Lukisan Yang Hidup

Keesokan harinya mobil pengangkut barang pindahan mereka pun datang, Dimas dibantu Mang Ujang mengangkat barang-barang yang akan di bawa.

Mobil pengangkut melaju menuju rumah baru Ayu dan Dimas, disusul oleh mobil Dimas serta ayahnya. Sesampainya di rumah baru, semua barang diturunkan dan langsung ditata dengan dibantu oleh Ibu Dimas, Ayu menata setiap barang agar terlihat rapi.

Saat semua orang tengah sibuk, Ayu tiba-tiba saja berjalan ke kamar dan memandangi lukisan wanita gaun merah bahkan ia tidak berkedip sedikit pun.

Ayu yang tadinya hanya memandang akhirnya mendekati lukisan itu lalu meraba lukisan itu menikmati torehan cat yang ada di lukisan tersebut, ia meraba lembut serta hati-hati dari wajah sampai menuju setangkai bunga mawar yang di pegang oleh wanita itu.

Namun anehnya bunga mawar yang berada di lukisan itu seakan nyata, salah satu jarinya seperti tertusuk di saat ia meraba bagian bunga mawar yang ada di dalam lukisan tersebut.

“Aduh!” seru Ayu spontan.

Suara kesakitan Ayu mengundang Dimas datang menghampirinya.

“Ada apa Sayang?” tanya Dimas yang sangat khawatir kepada istrinya.

“Entah mas, tiba-tiba jari tanganku terluka saat meraba setangkai mawar yang dipegang oleh Wanita itu,” Ayu yang menjelaskan apa yang dia alami kepada suaminya.

“Ha-ha-ha-ha, kamu ini ada-ada saja Ayu,” ucap Dimas yang tidak percaya.

“Aku serius Mas, aku tidak bohong,” sahut Ayu yang meyakinkan suaminya.

“Sini ya, Aku pengang lukisannya, tidak ada apa-apa dan mana mungkin lukisan dapat hidup sayang,” ucap Dimas menyentuh lukisan Wanita itu yang memang tidak ada apa-apa.

Ayu yang bingung dengan kejadian yang ia alami hanya terdiam.

“Ayo kita keluar dulu, aku obati lukamu,” Dimas yang membawa Ayu ke ruangan tamu.

Sesampainya di ruang tamu Ayu duduk di sofa dan Dimas sedang sibuk mencari perlengkapan P3K di dalam mobil mereka.

“Kenapa kamu Nak,” tanya Ibu Ratih.

“Bu, jari Ayu terluka mungkin terkena paku saat ingin membenarkan lukisan di kamar Ayu,”

“Hati-hati Ayu, Dimas mana istrinya terluka kok orangnya tidak ada?” tanya Ibu Ratih.

“Tidak apa-apa Bu lagi pula ini hanya luka kecil, Mas Dimas sedang mengambil perlengkapan P3K di mobil,” jelaskan Ayu kepada Ibu Ratih.

“Jangan dianggap remeh luka Ayu, takutnya nanti bisa infeksi lagi pula luka mu terkena paku takutnya infeksi,” sahut mertua Ayu yang khawatir kepadanya.

Tidak lama kemudian Dimas datang membawa kotak P3K. Dimas yang mulai membuka kotak itu membersihkan jari Ayu yang terluka dan mengobati.

“Hati-hati sayang jangan terluka lagi,” ucap Dimas.

Saat Ayu terluka tanpa iya sadari tetesan darah itu mengenai lukisan itu, dan Ayu baru menyadari sekarang ia meminta tolong suaminya untuk membersihkan darah yang menetes di lukisan itu.

“Oya Mas tadi lukisannya terkena darahku yang menetes bisa kamu membersihkannya Mas.

“Iya Sayang aku akan membersihkan lukisan itu, kau begitu suka dengan lukisan itu Ayu.”

“Iya Mas, entah mengapa saat pertama kali aku melihat lukisan itu aku langsung sangat menyukainya ingin terus memandangnya,” Ayu yang menjelaskan kepada suaminya.

Dimas mengakhiri perbincangan mereka dan pergi ke kamar tempat lukisan itu berada dengan membawa beberapa lembar tisu untuk membersihkan darah Ayu yang menetes di lukisan itu.

Namun anehnya saat Dimas telah sampai di kamar dan melihat tulisan itu tidak ada satu pun bekas tetesan darah yang menempel di lukisan itu, dengan bingung Dimas masih saja mencari bekas tetesan darah Ayu namun tetap saja Ia tidak menemukannya.

“Tidak ada bekas darah, apakah Ayu sedang mengkhayal,” gumam Dimas di dalam hati yang sangat bingung.

Sebenarnya mereka tidak menyadari bahwa lukisan itu menyimpan aura magis yang sangat kuat darah Ayu yang menempel di lukisan itu seperti terhisab olehnya, dan saat Dimas masih meraba lukisan itu ia pun menatap mata Wanita bergaun merah di lukisan itu.

Dimas seperti terhipnotis kembali dengan lukisan itu ia menghabiskan waktu lama untuk memandang wajah Wanita bergaun merah.

“Kau begitu sangat cantik, aku sangat terpesona dengan kecantikanmu wahai Wanita bergaun merah,” gumam Dimas sembari meraba lukisan.

Namun melihat suaminya tidak kunjung keluar dari kamar Ayu dan Ratih menghampiri Dimas.

“Lama sekali, apa yang sedang Dimas lakukan?” tegur Ratih.

“Entah Bu, Ayu hanya meminta tolong bersihkan darah Ayu yang menetes di lukisan itu tapi kok Mas Dimas sangat lama sekali dan tak kunjung keluar dari kamar.”

“Ibu jadi sangat penasaran sebagus apa sih lukisan yang sedari kemarin kau kagumi Ayu,” ucap Ibu Ratih yang juga penasaran.

“Ayo Bu ingin melihatnya, sembari Ayu melihat Mas Dimas sedang melakukan apa,” ajak Ayu kepada mertuanya.

Ayu mulai berdiri dari sofa yang ia duduki dan mengajak mertuanya melihat lukisan yang ia sangat kagumi keindahan dan kecantikannya.

Sesampainya di kamar Ayu melihat suaminya sedang memandangi lukisan itu tanpa berkedip.

“Mas, di minta tolong buat bersihin darah Ayu yang menetes kok malah memandangi lukisan ini terus, tidak selesai-selesai nanti berbenah rumahnya,” celetuk Ayu yang memegang pundak Dimas dan menegurnya.

“I-iya aku lupa,” sahut Dimas yang seketika hilang lamunannya dengan lukisan Wanita itu.

“Oh ini lukisan yang kalian berdua kagumi!” ucap Bu Ratih sambil memandangi lukisan itu.

“Bagaimana menurut Ibu,” celetuk Dimas.

“Iya bagus lukisan ini begitu sangat indah cara si pelukis melukisnya sangat handal begitu sangat nyata, seperti wanita bergaun merah ini seakan-akan berada di dalam lukisan ini,” Ibu Ratih yang menjelaskan kepada mereka karena Ibu Ratih banyak mengetahui tentang seni lukisan.

“Tidak salahkan Bu kita berdua mengagumi lukisan ini,” celetuk Dimas.

Selang beberapa menit Mang Ujang menghampiri mereka yang berada di kamar.

“Tuan, Nyonya semua sudah selesai dirapikan,” ucap Mang Ujang yang memberitahukan kepada mereka bertiga.

“Baik Mang Ujang sebentar lagi kami keluar,” sahut Dimas.

Mereka bertiga pun keluar dari kamar Ayu dan Dimas melihat semua susunan kursi, sofa, meja dan barang-barang yang lain telah rapi mereka semua pun beristirahat.

“Sayang, aku nanti mengantarkan ibu pulang tidak apa-apa Mas tinggal sebentar?” ucap Dimas.

“Iya mas tidak apa-apa, Mang Ujang biar sekalian ikut Mas, Bi Inem biar ikut Ayu yah Bu?” pinta Ayu.

“Iya, Bi Inem biar tinggal di sini saja menemanimu Yu,” sahut Ratih.

“Terima kasih Bu.”

Mereka semua meninggalkan rumah baru kecuali Ayu dan Bi Inem yang tetap tinggal di sana.

“Bi istirahat saja, saya gak papa kok sendirian,” ucap Ayu kepada Bi Inem.

“Baik Non, Bibi tinggal dulu,” Bi Inem yang meninggalkan Ayu sendirian di sofa.

Ayu yang mulai merasakan lelah sedari pagi hingga sore ia pun memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan beristirahat sejenak di sana membaringkan badanya di atas kasur yang empuk.

Bersambung gengs.

Terpopuler

Comments

Nur Bahagia

Nur Bahagia

Biasanya kalo pindahan ke rumah baru harus di selametin dulu.. biar berkah dan selalu selamat ☺

2024-06-15

1

Putri Minwa

Putri Minwa

bobok yang nyenyak ya Yu

2022-11-20

0

Amalia Pamujo

Amalia Pamujo

thor Hai kasih visual nya donk

2022-11-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!