“Hai manis!” sapa Irgi sembari mengulurkan tangannya.
“Hai juga,” jawab Ayu menyambut uluran tangan dari Irgi tersebut.
“Boleh Abang yang ngantar?”
“Ngantar kemana?” tanya Ayu heran.
“Ke penghulu!” ujar Irgi terkekeh.
Mendengar kata Irgi yang agak sedikit sensitive itu, Ayu jadi sedikit malu, tapi gadis cantik itu berjiwa besar, di anggapnya kelakar Irgi itu sebagai penyemangat untuk hari-harinya.
Tanpa terasa tibalah Ayu di depan ruang majelis guru, lalu pintu pun di ketoknya dengan pelan.
“Tok, tok, tok!”
Mendengar suara pintu di ketuk seorang guru perempuan keluar dari dalam ruangan itu.
“Assalamua’alaikum.”
“Wa’alaikum salam. Ada keperluan apa?” tanya Ibu itu.
“Saya Ayu, Bu. saya mau ketemu dengan kepala sekolah, apa beliau ada Bu?”
“Ooo, anak baru itu ya?”
“Benar Bu.”
“Oh, silahkan, silahkan masuk!”
“Baik, Bu,” jawab Ayu sembari masuk kedalam ruangan majelis guru.
Di dalam ruangan itu, banyak sekali guru yang sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing, karena begitu lama menunggu, Ayu mencoba menyusuri Lorong yang jaraknya tidak begitu jauh, hingga ujungnya langsung tertumpu pada ruangan kepala sekolah.
Ayu mencoba untuk tetap berdiri di depan ruangan itu, matanya yang indah berkeliaran melihat apa yang ada di sekitarnya. Lalu seorang guru datang menghampirinya.
“Silahkan ketuk pintunya, Kepsek ada didalam kok.”
“Baiklah terimakasih Pak.”
“Ya sama-sama.”
Setelah mendapat izin dari guru tersebut, Ayu mencoba memberanikan diri mengetuk pintu ruangan itu.
“Tok, tok, tok! Assalamu’alaikum,” ujar Ayu dengan suara lantang.
Mendengar pintu di ketuk dari laur Kepsek langsung berdiri, dan dia melangkah untuk membukakan pintu.
“Wa’alaikum salam. Silahkan masuk,” jawab Kepsek tersenyum.
Karena mendapat perintah, tanpa berbasa basi lagi Ayu langsung masuk kedalam.
“Silahkan duduk!”
“Baik pak, terimakasih,” jawab Ayu dengan suara lembut.
Sembari menarik kursi yang ada di hadapannya, Ayu pun langsung duduk dengan tenang. Setelah Ayu duduk, kepala sekolah tak langsung bertanya pada gadis belia itu, akan tetapi dia hanya menatap tajam kearah wajah Ayu yang cantik.
Melihat hal itu, Ayu jadi salah tingkah dan merasa sedikit kikuk di buatnya, apa lagi mata kepsek tak berkedip saat menatap ke arahnya.
“Usia mu udah berapa tahun sekarang?” tanya kepsek tersenyum.
Mendengar ucapan kepsek yang agak sedikit aneh itu, spontan Ayu jadi menjadi gelagapan menjawabnya.
“Anu, oh baru enam belas tahun Pak.”
Saat mendengar usia Ayu enam belas tahun, kepsek hanya menganggukkan kepala nya.
“Kamu pindahan dari Jakarta ya?”
“Beb, benar Pak."
“Nggak usah takut, tenang aja!” kata Kepsek sembari berjalan menghampiri tempat duduk Ayu.
Melihat kepsek datang menghampiri dirinya, Ayu menjadi gemetaran, kedua tangannya terasa dingin, apa lagi saat kepsek duduk di sudut meja yang ada di hadapannya.
Pikiran Ayu saat itu benar-benar sudah tak karuan, seperti yang di lihatnya di film yang pernah ditontonnya.
“Bapak juga punya anak perempuan seusia kamu!”
Mendengar ucapan dari Kepsek, pikiran Ayu jadi sedikit tenang, karena kepsek telah menyerupai dirinya dengan anaknya.
“Dia baik, cantik dan lembut. Tapi Allah berkehendak lain, dia meninggal di usia remaja, dia pergi meninggalkan kami untuk selamanya,” ujar Kepsek dengan mata yang berkaca-kaca.
Ayu yang awal mulanya ketakutan, perasaan itu tiba-tiba saja menghilang, justru Ayu menjadi sedih saat itu, dia terbawa suasana dengan cerita Kepsek.
Di saat itu, Ayu juga teringat bagai mana sakitnya kehilangan orang yang di cintai.
“Pesan Bapak, jadilah anak yang baik, belajar dengan sungguh-sungguh agar kelak kau menjadi siswa yang berprestasi.”
“Baik, Pak,” jawab Ayu datar.
“Satu hal lagi pesan Bapak untuk mu, jangan pernah kau lawan guru mu, karena dia telah mencurahkan semua ilmu yang dia miliki untuk kalian semua, agar kelak kalian menjadi anak yang pintar.”
“Baik Pak.”
“Nah sekarang pergilah, masuk ke lokal B2,” jelas kepsek pada Ayu.
Hati Ayu menjadi sedikit tenang, ternyata kepsek hanya teringat kepada putrinya yang telah tiada. Setelah Ayu mencium tangan kepala sekolah itu, dia pun masuk ke lokal B2.
Di dalam kelas telah berdiri seorang pria yang sangat tampan, dia itu seorang guru seni budaya.
“Tok, tok, tok! Assalamua’alaikum,” ucap Ayu sembari mengucapkan salam.
“Wa’alaikum salam,” jawab guru tampan yang berada di dalam lokal itu.
Di saat pria tampan itu menoleh keluar kelas, seluruh murid pun ikut melihat keluar, semua mata pun tertuju pada Ayu saat itu.
“Murid yang baru itu, kan?” tanya Pak Ravi pada Ayu.
“Benar Pak,” jawab Ayu sembari sedikit membungkukkan punggungnya.
“Silahkan masuk, cari tempat duduk mu sendiri.”
“Terimakasih Pak,” jawab Ayu seraya melangkah masuk kedalam.
Seorang siswa memberi tempat duduk pada Ayu, dan Ayu langsung menyambut kebaikan hati siswa itu.
“Kenalkan, nama saya farhan.”
“Saya Ayu.”
“Senang satu meja dengan mu.”
“Aku juga,” jawab Ayu tersenyum lebar.
Ayu putri Rinaldi, itulah nama aslinya, wajah cantik dan kulit putih yang dia miliki membuat gaya tersendiri pada dirinya.
Pria mana yang tak ingin memiliki kekasih secantik Ayu, begitulah pendapat dari kaum adam tentang penilaian mereka.
“Anak baru, silahkan perkenalkan diri mu terlebih dahulu, sebelum mengikuti pelajaran bersama Bapak.”
“Baik, Pak,” jawab Ayu seraya menuju kedepan kelas.
Di hadapan semua murid, tampak Ayu dengan anggunnya berdiri tegap, tanpa ada rasa takut sedikit pun.
“Assalamua’laikum wr.wb, perkenalkan nama saya Ayu putri rinaldi. Panggilan sehari-hari adalah Ayu, saya berasal dari Jakarta, tapi setelah Mama saya meninggal dunia, Papa memutuskan untuk pindah ke desa Tanjung, sekian.”
“Udah selesai?”
“Udah Pak,” jawab Ayu pelan.
“Kalau kami ingin berkunjung kerumah mu, apa boleh?” tanya Ravi pada Ayu.
Ayu tidak langsung menjawabnya, hanya senyum manis yang menyeruak di antara kedua lesung di pipinya yang mencekam.
“Baiklah, kalau begitu, bagi teman-teman, jika kalian punya waktu dan kesempatan, datanglah kerumah, karena kami sekeluarga akan menerima kalian dengan senang hati. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam.”
Setelah memperkenalkan dirinya, Ayu langsung duduk di bangkunya kembali, tepuk tangan pun mengiringi langkahnya, tampak Ayu tersenyum manis saat itu.
“Nah itu tadi teman baru kalian, yang katanya baru pindah dari Jakarta. Jadi dengan kehadiran Ayu ada ditengah-tengah kalian, semoga dapat menjadikan hari-hari kalian semakin menyenangkan.”
“Baik, Pak!” jawab seluruh murid serentak.
“Rangkul dia, bergaulah dengan baik dengannya, tunjukkan pada nya kalau kalian adalah teman sejati untuknya,” sambung Pak Ravi.
“Iya, Pak!”
“Nah sekarang, kembali kita pada pelajaran yang sedang kita bahas tadi, untuk murid-murid Bapak semuanya, kali ini kita akan membahas pelajaran "Tari”, buka buku paket kalian, halaman 25 Bab 1!”
Setelah semua murid membuka buku paket miliknya, lalu pak Ravi, mulai menjelaskan pelajaran itu sedetail mungkin.
Semua murid tampak diam mendengarkan penjelasan dari Pak Ravi saat itu. Hingga jam pergantian siang itu pun berlanjut.
Bersambung...
\*Selamat membaca\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Iril Nasri
enak ya, baru Sekolah aja, langsung dapat teman, cowok lagi.
2023-01-08
1
Adronitis
semoga Ayu dapat teman yang banyak di sekolah barunya ya.
2023-01-03
0
👑Meylani Putri Putti
eh si Abang malah modus
2022-11-19
0