Sebuah rumah yang letaknya tak begitu jauh dari SMA pertiwi, tempat yang paling ideal untuk dijadikan rumah kos bagi anak-anak SMA. Rumah yang berdiameter sedang itu memiliki dua tingkat. Terbuat dari papan dan berjendela kaca.
Rumah yang letaknya berdampingan dengan sekolah ini, selalu digandrungi oleh pelajar yang ingin menjadikannya rumah kontrakan. Di samping jaraknya sangat dekat dengan sekolah, di tambah lagi dengan biayanya yang terjangkau dan lebih murah dari yang lainnya.
Rumah itu memang sengaja di jadikan rumah kos oleh pemiliknya, karena di dalam ruangan itu, terdapat kamar-kamar yang berukuran kecil, yang bisa di tempati oleh dua atau tiga orang saja.
Ayu adalah seorang gadis cantik, yang ingin menempati rumah itu, sambil menarik koper miliknya, Ayu datang menemui pemilik kos tersebut. Ayu berniat ingin menjadikan rumah itu tempat tinggal sementara.
Awal menginjakan kakinya dirumah itu, Ayu merasakan hawa lain, yang tak pernah dirasakan sebelumnya, tapi perasaan itu cepat-cepat di tepisnya. Karena selama anak-anak indekos dirumah itu tak pernah merasakan hal yang aneh.
Setelah pintu di ketuk, keluarlah dari dalam rumah itu seorang perempuan tua, dengan jalan tergopoh-gopoh.
“Assalamu’alaikum,” sapa Ayu pada perempuan itu.
“Wa’alaikum salam. Kamu mau nyarik siapa?” tanya perempuan itu pada Ayu.
“Saya nggak nyari siapa-siapa kok Bu, Cuma saya mau nanya, apakah masih ada kamar yang kosong untuk saya tempati?” tanya Ayu pada perempuan itu.
“Ooo, kamar kosong.”
“Iya.”
“Kalau kamar kosong, ada. Mari ikut ibu!” ajak perempuan itu pada Ayu.
Sambil mengiringi perempuan itu dari belakang, Ayu memperhatikan semua yang di lewatinya, perasaan aneh tentang kos yang memiliki Lorong panjang, membuat nyali Ayu sedikit ciut.
Di pojok paling ujung, diruangan tingkat dua, di situlah Ayu ditempatkan. Setelah pintu di buka, Ayu melihat sekeliling kamar. Ruang kamar yang bersih dan rapi, lantai kamar yang terbuat dari papan terlihat begitu bersih dan mengkilat, seperti sering di bersihkan.
Dinding kamar yang terbuat dari anyaman bambu, tampak tersusun rapi dan unik. Membuat Ayu begitu menyukai tempat itu.
“Gimana, apakah kau menyukainya?”
tanya perempuan itu.
“Ya, suka sekali,” jawab Ayu sembari tersenyum manis.
“Tapi ingat, jangan nakal selama menempati kamar ini,” ujar perempuan itu seraya menggoyang-goyangkan jari telunjuk, serta kepala mata yang mendelik.
Melihat hal itu, Ayu menjadi kaget, rasa takutnya tiba-tiba saja muncul, teringat olehnya kisah rumah kos berhantu yang ada di cerita dan film.
Diatas sebuah kursi yang terbuat dari anyaman bambu kering, Ayu diam sejenak. Matanya yang indah menatap liar ke seluruh penjuru, memandangi semua kamar-kamar yang berjejer rapi.
Tanpa dia sadari rasa kantuk telah membawanya melalang buana menembus indahnya cakrawala angkasa.
Setelah jam dinding menunjukan angka dua belas, bel sekolah pun terdengar berdering, menandakan jam pelajaran hari itu telah usai.
Semua pintupun di buka, termasuk gerbang utama sekolah, semua anak-anak tampak keluar serentak dan memadati badan jalan.
Rika dan Santi adalah orang yang menempati kamar yang di masuki oleh Ayu. Setibanya dirumah kos, mereka berdua langsung melewati Lorong panjang serta menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu yang telah di tata dengan rapi sekali.
Saat di depan kamar, mereka berdua tampak terkejut, ketika melihat seorang gadis terbaring di lantai kamarnya.
“Hei, kamu siapa?” tanya Rika dengan suara lembut.
“Saya Ayu siswi baru di sekolah ini,” jawab Ayu seraya mengulurkan tangannya.
“Ooo, siswi baru ya,” timpal Santi tersenyum ramah.
“Iya.”
“Pindahan dari mana?”
“Dari Jakarta,” jawab Ayu dengan tegas.
“Kenapa pindah ke SMA ini? Kan di kota lebih asyik dari pada di desa, apa lagi Jakarta, kota yang selama ini menjadi kebanggaan semua orang.”
“Mm!” Ayu hanya tersenyum manis menanggapi perkataan Rika.
“Kenapa tersenyum, yang saya ucapkan itu benar kan,” kata Rika yang merasa di lecehkan oleh Ayu.
“Benar, yang kamu ucapkan itu memang benar, sekolah di perkotaan memang mengasyikan, apa lagi seperti kota yang jaya dan terkenal, dulu aku memang seperti itu, tinggal bersama kedua orang tua yang sangat menyayangi dan terasa begitu mengasikkan.”
“Lalu kenapa pindah ke sekolah ini?” tanya Santi penasaran.
“Namun, setelah Mama meninggal dunia, semuanya terasa begitu hampa tinggal di Jakarta, Papa ku berhenti bekerja, karena merasa begitu kehilangan, siang malam Papa hanya hanyut dalam kesedihannya.”
“Maafkan kami, sebenarnya kami nggak bermaksud mengenang masa lalu mu yang menyedihkan itu.”
“Nggak apa,” jawab Ayu yang berusaha tersenyum di sela tangisnya.
“Emangnya di Jakarta, Papa mu bekerja sebagai apa?”
“Papa ku seorang direktur Bank, tapi setelah Mama meninggal, papa sering mabuk-mabukan dan bermain judi, sehingga hidup kami berantakan, semua harta benda dan rumah habis terjual untuk biaya hidup.”
Rika dan Santi tampak diam mendengarkan cerita dari Ayu, mereka berdua seperti ikut tenggelam bersama cerita Ayu yang menyedihkan itu.
Karena di Jakarta kami nggak punya apa-apa lagi, itu sebabnya Papa memutuskan untuk pindah ke sini. Karena di sini Papa merasa aman dan tentram.
“Ooo, begitu,” ujar Rika.
“Jadi kamu tinggal di mana saat ini? tanya Santi ingin tau.”
“Di desa Tanjung.”
“Berarti jauh dong dari sini?”
“Itu sebabnya, Papa menganjurkan aku untuk mencari kontrakan saja.”
“Ya udah, lantaran kita udah tinggal satu kamar, berarti kita bersaudara, susah senang akan kita tanggung bersama.
Gimana, setuju kan?”
“Setuju!” jawab Ayu dan Santi serentak sembari mengepalkan tinjunya.
Mulai saat itu kamar Ayu menjadi ramai, mereka belajar dan bercengkrama bersama. Anak-anak dari kamar yang lain pun sering datang ke kamar tempat Ayu belajar, mereka minta di ajari oleh Ayu, karena Ayu seorang anak jenius dan berbakat.
Seperti Namanya Ayu memiliki gerakan yang lembut, tidak seperti Rika dan Santi yang selalu saja salah karena ceroboh.
Pagi itu, ketika mereka semua berangkat kesekolah, Ayu merasakan ada udara baru terhirup begitu segar.
“O, iya Yu, kamu lokal mana?” tanya Santi ingin tau.
“Belum tau, nanti di tentukan oleh kepala sekolahnya,” jawab Ayu pelan.
“Ooo, gitu, tapi kalau boleh milih, kamu pilih aja lokal B2.”
“Kenapa begitu?” tanya Ayu heran.
“Karena lokal B2, lokal favoritnya kau madam! hahaha.” Santi pun tertawa dengan lebar.
“O ya, apa benar begitu?” tanya Ayu tak percaya.
“Kamu lihat saja nanti!” seru Rika seraya menjauh dari Ayu.
Karena Rika dan Santi udah menunggu begitu lama di bawah, Ayu pun bergerak sedikit cepat dari yang biasanya karena pagi itu adalah hari pertama dia menginjakkan kakinya di sekolah yang baru itu.
Seraya mengenakan sepatu kulit pembelian almarhumah Mamanya, Ayu pun mulai beraksi. Ketika tangan Ayu di gandeng oleh Rika saat memasuki gerbang sekolah, puluhan pasang mata pun menatap tajam ke arahnya.
Ada yang bertanya pada Ayu, ada yang memulai aksinya melempar rayuan maut ada pula yang saling berbisik di belakang Ayu.
“Hai cantik!” sapa Toni sembari tersenyum ramah.
“Hai!” jawab Ayu lembut.
“Oh, senyumnya itu, bikin jantung ku hampir lepas.” Ujar Toni seraya terkapar di pangkuan teman-temannya.
Bersambung...
*Selamat membaca*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Iril Nasri
semangat Ayu
2023-01-08
0
Adronitis
cerita yang menarik thor
2023-01-03
0
AbyGail
lanjut
2022-12-17
0