Dengan cepat Ayu pun berkemas-kemas, dandanan seadanya membuatnya tampak sedikit elegan.
“Semakin hari kau tampak semakin cantik sayang,” puji Kenedi padanya.
“Ah, Kak Ken, bisa aja.”
“Sumpah! Kakak nggak bohong kok.”
“Namanya orang muji, mana ada yang nggak pakai embel-embel di belakangnya.”
“Jadi maksudnya Kak Ken berbohong gitu.”
“Terserah, itu hak otoritas kakak, mau berbohong atau pun jujur.”
Sembari tersenyum manis, Kenedi hanya memandangi wajah Ayu dengan lirikan matanya yang tajam.
Tak terasa mereka berdua pun tiba di sebuah mall, sembari memarkirkan kendaraan, Ayu telah duluan turun dan berlari kearah mall tanpa harus menunggu Kenedi terlebih dahulu.
Seperti biasa di dalam Gedung yang bertingkat empat itu, Ayu mulai menjalari semua pakaian yang mana dia suka, sementara itu Kenedi hanya berdiri saja di depan kasir. Setelah selesai berbelanja, Ayu langsung mengantar semuanya ke kasir.
Setiap kali Ayu berbelanja, tak sedikit Kenedi mengeluarkan uang, namun pria itu tak pernah mengeluh, Kenedi hanya tersenyum sembari mengeluarkan uang jutaan untuk kebutuhan kekasihnya itu.
“Udah siap belanjanya?” tanya Kenedi dengan suara lembut.
“Sebenarnya sih, belum!”
“Ayu mau beli apa lagi sayang?”
“Aku mau beli alat kosmetik, Kak. Sebab yang kakak belikan hari itu udah habis dan masih bersisa sedikit lagi.”
“Ya udah, kamu pilih aja sana, biar kakak nunggu di sini.”
“Tapi aku maunya, sama Kak Ken.”
“Sebenarnya Ayu mau beli yang mana sih?”
“Ayolah kita kesana dulu!” ajak Ayu sembari menarik tangan Kenedi.
Kenedi tak menolak sedikit pun, walau Ayu memaksa dirinya, bagi Kenedi asalkan Ayu merasa puas, tak ada masalah baginya.
Hari itu adalah hari ulang tahun Ayu yang ke lima belas, tanpa sepengetahuan Ayu, Aisah dan Kenedi membuat acara kejutan untuk merayakan hari jadi Ayu.
Sebelum Ayu tiba di rumah, rencananya kejutan itu udah di persiapkan, tapi naas, ketika Aisah, Kenedi dan Arif pergi mencari atribut untuk memeriahkan hari bahagia itu, mereka bertiga pun mengalami kecelakaan.
Mobil yang di kendarai Kenedi menabrak pembatas jalan dan terpental hingga beberapa meter dari tempat kejadian.
Mobil itu pun hancur, Kenedi, Aisah dan Arif yang masih berada di dalam mobil tak bisa di selamatkan lagi, ketiganya meregang nyawa di dalam mobil tersebut.
Ayu yang mendengar kabar kecelakaan itu, langsung mendatangi lokasi kecelakaan, Rinaldi yang saat itu telah datang duluan, hanya tampak menangis sembari memeluk istri beserta putra kecilnya.
Begitu juga dengan keluarga Kenedi, kedua orang tuanya juga tampak hadir menangis pilu serta meratapi kepergian putranya yang begitu tragis sekali.
Ketika Ayu datang, semua telah berubah, jalan yang tampak ramai dengan kendaraan yang lalu Lalang, saat itu hanya ramai dengan penduduk sekitar yang ingin menyaksikan kejadian itu.
Tak ada yang dapat di ucapkan oleh Ayu saat itu, lidahnya terasa kelu dan kedua kakinya tampak gemetar. Rinaldi yang melihat kedatangan putrinya, langsung berlari untuk memeluk gadis lembut itu.
“Apa yang terjadi Pa?” desah Ayu dengan suara lirih.
“Mereka bertiga udah pergi nak,” jawab Rinaldi dengan pelan.
Ayu yang menyaksikan sendiri Kenedi, Mama dan Adiknya terbujur kaku bersimbah darah, tak kuasa menahan perasaan itu, hingga akhirnya dia pun tak sadarkan diri.
Rinaldi begitu terkejut, saat melihat Ayu terjungkal ketanah, Rinaldi menjerit histeris seraya memeluk tubuh putrinya.
“Sabar Pak, anak Bapak hanya pingsan aja kok,” ujar salah seorang pria yang berada di tempat kejadian.
“Benar putri saya hanya sekedar pingsan?”
“Benar Pak.”
Mendengar penjelasan dari pria itu, Rinaldi langsung menggendong putrinya menjauh dari kerumunan.
“Bangun sayang, bangun! Jangan tinggalkan Papa sendiri nak,” ujar Rinaldi sembari memeluk tubuh Ayu yang tampak lemah.
Di saat itu, beberapa orang warga datang sembari membawakan minuman untuk Ayu yang masih pingsan.
Semenjak hari itulah hidup Rinaldi bagaikan terombang ambing, dia tak lagi punya tujuan hidup, karena separoh hatinya telah hilang.
Hampir setiap hari Rinaldi hanya bermenung dan menangis sedih, bukan hanya itu saja, Rinaldi juga sering keluar malam dan pulang pagi hari, itu pun dalam keadaan mabuk.
Ayu sering menangis melihat keadaan itu, bukan hanya kehilangan Mama dan adik tercintanya, tapi saat itu Ayu juga sudah kehilangan Papa yang di jadikan pelindung untuk jiwanya yang labil.
Semuanya telah hancur dan porak poranda bersama waktu yang terus berlalu silih berganti. Saat itu bukan hanya Rinaldi yang sudah kehilangan kendali, Ayu juga terjerumus pada pergaulan bebas.
Dua orang teman wanitanya sering mengajak Ayu pergi ke diskotik untuk menghilangkan rasa jenuh di hatinya, bersama Nita dan safa, Ayu mencoba mengkonsumsi benda-benda terlarang yang setiap saat di suguhkan keduanya pada Ayu.
Seperti Papanya, Ayu juga pulang kerumah dalam keadaan mabuk dan teler, melihat putrinya sudah terjerumus ke jurang yang dalam, Rinaldi kembali bangkit dan mencoba untuk kembali membenahi hidupnya yang telah hancur.
Walau Rinaldi terus berusaha, namun semuanya telah terlambat, karena pagi itu pihak kantor datang bersama orang Bank untuk menarik semua pasilitas kantor yang di manfaatkan oleh Rinaldi beserta keluarga.
Penyesalan memang selalu datang terlambat, di saat semuanya telah hancur, Ayu putri Rinaldi juga di berhentikan dari sekolahnya, karena ketahuan membawa pil ekstasi kedalam kelas. Saat itu tak ada yang perlu di sesali lagi, semuanya telah terjadi.
Di tengah malam Rinaldi masuk kedalam kamar Ayu, dia melihat wajah putrinya begitu pucat, Rinaldi pun menangis histeris. Air matanya tak dapat untuk di bendung nya, ulah karena kelalaiannya Ayu jadi korban.
Setelah kehabisan harta benda dan kehilangan apa yang di banggakannya, saat itu Rinaldi sadar kalau dia terus larut dalam kemalangan itu, maka Rinaldi juga akan kehilangan putri satu-satunya, untuk itu Rinaldi mengambil keputusan yang tepat.
Dengan sisa uang tabungannya, Rinaldi membeli sebidang tanah di pedesaan dan membangun rumah kecil di sana.
Dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, Rinaldi mencoba merawat putrinya yang sedang mengalami depresi berat akibat kecanduan.
Di sela-sela kesibukannya dalam merawat Ayu, Rinaldi mencoba bercocok tanam pada sebidang tanah yang dia beli.
Di saat cinta Rinaldi hancur, cinta Ayu juga kandas di tengah jalan, perjalanan hidup keduanya tak jauh berbeda dengan Ravi, pria yang riang itu tampak menjadi seorang pemurung. Sudah hampir dua tahun dia kehilangan orang yang dia cintai.
Sovia, gadis indo yang akan dia nikahi tiba-tiba saja menghilang di malam pertunangannya. Cincin yang melingkar di jari Ravi membuatnya begitu sulit untuk melupakan gadis cantik itu.
“Kamu ada dimana sayang, kenapa tiba-tiba saja menghilang tak tau rimbanya, Abang mesti mencari dimana, uhuk..huk!”
Rasa sedih yang di alami Ravi begitu mendalam, Sovia yang telah lama menjadi pujaan hatinya, tak lagi menampakkan diri setelah hari pertunangan mereka.
Bersambung...
\*Selamat membaca\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Iril Nasri
cerita yang menarik Thor
2023-01-03
0
AbyGail
Lanjut
2022-12-17
0
🕊 am🐊⃝⃟ 🍄
lanjut. dendam
2022-11-17
0