Malam kian menakutkan bagi Bella yang masih berjalan kaki menuju rumah dalam keadaan basah kuyup, kedinginan, dan kelaparan. Butuh waktu lebih dari satu setengah jam baginya untuk sampai ke rumah.
"Dari mana saja kau, hah?" Jessica yang mendapati kehadiran Bella bergegas keluar rumah dan berdiri angkuh tepat di ambang pintu, guna mencegah Bella masuk ke dalam.
"Aku tersesat Ma," jawab Bella dengan mulut dan tubuh yang sudah gemetaran.
"Heh, Kau ini sudah bukan anak-anak lagi. Tak pernah bergaul di luar bukan berarti kau tidak mengetahui segalanya. Gunakan ponselmu, Bodoh!" maki Jessica tanpa memerdulikan kondisi Bella saat ini.
"Maaf, Ma," ucap Bella. Seperti biasa, sebisa mungkin dia akan menghindari perdebatan tak berarti dengan beliau. Apa lagi dalam keadaan kacau begini.
Berjalan sejauh lima kilometer di bawah guyuran hujan dan cuaca dingin, membuat tubuh Bella benar-benar lemah. Jangankan untuk berdebat meladeni Jessica, berdiri saja membutuhkan kekuatan yang cukup besar.
"Ma, bisakah aku masuk dulu ke dalam? Aku baru saja berjalan jauh," pinta Bella dengan wajah memelas.
Dia tak peduli Jessica akan memukul atau menyuruhnya membereskan rumah tiga kali lipat seperti biasanya, asal diijinkan beristirahat detik itu juga.
Bukannya menjawab, Jessica malah menatap Bella jijik sambil berkata, "lewat pintu belakang. Kau bisa mengotori rumahku, dasar manusia menjijikan!"
"Ahh, dan jangan berisik. Suamiku baru saja tertidur!" ungkap Jessica sebelum masuk ke dalam rumah.
Bella membungkukkan badannya dan berterima kasih. Tanpa menunggu lama, dia segera berlari masuk melalui pintu belakang dapur.
Namun, langkahnya terhenti seketika, tatkala mendengar suara mobil yang berhenti tepat di depan rumah. Saat Bella mengintip, rupanya Noah dalam keadaan sempoyongan turun dari dalam mobil bersama Tristan.
Jessica yang terkejut lantas menghampiri putra tersayangnya itu. "Ya, Tuhan, Sayang!"
Bella tanpa sadar juga menghampiri pria yang telah menjadi suaminya beberapa jam yang lalu itu. Namun, saat jarak dirinya hanya tinggal beberapa langkah lagi, gadis itu berhenti.
Tersisip keraguan dalam benak Bella. Noah sudah pasti akan mengamuk jika dia mendekat, apa lagi dalam keadaan kotor begini.
Demi menghindari kemarahan pria itu, Bella pun memutuskan mundur dan masuk kembali melalui pintu belakang tadi.
Tristan yang menyadari kehadiran Bella dalam kondisi basah kuyup, hanya bisa menatap iba gadis itu.
Ditemani Jessica, Tristan memapah Noah sampai ke kamarnya.
"Berapa banyak alkoh0l yang dia minum, Tristan?" tanya Jessica dengan raut wajah khawatir.
"Dua kali lipat dari biasanya, Aunty. Maaf, aku tak bisa mencegahnya," jawab Tristan tak enak hati. Bagaimana pun juga, Jessica pasti mengerti mengapa Noah melakukan ini.
"Ya, Tuhan! Apa ini!" seru wanita itu tiba-tiba, ketika mendapati darah dan luka yang sudah mengering di kepalan tangan Noah.
Tristan menghela napas pasrah. Di club tadi, Noah memang sempat berbuat ulah, dari mulai menantang seseorang berkelahi, hingga memecahkan salah satu etalase.
Beruntung mereka mau menerima ganti rugi tanpa menimbulkan masalah lain. Terlebih, mereka mengenal betul siapa keluarga Werner.
"Biar aku ambilkan kotak P3K, Aunty," tawar Tristan yang langsung keluar dari kamar Noah tanpa menunggu jawaban wanita itu. Namun, alih-alih mengambil kotak P3K di lantai satu, Tristan malah mengetuk kamar Bella.
Bella yang hendak masuk ke kamar mandi segera mengurungkan niatnya.
"Apa aku mengganggumu?" tanya Tristan begitu Bella membuka pintu kamar.
"Tidak. Ada apa, Kak?" Bella balik bertanya.
Selembar handuk yang melingkar di pundak Bella tertangkap mata Tristan. "Maaf, kalau aku mengganggu. Apa kau punya kotak P3K? Noah terluka."
Bella seketika terkejut. "Apa dia baik-baik saja?" tanyanya khawatir.
Tristan mengulas senyum tipis. "Sangat baik, kau tak perlu khawatir."
Semu merah menjalari kedua belah pipi Bella. Buru-buru gadis itu segera mengambilkan kotak P3K yang dimaksud.
"Terima kasih," ucap Tristan setelah menerima kotak tersebut.
"Sama-sama, Kak," jawab Bella. "Tolong, obati Kak Noah ya, Kak?" Sambung gadis itu.
"Oke." jawab Tristan sembari berlalu pergi. Namun, baru beberapa langkah, Tristan kembali berbalik kembali Bella yang ternyata masih berada di ambang pintu kamar.
" ... Aku hanya akan membantu membersihkan lukanya saja," ujar pria itu sambil tersenyum ramah.
Mengerti akan maksud dari perkataan dari sahabat suaminya itu, Bella mengangguk pelan.
...**********...
Suasana sudah sangat sepi saat Bella keluar dari kamarnya. Tristan pasti sudah pulang dan Jessica juga telah kembali ke kamarnya. Kesempatan itu pun Bella gunakan dengan baik.
Perlahan Bella membuka kamar Noah dan mendekati pria yang sedang tertidur itu.
Sampai detik ini, Bella sama sekali tidak menyangka, bahwa status mereka berdua telah berubah dari sepasang adik kakak angkat menjadi sepasang suami istri. Kendati demikian, tak ada hal lain yang berbeda bagi Bella, Noah tetap dengan perlakuan buruknya dan Bella tetap menjadi yang tertindas.
Namun, sejak pertama kali Bella masuk ke keluarga ini, sebuah janji terlontar untuk selalu berusaha mengabdikan diri pada mereka.
Walau perlakuan buruk kerap kali harus dia terima, Bella tetap menyayangi keluarga angkatnya. Bella bahkan sempat menaruh hati pada Noah, sang kakak angkat, saat masih berusia remaja.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu perasaan tersebut menguap entah ke mana. Kini yang tersisa hanyalah rasa sayang selayaknya keluarga pada umumnya.
Bella dengan telaten mulai membersihkan luka di tangan Noah kembali. Tak lupa dia juga membalut tangan pria itu menggunakan perban bersih agar tidak terkena udara kotor.
Noah bergerak. Tangannya tiba-tiba mencengkeram tangan Bella, hingga membuat gadis itu terkejut.
"Maria," ucap Noah lirih.
Bella menatap Noah sendu. Di dalam tidurnya, sang suami ternyata masih mengingat wanita itu. Perasaan cinta Noah pada Maria pasti sangat besar. Terlihat dari bagaimana pria itu memperlakukannya dengan sangat baik selama ini. Bella jelas menjadi saksi dari beberapa momen mereka berdua.
"Seharusnya hari ini menjadi hari paling bahagia dalam hidupmu, Kak," bisik Bella iba. Tangannya dengan lembut menyentuh pipi Noah.
Entah memiliki keberanian dari mana, Bella juga turut mendaratkan sebuah kecupan ringan di kening pria itu, sebelum kemudian pergi meninggalkannya.
...**********...
Momen sarapan bersama adalah momen yang paling ditunggu-tunggu Bella. Sebab diwaktu itulah, dia merasa menjadi bagian dari keluarga Werner sesungguhnya, karena bisa bergabung di satu meja makan yang sama. Semua itu tak lebih karena kehadiran sosok Harold.
Sesekali Bella menatap tangan Noah yang masih terbalut perban.
"Kau sudah menikah Noah, kurangi main-mainmu ke klub malam. Lupakan Maria dan fokuskan perhatianmu pada Bella mulai saat ini." Di tengah-tengah acara sarapan pagi mereka, tiba-tiba sang kepala rumah tangga membuka suaranya.
Sebelum keluar dari kamar, Jessica memang sempat menceritakan apa yang terjadi pada Noah, tetapi wanita itu meminta sang suami untuk tidak menghakimi putra mereka.
"Sayang," tegur Jessica. Padahal di kamar tadi, Harold sudah berjanji tidak akan membahas hal tersebut.
"Bicara memang mudah, Pa!" sahut Noah tanpa mengalihkan pandangannya. Kentara sekali pria itu hanya sedang berpura-pura fokus pada makanannya.
"Perbuatan Maria yang telah mempermalukan keluarga kita, seharusnya membuatmu bisa melupakannya dengan mudah, Noah. Istrimu saat ini adalah Bella."
Suasana di ruang makan berubah mencekam setelah Harold berkata demikian. Bella yang duduk di sebelah Noah, mendapati pria itu tengah mencengkeram sendoknya sekuat tenaga.
"Bella, mulai saat ini Papa titip Noah. Jaga dan awasi dia dengan baik," pinta Harold padanya.
Bella melipat kedua bibirnya rapat-rapat. Dia hanya menganggukkan kepala ke arah sang ayah tanpa berani menjawab.
"Satu lagi, mulai malam ini Bella akan pindah ke kamarmu, Noah. Tak ada sejarahnya sepasang suami istri tidur terpisah!"
Perkataan Harold selanjutnya bagai petir di siang bolong bagi Noah, Bella, maupun Jessica sendiri. Noah dan Jessica bahkan sampai kelepasan berteriak.
"Tak ada bantahan!" Hanya satu kalimat itu yang keluar dari mulut Harold, sebelum kemudian menyudahi acara makan paginya dan pergi ke kantor.
"Anak sialan!" maki Jessica.
Bella tertunduk takut. Tangannya yang sedang memegang alat makan sontak gemetaran hebat.
Sesaat kemudian, Noah bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan ruang makan. Pria itu bahkan dengan kasar mendorong kursi yang Bella duduki, saat berjalan melewatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Sophia Verheyden✨
mirip bgt ibu2 di ikan terbang, bae2 kena hidayah u bu
2022-11-11
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Yg sabar Ya Bella
Nama berhutang Budi tuh susah
Lebih baik berhutang uang bs di bayar selesai
Perjuangan Ucup mampir
2022-11-06
1
Nena Anwar
jangan berharap banyak akan pernikahanmu dengan Noah Bella kamu hanya istri diatas kertas bahkan kehadiranmu pun tak dianggapnya,,,entah dendam seperti apa yg bersarang dihati Noah dan Jessica sampai sampai mereka membenci Bella 🥺🥺🥺
2022-11-05
2