Mimpi Buruk

Sinta dan Ayu akhirnya sampai di rumah, Ayu yang mengajak Sinta masuk ke dalam rumahnya.

“Ayo Sin masuk!” ucap Ayu.

“Rumah kamu besar juga Yu, nggak salah memang kamu menikah dengan Dimas udah ganteng kaya lagi,” seru Sinta.

“Apaan sih Sin, aku menikah dengan Dimas bukan karena dia kaya,” sahut Ayu.

“Iya ... Aku kan cuma mau bilang kamu beruntung Yu,” tutur Sinta.

Sinta juga menyukai rumah Ayu yang bergaya Eropa.

“Yu, aku suka dengan rumahmu, sangat klasik namun terlihat elegan apalagi interiornya mendukung banget gak salah Dimas memberikan rumah ini untukmu,” puji Sinta.

“Ah, biasa aja Sin,” sahut Ayu yang merendah.

Setelah selesai melihat-lihat mereka berdua duduk di ruang tamu, dan berbincang-bincang.

“Oh iya, kok aku tidak melihat Dimas?” tanya Sinta.

“Dimas hari ini sedang keluar kota dan tidak pulang.”

“Pantas saja aku tidak melihatnya, berapa lama Dimas pergi Yu?” tanya kembali Sinta.

“Gak lama kok Sin cuma satu malam aja Dimas menginap di sana besok.”

“Namanya juga pengantin baru maunya lengket Yu.” Sahut Sinta yang mengejek Ayu.

Tidak lama mereka bicara bi Inem menghampiri mereka berdua dengan membawa dua minuman.

“Silahkan di minum Non,” ujar Bi Inem yang menyodornya minuman kepada Ayu dan Sinta.

“Terima kasih bi,” sahut Ayu.

“Sama-sama Non,” sahut bi Inem sambil meninggalkan mereka berdua.

Setelah mereka berdua selesai berbincang-bincang Sinta pun menanyakan lukisan yang membuatnya penasaran tadi.”

“Ayu, mana lukisan yang tadi kamu bicarakan?” tanya Sinta.

Ayu pun mengajak Sinta untuk masuk ke kamarnya.

“Ayo sini Sin!” ajak Ayu kepada Sinta.

Sinta mulai masuk ke kamar Ayu, setelah Sinta masuk Ayu mulai menunjukkan lukisan yang terpampang di dinding kamarnya.

“Bagaimana menurutmu Sin, sangat indah dan anggun bukan lukisan ini,” Ayu yang memuji lukisan itu.

Sinta masih saja memperhatikan lukisan itu tanpa peduli dengan pertanyaan Ayu.

“Sin kok diam sih di tanyain,” celetuk Ayu yang kesal Sinta tidak menjawab pertanyaannya.

“Eh iya Yu, tadi apa pertanyaannya?” tanya Sinta kembali.

Ayu pun mengulang kembali ucapannya kepada Sinta.

“Lukisan itu, menurutmu indah dan anggun bukan!” ujar Ayu.

“Menurutku sih Yu, lukisan ini tampak indah dan anggun namun, seperti ada sesuatu yang tersimpan di balik lukisan ini,” Sinta yang menjawab pertanyaan sambil memperhatikan lukisan itu.

“Mungkin itu perasaanmu saja Sin,” sahut Ayu yang tidak percaya kepada Sinta.

Tidak lama saat mereka berbincang-bincang telepon genggam milik Ayu pun berbunyi, Ayu yang mendengar telepon genggamnya segera mengangkatnya ternyata itu adalah Dimas yang memberi kabar ke Ayu bahwa dia telah sampai dan sedang beristirahat di kamar hotel.

Setelah Ayu selesai mendengar kabar dari Dimas Ayu pun menutup teleponnya dan kembali berbincang-bincang dengan Sinta.

“Ya sudah Yu, sudah malam aku pulang dulu ya nanti kita lanjut mengobrolnya di kantor,” ucap Sinta yang berpamitan.

Ayu pun mengantar Sinta sampai depan teras rumahnya.

“Hati-hati yah Sin.”

“Siap komandan,” celetuk Sinta.

Sinta pergi meninggalkan rumah Ayu dengan mengendarai mobilnya.

Sesampainya di rumah, Sinta mulai masuk ke dalam kamar mandi. Setelah Sinta selesai mandi ia menuju meja makan dan mulai menyantap makan, selang beberapa menit kemudian ibu Sinta menghampiri dirinya dan duduk menemani Sinta makan.

“Bagaimana pekerjaanmu di kantor tadi Sin?” tanya ibu Sinta.

“Berjalan dengan mulus Bu tanpa hambatan,” canda Sinta kepada ibunya.

“Kok pulangnya sampai malam?” ibu Sinta yang bertanya.

“Iya Bu tadi Sinta mampir ke rumah baru Ayu jadi pulangnya malam, Sinta lupa memberitahu Ibu.”

“Lain kali diingat ya, pamit dulu biar Ibu tidak ke pikiran.

“Bu, Sinta kan bukan anak kecil lagi." Sinta yang protes kepada ibunya.

“Ibu khawatir kepadamu Sin, kamu harta ibu satu-satunya semenjak ayahmu tidak ada,” sahut ibu Sinta dengan meneteskan air mata.

“Maafin Sinta yah Bu, Sinta janji tidak akan bikin ibu khawatir lagi,” ucap Sinta sambil memeluk ibunya.

“Iya Nak, ibu sangat sayang kepadamu. Selepas ini kamu istirahat ibu lihat kamu sangat lelah sekali.”

“Iya Bu hari ini kerjaan Sinta menumpuk mana Pak Damar minta hari ini harus selesai untung semua sudah kelar tepat waktu,” ujar Sinta yang kesal.

“Ya sudah istirahat saja.”

“Iya Bu Sinta masuk kamar terlebih dahulu yah Bu,” pamit Sinta kepada ibunya.

Sinta pun mulai bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat dan meninggalkan ibunya. Sesampainya di kamar Sinta mulai menaiki kasurnya yang empuk dan merebahkan badannya di sana sambil memainkan telepon genggamnya.

Beberapa menit kemudian Sinta mulai memejamkan matanya ia pun tertidur dengan lelap. Sinta yang saat itu sedang bermimpi aneh ia melihat samar-samar ada seorang Wanita bergaun merah tengah memegangi setangkai mawar merah berdiri di sudut kamarnya.

Sontak Sinta terkejut karena sosok itu tiba-tiba berada di dalam kamarnya yang saat itu sudah ia kunci.

“Siapa kamu?” tanya Sinta.

Sosok wanita itu hanya diam namun, perlahan ia berjalan mendekat dan menghampiri Sinta, semakin dekat dan semakin terlihat jelas wujud dari wanita tersebut wajahnya yang pucat dengan berlumuran darah serta mata yang menatap tajam seakan sedang menyimpan amarah. Sosok wanita tersebut mendekatkan wajahnya dan mengucapkan sesuatu kepada Sinta.

“Jangan ikut campur!” bentak wanita itu dengan nada keras kepada Sinta.

Hal itu membuat Sinta terkejut dan bangun dari tempat tidurnya dengan nafas yang tidak beraturan dan keringat dingin membasahi wajah Sinta.

“Untung saja hanya mimpi, tapi mimpi ini sangat menyeramkan sekali dan wanita yang aku lihat di dalam mimpi sama persis dengan Wanita yang berada di lukisan kamar Ayu, tapi sangat menyeramkan,” gumam Sinta yang berada di atas kasur.

“Dan apa maksud dengan ucapnya tadi, jangan ikut campur? Memangnya aku sudah melakukan apa?” sambung Sinta yang terus berpikir akan mimpinya tadi.

Saat Sinta sedang berpikir dengan apa maksud mimpinya itu, Sinta melihat sesuatu yang aneh di sudut kamarnya yang remang-remang, rasa takut di hati Sinta membuat ia menyalakan lampu tidur yang ada di meja.

Namun, Sinta tidak melihat apa-apa di sudut kamarnya, Sinta yang tidak melihat apa-apa pun mematikan lampu tidur itu kembali dan kembali tidur.

“Ah mungkin ini hanya halusinasiku saja karena mimpi tadi, sebaiknya aku melanjutkan tidurku mungkin mimpi itu hannya bunga tidur,” gumam Sinta yang melanjutkan tidurnya kembali.

Sinta yang saat itu sedang mengatur posisi tidurnya berbalik ke samping dan mendapati ia seseorang wanita dengan wajah penuh darah mengenakan gaun merah yang sedang berbaring di samping Sinta Wanita itu pun menghadap ke wajah Sinta.

Saking terkejutnya dan takutnya Sinta tidak mampu bersuara lagi, ia pun seketika pingsan di tempat tidurnya.

Huh kira-kira siapa ya wanita itu ? kenapa dia menebar teror ?

bersambung dulu gengs.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

Aww, wajah yang pucat penuh dengan darah,hiiii takut

2022-11-20

0

Jajang Wr

Jajang Wr

ah jangan serem serem thor

2022-11-08

0

Alfiyati Al-Ikhlas

Alfiyati Al-Ikhlas

mbak kunti berbaju merah ya thor

2022-11-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!