisa untuk sementara waktu tidur di kamar saya saja?
"Bagaimana mungkin kamu mengatakan seperti itu. Kamu menantu di rumah ini, dan sudah sewajarnya kamu tidur bersama suami kamu di kamar yang sama. Dan mulai saat ini jangan panggil saya dengan nyonya. Panggil mami." ujar Nyonya Agatha dengan tegas kepada Emin.
"Ba.....baik nyonya! eh mami." sahut Emin dengan gugup. Emin bingung melangkahkan kakinya Ke mana untuk istirahat. Jika ia masuk ke kamar yang selama ini ditempati Abelano, ia khawatir Abelano akan marah besar kepadanya.
Sikap arogant Abelano sangat diketahui oleh Emin. Karena setiap berdebat dengan kedua orang tuanya, Abelano selalu bersikeras untuk melakukan apa yang ia inginkan, tanpa ingin mendengar pendapat kedua orang tuanya. Sungguh dilema. Emin sama sekali tidak memiliki pilihan lain, selain melangkahkan kakinya menemui Abelano di kamar yang selama ini ditempati Abelano.
Emin melihat pintu kamar Abelano terbuka lebar. Ia mengetuk pintu kamar itu. Terlihat Abelano menatapnya dengan tatapan tajam. ngapain lagi kamu di situ? masuk! perintah Abelano. lalu Emin masuk dengan kepala tertunduk tanpa berani menatap wajah Abelano.
Wajah yang tampan body atletis, layaknya seorang atlet. Bukan menjadi patokan bagi Emin mencintai lelaki. Tetapi lelaki yang tahu akal dan juga berakhlak dan taat agama itulah lelaki impian Emin selama ini. Bukan harta dan paras wajah yang tampan. Baginya itu hanya nilai plus yang diberikan Allah jika ia mendapatkan suami yang tampan.
Yang paling utama bagi Emin, suaminya kelak dapat menjadi imam untuknya. " Apakah aku akan mendapatkan itu semua dari Tuan Abelano?" pertanyaan itu yang timbul di hati Emin. Karena ia tidak yakin akan mendapatkan itu semua dari Abelano.
Ketika Emin sudah berada di dalam kamar, yang selama ini ditempati Abelano. Abelano sengaja menutup pintu kamarnya dengan rapat. Berharap Nyonya Agatha dan Tuan Basten tidak mendengar apa yang akan mereka bicarakan. Bahkan Abelano sengaja memasang alat kedap suara di kamarnya. Agar segala apa yang ia lakukan di kamar tidak dapat didengar para penghuni rumah.
Abelano langsung menyerahkan secarik kertas kepada Emin untuk ditandatanganinya.
"Tanda tangani ini! jangan besar kepala karena aku menikahi wanita sampah sepertimu!" kita akan bercerai setelah 30 hari pernikahan kita berlangsung." ucap Abelano kepada Emin. Agar Emin segera menandatangani kontrak pernikahan itu.
"Ya Allah, bukan pernikahan seperti ini yang aku inginkan. Tetapi jika memang ini terjadi atas kehendakMu Emin ikhlas ya Allah."Doa Emin dalam hati. Air bening mengalir begitu saja di wajah cantiknya, sambil membaca isi kontrak pernikahan itu.
Ada beberapa poin yang tidak dapat dilakukan Emin. Salah satunya Emin tidak bisa jatuh cinta kepada Abelano, dan Emin tidak dapat melarang apapun yang dilakukan Abelano di luaran. Emin tidak dapat protes Sama sekali tidak protes. Dan mereka tidak bisa tidur seranjang." membaca poin terakhir yang tidak bisa tidur seranjang, Emin bernapas lega. Setidaknya kesuciannya terjaga jika pun mereka kelak bercerai. Emin masih tetap suci dan akan menyerahkannya kepada lelaki yang sangat ia cintai kelak.
Di dalam kontrak pernikahan itu juga, Abelano melakukan tugasnya sebagai suami untuk menafkahi Emin selama 30 hari dalam kontrak pernikahan. Walaupun pernikahan itu hanya fantasi belaka atau hanya menyelamatkan reputasi keluarga Basten. Emin juga harus melakukan tugasnya sebagai istri selama 30 hari pernikahan mereka tetapi tidak melayani diatas ranjang.
Dengan tangan bergetar, karena desakan dari Abelano, akhirnya Emin menandatangani surat kontrak pernikahan itu. Abelano mengembangkan senyumnya ketika Emin Sudah menandatangani surat kontrak pernikahan Itu.
"Bolehkah saya membersihkan diri dulu? "Silakan lakukan saja sesukamu. Aku tidak akan melarangmu melakukan apapun.
"Apapun?
"Termasuk aku pacaran?
"Ya itu hakmu!
"Terima kasih karena kamu sudah jujur.Dan mengijinkan Ku untuk melakukan apapun yang aku ingin lakukan." sahut Emin berusaha untuk kuat.
Lalu masuk ke dalam kamar mandi. Emin lupa kalau kamar itu, bukanlah kamarnya melainkan kamar yang selama ini ditempati suaminya. "Masya Allah aku lupa ternyata ini bukan kamarku. Bagaimana mungkin aku mandi di sini, pakaian gantiku berada di kamarku." gumamnya setelah membuka semua baju gaun pengantin yang ia gunakan sebelumnya.
Ingin keluar, sudah tidak mungkin rasanya. Hanya menggunakan handuk dililitkan di tubuhnya, sementara Abelano berada di dalam kamar. Memakai gaun pengantin kembali, itu sungguh tidak mungkin. Emin benar-benar bingung harus melakukan apa saat ini.
Emin memilih untuk melanjutkan ritual mandinya. "Bodoh, ah Lebih baik aku mandi sekarang. Daripada aku bengong di sini." gumamnya dalam hati lalu membersihkan dirinya dengan air shower yang ada di sana.
Seumur-umur Emin baru mandi di kamar mandi yang sangat luas dan mewah fasilitas bintang 5 kalau di hotel. "Kamar mandi saja sudah sebesar rumah ." gumam Emin dalam hati sembari terus melakukan ritual mandinya sampai ia merasa puas. Kini Emin sudah selesai melakukan ritual mandinya.
"Masya Allah, apa yang harus aku lakukan. dengan terpaksa Emin menunggu Abelano lengah, agar Emin dapat keluar menggunakan handuk yang akan digunakannya menutupi tubuh mulusnya. Ia duduk di sudut kamar mandi.
Bersambung......
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏🙏🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓💓
JANGAN LUPA FOLLOW OUTHOR MORATA KARNA AKAN ADA GIVEAWAY DI SANA AKHIR BULAN
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Esra Sihaloho
loh kok sudah habis lanjutkan
2022-11-07
1
Fatma Kodja
mampir thor
2022-11-06
1
ZidniNeve IG : @irmayanti_816
lanjut mak
2022-11-02
1