“Mas Totok tunggu disini dulu….saya akan cari bantuan dulu”
“Iya mas…. eh nama masnya siapa?”
“Nama saya Ilham…..mas Totok tunggu disini dulu saja!”
Orang yang bernama Ilham itu kemudian pergi dengan berlari menuju ke arah dia tadi datang.
Aku tau dan aku yakin saat ini aku ada di desa dimana aku bersama anak-anak Sutopo pernah berada.
Tapi waktu itu aku kan berupa mahluk ghaib yang selalu diajak mereka, bahkan aku dan tiga teman mereka yang bernama Wildan, Ibor dan Gilank kerap diajak makan di sebuah warung di daerah sini juga.
Warung dengan penjual perempuan gemuk yang kalau bicara tidak bisa diam, tapi masakan dia ini sangat enak.
Semoga nanti setelah aku sehat, aku bisa makan disana.
Huuh…lama sekali orang yang bernama Ilham itu… aku hampir tidak kuat menahan sakit yang mendera kakiku…
Sakit di kakiku rasanya senut senut ndak karuan…ini akibat tadi salah melangkah dan akhirnya terkena batu yang lumayan tajam.
Akhirnya dari kejauhan aku lihat orang yang bernama Ilham itu datang bersama dua orang laki-laki…mereka bergegas menuju ke arahku sini.
“Kamu siapa pak…Kamu berasal dari mana?” tanya salah satu dari mereka
“Nama saya Totok pak”
“Saya tidak tau saya dari mana pak…tapi tadi saya jalan dari arah padang rumput itu menuju ke sini untuk meminta makan dan minum”
“Mas Ilham… kalau dilihat dari pakaian nya, orang ini bukan berasal dari daerah sini” kata orang yang satunya lagi
“Tapi kalau dilihat dari wajahnya, dia bukan orang yang menderita gangguan jiwa.. dari wajahnya keliatan dia ini orang waras” kata orang yang bicara dengan Ilham.
“Betul pak…pakaian yang dikenakan ini kayaknya berasal dari zaman penjajahan” jawab orang yang bernama Ilham
“Ya sudahlah .. kita tolong saja orang ini, jangan berpikir tentang orang yang tidak waras atau berasal dari mana, kita tolong atas dasar kemanusiaan saja” kata orang yang lebih tua
“Namamu Totok kan? … tunggu disini sebentar… kami akan cari sesuatu untuk membawa kamu ke puskesmas terdekat” kata orang yang lebih tua
“Ini saya bawa satu botol air mineral.. kamu minum saja dulu untuk mengurangi rasa hausmu” kata mas Ilham yang kemudian memberikan
Mereka bertiga pergi meninggalkan aku untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk membawa aku dari sini ke puskesmas.
Tapi apa itu puskesmas.. apakah semacam tempat untuk mendapatkan pengobatan?
Ah sudahlah yang penting aku bisa selamat dari sini dan bisa hidup normal disini.
Orang yang bernama Ilham tadi memberiku satu botol air hehehe… aneh juga ya air putih yang ada di botol plastik..
Berarti aku sekarang sudah ada di jaman yang lebih maju….bisa saja aku akan bertemu dengan ketiga mahasiswi yang cantik cantik itu.
Kubukan tutup botol plastik itu dan kemudian kuminum air yang ada di dalam botol plastik…
Aneh rasanya tidak lebih segar dari air yang ada di sumber mata air di ruang bawah tanah rumah putih.
Tapi syukurlah bisa membasahi tenggorokanku yang rasanya kering sekering padang rumput yang ada disana itu.
Tidak lama kemudian dari kejauhan ada kendaraan dengan dua roda yang menuju ke sini, kendaraan dengan dua roda yang pernah kulihat waktu aku ada disini bersama dengan anak-anak Sutopo.
Dan di belakangnya ada semacam gerobak dorong yang ditarik oleh orang yang naik di belakang kendaraan dengan dua roda itu.
“Ayo mas Totok.. naik ini saja ndak papa kan, kami kesulitan mencari becak yang bisa membawa ke puskesmas” kata orang yang bernama Ilham
“Tidak masalah mas Ilham… yang penting kaki saya bisa disembuhkan saja”
Ilham ada di bagian belakang kendaraan dengan dua roda.
Tangan dia menarik gerobak yang biasanya digunakan untuk membawa sesuatu yang berat macam pasir atau batu. Tapi gerobak yang ini jauh lebih bersih.
Aku berusaha berdiri dan berjalan untuk naik ke gerobak yang sudah disiapkan di depanku.
Dengan susah payah aku naik ke dalam gerobak, mengingat kakiku sekarang menjadi bengkak dengan darah yang terus menetes.
“Duduk yang benar mas Totok.. dan pegangan..”
“Kita ke puskesmas yang letaknya ada di desa sebelah sana dan agak jauh dari sini”
“Iya mas Ilham.. saya tidak masalah… saya tidak tau bagaimana harus berterima kasih kepada mas Ilham dan bapak-bapak disini yang sudah membantu saya”
Kendaraan dengan dua roda dan bersuara aneh ini berjalan pelan menuju ke arah ketika mereka tadi datang.
Aku yang ada di dalam gerobak harus berpegangan tangan, karena gerobak ini ternyata keras sekali hehehe.
Sedangkan mas Ilham berusaha kuat untuk memegang pegangan gerobak dorong ini, agar tidak lepas.
“Pak Budi….berhenti sebentar pak… pegangan saya hampir lepas ini hehehe” kata mas Ilham kepada orang yang ada di depanya yang ternyata bernama pak Budi
Kendaraan itu berhenti sebentar untuk membenahi pegangan mas Ilham yang tadi hampir saja terlepas. Setelah semua beres, kendaraan dengan dua roda itu berjalan lagi
Aku tau desa sebelah itu… desa yang waktu itu jadi tempat aku dan anak-anak Sutopo berperang.. desa yang juga dimana Widodo dan Juriah katanya sempat dibinasakan disana.
Tapi semua itu kan masa lalu, harusnya aku sekarang ini berubah… karena aku sudah diberi kesempatan kedua untuk hidup.
Kendaraan dengan gerobak ini berjalan terus…melewati persawahan dan beberapa hutan kayu Sengon yang tidak sebanyak waktu di jaman ku.
Setelah beberapa lama berjalan akhirnya kendaraan ini masuk ke sebuah gapura desa…
Aku ingat gapura desa ini… dulu di sebelah kiri ini adalah warung nya Juriah hahahah, dimana dia sekarang….apakah dia masih jadi hantu yang bergentayangan.
Kendaraan berjalan lurus kedepan…
Hmm desa ini sekarang sudah maju…jalan ini sudah mulus dan beraspal… di pinggir jalan juga ada beberapa cagak tinggi yang kemungkinan besar adalah tiang listrik.
Padahal dulu waktu aku dengan anak-anak Sutopo dan tiga mahasiswi cantik… desa ini adalah desa yang ditinggalkan dan berhantu.. Tapi sekarang sudah berubah jauh…
Beberapa orang dengan pakaian rapi sedang berjalan entah kemana.. anak-anak kecil jugas bermain dengan sesuatu yang berbentuk kotak dan sedang dipegang bersama sama
Semua sudah berubah setelah Marwoto dan Suparmi bersatu. dan tentu saja setelah Dimas bisa dikalahkan.
Tetapi masak iya sih Dimas bisa dikalahkan oleh mereka yang masih remaja dan dengan ilmu yang tidak seberapa itu.
Kemungkinan besar Dimas dikalahkan oleh Mak Nyat Mani dan Soebroto….
Kendaraan roda dua dan gerobak ini berjalan terus…
Di depan itu nanti ada perempatan… kalau seingatku belok kiri itu akan ke rumah Ginten, kalau kanan akan ke rumah Widodo.
Dimana Widodo sekarang…. apakah dia jadi hantu gentayangan seperti Juriah juga hahaha.
Ternyata kendaraan roda dua ini berbelok ke arah kanan…. tidak jauh dari belokan ini .. di sebelah kiri ada sebuah rumah bercat putih yang pagi ini ramai dengan pengunjing.
Eh bukankah ini dulu adalah rumah Yu Jipah? Ibu dari Suparmi?
Semua sudah berubah dan tidak sama dengan keadaan sebelumnya.
Desa ini benar-benar sudah maju…
“Ayo turun mas Totok.. kita sudah sampai” kata mas Ilham yang membantu aku turun dari gerobak
“Pak Bud… saya mau daftar ke puskesmas dulu ya… mas Budi disini dulu bersama Totok”
“Ok mas Ilham….tapi gimana cara daftarnya mas, Totok pasti tidak memiliki KTP”
“Iya sih pak… tapi sudah saya pikirkan untuk menggunakan KTP saya saja pak…. yang penting luka Totok itu bisa diobati”
Mas Totok tunggu disini dengan pak Budi dulu…saya mau daftarkan mas Totok dulu ya” kata mas Ilham
Orang yang bernama Ilham itu baik sekali… dia mau membawa aku ke tempat pengobatan semacam rumah sakit tapi kecil ini.
Dan yang pasti dia tidak menganggap aku ini orang yang tidak waras.
Tapi aku tidak paham apa yang mereka bicarakan… mereka bicara tentang apa itu katepe..
Jelas aku tidak tau dan tidak punya yang mereka sebut dengan katepe itu, jaman aku ada di tempat Dimas kan tidak ada yang namanya katepe heheh’
Bahkan di Gebang dulu waktu aku dibawa ke rumah sakit waktu kena penyakit K*lamin juga tidak ada yang namanya katepe.
Setelah menunggu agak lama akhirnya mas Ilham keluar dengan sebuah kursi yang beroda..
Dengan seorang laki-laki berpakaian putih bersih.
“Ayo mas Totok duduk di kursi roda itu dulu.. agar luka di kakinya itu cepat diobati dan tidak infeksi”
“Iya mas Ilham… saya tidak tau bagaimana membalas budi mas Ilham ini”
“Sudahlah…pokoknya kakinya diselamatkan dulu saja, perkara balas Budi itu nanti saja, karena pak Budi sekarang sedang menunggu di atas motor heheheh” jawab mas Ilham
Aku duduk di kursi roda yang disediakan oleh tempat yang bernama Puskesmas ini..
Meskipun aku berasal dari masa lalu…tetapi aku bisa baca tulis.. aku bukan orang bodoh dan tolol, karena aku pernah hidup di jaman dimana pelajaran baca tulis itu menjadi hal pokok yang harus bisa.
“Kok langsung dapat kursi roda mas Ilham?” tanya pak Budi
“Iya pak…tadi saya temui kepala puskesmasnya, saya bilang ada orang yang butuh pertolongan secepatnya dan bersifat emergency”
“Makanya langsung diprioritaskan untuk pengobatan mas Totok” kata Ilham atas pertanyaan pak Budi tadi.
Ruangan di dalam puskesmas ini bersih.. Aku dimasukkan ke sebuah ruangan dengan sebuah tempat tidur yang kecil dan keras.
Berbeda dengan tempat tidur waktu aku ada di rumah sakit jaman itu… waktu itu kan tempat tidurnya tidak sekecil ini dan agak empuk.
Dokter dan perawat itu membersihkan lukaku dengan hati-hati…meskipun sudah hati-hati tapi tetap saja sakit sekali, karena luka ku itu katanya penuh dengan tanah dan kotoran.
Jadi dokter itu harus membersihkan hingga benar-benar bersih sebelum diobati dan diperban.
Lama juga mereka melakukan pengobatan dengan telapak kakiku.
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka… dan ternyata yang masuk adalah mas Ilham dan pak Budi.
“Bagaimana dok.. apakah lukanya itu tidak berbahaya?”
“Tidak pak Ilham.. sudah saya obati… hanya saja dari kontur kakinya yang seperti ini… orang ini jarang memakai alas kaki. Dia sepertinya terbiasa dengan tanpa alas kaki sama sekali”
“Iya dok…tidak papa, nanti akan saya belikan sandal atau sepatu., dia pekerja yang biasa bekerja membantu kami di proyek KKN kami dok”
Wah mas Ilham berbohong kepada dokter ini, dengan harapan dokter ini tidak tanya-tanya lebih lanjut.
Memang selama di vila putih aku jarang memakai alas kaki, karena sandal kulit yang biasanya kugunakan itu putus ketika harus membokar pasir dan semen dari dokar Kamidi.
Tapi dengan tidak menggunakan alas kaki, lama-lama kakiku ini akan kuat sendiri kan hehehe.
“Sudah selesai pak Ilham… ini sudah saya bersihkan dan saya kasih obat dan cairan anti infeksi.. Nanti ada obat minum yang harus diminum juga” kata dokter itu.
“Baik dokter….saya akan ke bagian administrasi untuk menyelesaikan semuanya” jawab mas Ilham
“Ayo mas Totok..bisa jalan kan heheheh,...kita ke depan untuk ambil obat sekalian saya mau bayar biayanya tadi”
Aku tidak tau bagaimana harus membalas kebaikan Ilham ini.. dia begitu baik dan murah hati.
Meskipun dia tidak mengenalku dan dia tidak tau aku berasal dari mana, tapi mas Ilham tidak peduli, yang dia pedulikan adalah rasa kemanusiaan saja.
Aku harus berpikir bagaimana caranya membalas kebaikan dia…dan tentu saja aku juga harus berpikir bagaimana caranya bisa tinggal di desa itu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
sinank nang
weladhalah,,,,baca dr awal lg
2022-11-02
0