Bella tahu benar, selain dirinya dan Noah yang harus berakting sedemikian rupa sebagai sepasang suami istri yang baru saja berbahagia, kedua orang tua angkat yang kini menjadi mertuanya pun juga harus berlakon hal serupa. Salah satunya perihal alasan pengantin wanita yang tiba-tiba terganti.
Entah apa yang dikatakan Harold dan Jessica pada tamu-tamu pentingnya di jamuan makan siang hari ini, tetapi sepertinya cukup berhasil, karena para tamu tampak memahami penjelasan Harold.
Omong-omong, soal acara makan siang setelah pemberkatan, keluarga Werner sepakat untuk memindahkannya dari hotel milik keluarga Maria ke hotel milik mereka sendiri. Sebuah hotel berbintang lima dengan arsitektur klasik mewah tahun 1800-an.
Bella yang nyaris tidak pernah menginjakkan kaki di luar rumah, tentu saja terperangah menatap bangunan hotel milik keluarga angkatnya tersebut.
Sekaya apa mereka? Batin gadis itu, yang selama ini hanya berkutat di istana megah keluarga Werner bak Rapunzel yang terkurung di menara milik Mother Gothel.
Seharusnya Bella tak perlu merasa heran, sebab kediaman keluarga angkatnya saja tak ubahnya sebuah kastil kecil nan mewah. Namun, gadis itu baru tahu bahwa mereka juga memiliki hotel berbintang lima, selain perusahaan Werner Company yang bergerak di bidang pengembangan teknologi.
"Hai, Bella," sapa salah seorang wanita berpenampilan seksi, yang Bella ingat merupakan sepupu jauh Noah saat mengobrol di gereja tadi.
"Hai." Bella membalas sapaan wanita itu ramah.
"Mau bergabung bersama kami?" tanya wanita itu dengan raut wajah sedikit ... simpati?
Bella sontak menatap sekeliling mejanya dan baru menyadari, bahwa tak ada seorang pun yang sudi duduk bersama dirinya di sana. Sebab orang tua dan suaminya sedang sibuk berbincang dengan tamu mereka masing-masing di meja lainnya.
Bella merasa kecil dan terkucil. Gadis itu menatap sepupu Noah ramah sambil menggelengkan kepala. "Aku di sini saja. Terima kasih tawarannya."
"Oke. Sama-sama." Si wanita kembali duduk dan berkumpul bersama kerabat lainnya.
Sekali lagi, Bella merasa hampa dan sendirian di tengah-tengah keramaian yang membelenggu.
...**********...
Bella tercengang, tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Jessica sedetik lalu.
Wanita itu dengan tidak berhati menyuruh Bella untuk pulang seorang diri ke rumah, selepas acara kecil-kecilan mereka selesai sore ini.
Di depan Harold, tentu saja Jessica berdusta dengan mengatakan, Bella akan pulang bersama Noah menggunakan taksi. Namun, nyatanya tidak demikian. Tepat sebelum wanita itu menyusul sang suami ke dalam mobil, dia meminta Bella untuk pulang sendiri.
Lalu apa yang dilakukan Noah setelah mendengar perkataan sang ibu padanya?
Tidak ada.
Pria itu sepertinya lebih sibuk memikirkan luka hati yang baru saja tergores, akibat perbuatan memalukan sang mantan kekasih, Maria.
Blla lagi-lagi menurut. Tanpa membantah gadis itu mengiyakan perintah Jessica.
"Hati-hati di jalan, Sayang," ucap Jessica dengan suara keras, saat dia sudah berada di dalam mobil.
Noah maupun Bella kompak mengangguk.
"Kalian benar-benar tidak ingin menginap di hotel?" tanya Harold yang duduk tepat di sebelah istrinya.
"Tidak, Pa," jawab Noah tanpa pikir panjang.
"Baiklah, tak perlu buru-buru pulang. Kami pergi dulu." Setelah mengatakan hal demikian, mereka pun pergi meninggalkan kawasan hotel.
Tak butuh waktu lama, begitu mobil bergerak menjauh, Noah langsung menyentak tangan Bella yang berada dalam genggamannya.
Tanpa berkata apa-apa, pria itu langsung pergi meninggalkan Bella begitu saja di depan hotel.
"Anu, Kak!" panggil Bella panik. Pasalnya, dia sama sekali tidak tahu arah jalan pulang.
Tak masalah bila dia harus pulang sendiri, tapi setidaknya Noah bisa memberitahukan bus umum mana yang harus dinaiki. Terlebih, Bella tidak membawa cukup uang hari ini. Salah naik sekali saja niscaya dia akan berjalan kaki sampai rumah.
Namun, Noah tampaknya enggan merespon panggilan Bella. Pria itu malah dengan sengaja menelepon seseorang di ujung sana. "Aku akan menunggu di sini. Jangan terlalu lama!" katanya.
Noah tersentak saat sebuah tangan tiba-tiba memegangi belakang jasnya. Pria itu refleks menepis kasar tangan tersebut. "Kau tidak dengar tadi, hah!" hardiknya.
"Bukan begitu, Kak, aku hanya ingin bertanya soal bus apa yang harus digunakan untuk sampai ke rumah," cicit Bella ketakutan.
Mendengar perkataan Bella, Noah terdiam sejenak. "Pergi ke halte Verozzia, turun di Roxana, lalu naik lagi menuju distrik Felizze." Jawabnya dingin tanpa menatap wajah Bella.
Bella mengangguk-anggukan kepalanya. Distrik Felizze merupakan tempat tinggal mereka, jadi Bella hanya butuh menaiki dua bus saja.
Syukurlah, uangku cukup. Batin gadis itu.
"Kalau begitu, aku pulang duluan, Kak," kata gadis itu sumringah.
"Ganti gaunmu dulu, kecuali kalau kau ingin dianggap aneh oleh orang-orang sekitar!" Noah menatap Bella sinis.
Dengan wajah menahan malu, gadis itu pergi ke dalam hotel untuk meminta bantuan karyawan di sana. Beruntung pakaian yang tadi dia kenakan juga ada di sana.
Begitu selesai berganti pakaian, Noah rupanya sudah tidak berada di sana.
Berbekal informasi yang didapatkannya dari sang suami, Bella pun bergegas pergi menuju halte yang dimaksud.
...**********...
"Kau minum terlalu banyak, Bro!" seru Tristan, sahabat baik Noah yang menjemputnya ke hotel tadi sore.
Pria itu baru saja sampai di rumah, ketika Noah menelepon dan menyuruhnya untuk kembali ke sana. Namun, bukannya pulang, Noah malah mengajak Tristan menghabiskan malam di club langganan mereka.
Tristan sempat menanyakan keberadaan Bella, dan Noah dengan tidak berdosa mengatakan, bahwa gadis itu baru saja menerima informasi palsu darinya mengenai bus mana yang harus dinaiki.
Tristan tentu saja terkejut, sebab letak kedua distrik itu berlawanan arah. Sampai mati pun Bella tak akan menemukan distrik Felizze di Roxana.
Pria itu benar-benar tak habis pikir dengan kebencian yang selalu dia gaungkan sejak dulu untuk Bella, adik angkatnya sendiri.
Ya, selain keluarga inti Werner, hanya Tristan lah yang mengetahui identitas Bella sebenarnya.
...**********...
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam saat Bella tersadar bahwa dia sebenarnya tersesat.
Gadis itu menghapus kembali air matanya yang mengalir. Seharusnya dia tidak boleh memercayai Noah begitu saja, mengingat kebencian pria itu pada dirinya.
Uang yang Bella bawa kini sudah habis, karena dia terpaksa harus menaiki bus empat kali. Bella hanya butuh satu kali lagi naik bus. Sementara hujan berkapasitas sedang mulai membasahi wilayah tersebut.
Bella terpaksa harus jalan kaki menuju distrik Felizze, yang masih berjarak sekitar empat sampai lima kilometer, dari salah satu papan informasi yang dia baca di halte tempatnya turun.
Senyum getir terukir di wajah cantik Bella. Di bawah guyuran hujan, setidaknya gadis itu dapat menyembunyikan luka dan menyamarkan air mata, yang kini mulai mengalir deras membasahi pipinya kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
jahat sekali kau Noah..
2023-05-23
0
Andi Fitri
Noah ingat kelak kmu akan menyesal..jangan2 harta mereka milik orang tua Bella..
2023-03-02
0
MAY.s
Entah lah kata apa yang tepat buat Noah. Bella sabar ya...
2022-12-18
0