Sosok Wanita Bergaun Merah

Langit mulai berubah menjadi gelap malam pun telah tiba, Ayu dan Dimas sedang berada di kamar mereka dan sedang berbincang-bincang.

“Ayu, besok sepertinya aku akan pergi keluar kota sehari saja, ada client yang ingin aku temui, mereka ingin bekerja sama dengan perusahaan mable,” Dimas yang bercerita kepada istrinya.

“Iya Mas, tapi cuma sehari aja kan?” sahut Ayu.

“Iya Sayang cuma sehari saja,” ucap Dimas sambil memeluk istrinya.

“Aku pun besok sudah mulai bekerja kembali, Pak Damar sudah mulai ribut meminta gambaran desain baju yang belum aku berikan kepadanya.”

“Besok sepertinya aku tidak bisa mengantarmu ke kantor, tidak apa-apa kan naik mobil sendiri.”

“Iya Sayang tidak apa-apa lagi pula kamu kan sibuk Mas.”

Dimas dan Ayu masih berbincang-bincang di dalam kamar mereka, sementara Bi Inem yang sedang di dapur mempersiapkan makan malam untuk Tuan dan Nyonya.

Bi Inem yang sedang bernyanyi-nyanyi sambil mengaduk sup ayam yang ia masak, namun Bi Inem merasakan ketidak nyaman saat itu ia merakan hawa dingin yang membuat bulu kuduknya berdiri dan merinding.

‘Kok aku jadi merinding gini,' gumam Bi Inem.

Bi Inem pun tidak menghiraukan hal tersebut ia pergi mengambil mangkok untuk menaruh sup ayam yang sudah matang ke dalam mangkok itu.

Setelah Bi Inem mendapatkan mangkok yang ia butuhkan, Bi Inem kembali ke kompor tempat beradanya sup itu menuangkan sup itu ke dalam mangkok tersebut.

Sesudah selesai Bi Inem langsung membalikkan tubuhnya untuk menaruh sup yang sudah matang ke meja makan.

Namun, saat bi Inem membalikkan tubuhnya alangkan terkejutnya ia ada seseorang wanita berambut panjang memakai gaun merah berdiri tepat di depan Bi inem dengan darah yang mengalir dari kepala hingga wajahnya. Melihat hal tersebut sontak membuat Bi Inem teriak dan terkejut menjatuhkan mangkok sup yang ia pegang ke lantai.

Seketika teriakan Bi Inem dan pecahan mangkok itu di dengar oleh Dimas dan Ayu.

“Mas, Bi Inem,” celetuk Ayu yang khawatir.

“Ia aku pun mendengarnya.”

“Ayo kita liat Mas,” ajak Ayu.

Merek perdua pun bergegas keluar dari kamar menuju tempat suara Bi Inem berada. Di saat mereka berdua sampai di dapur melihat mangkok yang pecah di lantai beserta sup yang berhamburan terlihat juga Bi Inem yang sedang menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Melihat hal tersebut Ayu dan Dimas langsung mendatangi Bi Inem dan menanyakan kepadanya apa yang sebenarnya terjadi.

“Ada apa Bi, Ini saya Ayu,” ucap Ayu yang memegang pundak Bi Inem.

Mendengar suara yang tidak asing bagi Bi Inem, ia pun membuka telapak tangannya yang ia pakai untuk menutupi wajah dan penglihatannya.

“Tuan dan Nyonya maaf tadi Bibi mau bawa sup ini kemeja makan tapi saat Bibi berbalik, Bibi melihat ada Wanita yang memakai gaun merah lalu wajahnya berlumuran darah segar yang keluar dari kepalanya Bibi kaget dan takut tidak sengaja menjatuhkan sup dari tangan Bibi,” tutur Bi Inem menjelaskan apa yang terjadi kepada dirinya.

“Bi Inem ... bi Inem tidak ada siapa-siapa di sini Bi,” celetuk Dimas.

Bi Inem melihat ke sekelilingnya yang memang tidak ada siapa-siapa selain mereka bertiga.

“Ia Tuan maafkan Bibi, gara-gara Bibi sup ini tumpah ke lantai” ujar Bi Inem yang menundukkan wajahnya.

“Sudah tidak apa-apa mungkin Bibi kelelahan saja seharian membantu berbenah rumah ini,” kata Ayu.

“Lagi pula masih ada lauk untuk kita makan,” sambung Ayu kembali.

“Ya sudah Non, Bibi mau bersihkan sup yang berhamburan ini.”

“Sini saya bantu Bi,” Ayu yang mencoba membantu Bi Inem.

“Jangan Non, biar Bibi saja yang membersihkan Non dan Tuan duduk saja di meja makan ini pekerjaan Bibi,” Bi Inem yang merasa segan dan tidak nyaman kepada majikannya.

“Bi anggap saja kita semua ini keluarga, Mas aku minta tolong bawakan lauk dan masakan yang sudah matang ini ke meja makan, aku membantu Bi Inem membereskan pecahan mangkok dan sup Ini,” perintah Ayu.

“Baik sayang.”

Mereka bertiga berbagi tugas masing-masing Dimas yang mempersiapkan hidangan makan malam sementara Ayu yang membantu membersihkan pecahan mangkok dan sup.

Setelah semuanya selesai barulah Dimas dan Ayu menyantap makan malam mereka di meja makan.

Selang beberapa menit Bi Inem pun membereskan makan yang telah selesai di santap sedangkan Dimas dan Ayu pergi ke kamar untuk beristirahat.

“Sayang aku ingin susu hangat?” pinta Dimas ke pada istrinya.

“Iya, tunggu yah sebentar aku buatkan terlebih dahulu,” sahut Ayu.

“Tak perlu kau temani aku di sini, kan bisa minta tolong Bi Inem untuk buatkan susu hangat,” pungkas Dimas.

“Kasihan Bi Inem, dia capek loh Mas.”

“Aku ingin kau temani aku Sayang,” bujuk Dimas.

“Iya ... Iya, aku temani sebentar aku telepon Bi Inem dahulu Mas.”

Ayu mengambil telepon genggamnya dan ia mulai menelepon Bi Inem yang masih berada di dapur.

KRING.... suara ponsel Bi Inem berbunyi

Mendengar suara ponsel yang berbunyi di saku celananya Bi Inem pun langsung mengangkatnya.

“Bi Ayu minta tolong, buatkan susu hangat untuk Mas Dimas yah,” ucap Ayu di telepon.

“Baik Non, Bibi buatkan.”

“Terima kasih yah Bi.”

“Sama-sama Non.”

Telepon pun di matikan dan Bi Inem mulai mengerjakan apa yang di perintahkan oleh Ayu.

“Tunggu yah Mas, Bi Inem masih sedang membuatkan,” jelaskan Ayu.

“Iya sayang.”

Beberapa menit kemudian terdengar suara seseorang mengetok pintu kamar mereka.

“Tuan dan Nyonya ini susunya,” ucap Bi Inem sembari mengetok kamar Ayu dan Dimas.

“Masuk saja Bi, pintunya tidak di kunci,” teriak Ayu.

Mendengar Ayu memberikan aba-aba Bi Inem pun masuk ke kamar mereka.

“Letakan saja susu itu di meja Bi,” perintah Ayu.

“Baik Non,” sahut Bi Inem sambil meletakkan susu hangat yang ia pegang di atas meja.

Namun,saat Bi Inem ingin pergi meninggalkan kamar mereka ia pun di buat terkejut dengan lukisan berada di kamar mereka.

“Ma-Maaf Non,” ucap Bi Inem yang gugup.

“Iya Bi ada apa?” tanya Ayu.

“lu-lukisan wanita ini, yang Bi Inem lihat di dapur tapi wajahnya penuh dengan darah yang menetes dari kepala!” Bi Inem yang menjelaskan wanita yang membuatnya takut saat sedang menyiapkan makan untuk majikannya.

Mendengar ucapan yang di ucapkan Bi Inem Dimas pun tertawa.

“Ha-ha-ha-ha, Bi Inem ... Bi inem, mana mungkin Wanita yang ada di lukisan ini dapat hidup dan berjalan ke dapur,” ejek Dimas.

“Iya Bi, lukisan ini hanya benda mati tidak akan mungkin,” sahut Ayu yang tidak percaya dengan ucapan Bi Inem.

“Benar Tuan dan Nyonya, Bibi ingat betul wanita ini yang tiba-tiba muncul di hadapan Bibi,” sahut Bi Inem yang mencoba meyakinkan Dimas dan Ayu.

“Bi sebaiknya Bibi istirahat mungkin saja karena Bibi kelelahan jadi Bibi melihat hal yang tidak mungkin,” Dimas yang masih saja tidak percaya dengan penjelasan Bi Inem.

Mendengar majikannya tidak percaya kepadanya bi Inem pun pamit untuk beristirahat.

“Ya sudah Tuan dan Nyonya Bibi pamit kembali ke kamar untuk istirahat.”

Bi Inem keluar dari kamar mereka dan kembali ke kamarnya.

Sementara Dimas membicarakan kepada Ayu tentang wanita di lukisan itu yang dibicarakan bi Inem.

“Ada-ada saja Bi Inem, mana mungkin lukisan itu dapat hidup,” gumam Dimas yang di dengar Ayu.

“Sudahlah Mas, mungkin saja bi Inem kelelahan jadi seperti itu, sebaiknya Mas minum susu hangat yang sudah di buatkan dan kita beristirahat lagi pula malam sudah mulai semakin larut dan besok kita harus kembali ke kantor masing-masing.”

“Baiklah Sayang.”

Dimas pun menuruti perintah Istrinya ia meminum segelas susu hangat yang telah di buatkan Bi Inem sampai habis dan kembali ke tempat tidurnya untuk beristirahat sambil memeluk istri tercintanya.

Bersambung gengs jangan lupa dukungannya.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

tetap semangat

2022-11-20

0

Amalia Pamujo

Amalia Pamujo

kasih visualnya donk thor

2022-11-16

1

Lala Kusumah

Lala Kusumah

tatuuuuuttt ah.....

2022-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!