Kesepian. Silly merasa sangat kesepian sekarang ini. Berharap bisa bersenang-senang bersama dengan Aurel dan Vania, sayangnya mereka lebih memilih untuk bersama sugar daddy mereka.
"Huffftttt… akhirnya aku sendirian lagi," ucap Silly sambil menghela nafasnya berat.
"Mau ke mana lagi? Aku malas pulang ke rumah," ucap Silly sambil mengemudikan mobilnya dengan malas.
Brak!
Seketika mata Silly terbuka lebar karena mendengar suara yang kencang dan dia merasakan guncangan dari dalam mobilnya.
Tok… tok… tok…
"Keluar!"
Terdengar suara seorang laki-laki yang memanggil Silly dan mengetuk kaca mobilnya dari luar.
Silly segera membuka kaca mobilnya dan tersenyum lebar pada orang tersebut. Dalam hati dia berkata,
Gila… keren banget nih cowok. Sumpah, ganteng banget. Boleh bawa pulang gak sih? Kan lumayan bisa buat teman di rumah biar gak kesepian.
"Cepat keluar. Kita bicara sekarang," ucap laki-laki tersebut dengan tegas dan berwajah datar.
Dengan rasa takut, Silly keluar dari mobilnya. Matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar ketika melihat mobil di depannya sedikit penyok.
Apa ini perbuatanku? Masa' iya sih mobil aku yang unyu ini bisa nabrak mobil ini sampai penyok? Palingan disenggol dikit, kenapa bisa jadi penyok gitu ya? Harusnya kan cuma kegores aja dikit, Silly kembali berkata dalam hatinya.
Laki-laki tersebut melihat Silly dari atas hingga bawah, kemudian dia berkata dalam hatinya,
Boleh juga nih cewek. Cantik, imut, body nya juga aduhai. Sayangnya, masih sekolah.
"Maaf Om, saya tidak sengaja," ucap Silly dengan wajah menyesalnya.
"Om? Sejak kapan saya jadi Om kamu? Jangan panggil saya Om. Saya bukan Om kamu," sahut laki-laki tersebut dengan tegas dan masih berwajah datar.
"Eh iya Kak. Maaf, saya tidak sengaja," ucap Silly dengan ketakutan.
Buset dah, galak bener nih cowok. Ganteng sih ganteng, tapi galak pisan euy, Silly mengomel dalam hatinya.
"Bagaimana dengan mobil saya?" tanya laki-laki tersebut meminta pertanggung jawaban pada Silly.
"Emmm… kita bawa ke bengkel saja ya Kak. Gak mungkin dong saya cewek yang imut ini membetulkan mobil Kakak sendirian," jawab Silly sambil tersenyum lebar.
"Memangnya saya Kakak kamu?" sahut laki-laki tersebut dengan menatap Silly sehingga membuat Silly salah tingkah.
"Lalu… dipanggil apa dong?" tanya Silly dengan menampakkan wajah bingungnya.
"Panggil saya Abang," jawab laki-laki tersebut dengan tegas seolah tidak mau terbantah.
Sontak saja Silly tertawa tanpa menghiraukan tatapan laki-laki tersebut padanya. Kemudian dia berkata,
"Abang? Abang tukang bakso!"
Mata laki-laki tersebut membelalak mendengar perkataan dari Silly. Tapi dalam hatinya dia tertawa. Sayangnya dia tidak ingin memperlihatkannya pada siapapun. Biarlah orang-orang menilainya sebagai seorang laki-laki yang berwajah datar dan cuek.
"Enak saja. Nama saya Kenan," tukas laki-laki tersebut memprotes Silly.
"Oh… oke Bang Kenan. Kenalkan, nama aku Silly," ucap Silly sambil tersenyum manis dan mengulurkan tangannya pada Kenan.
Kenan melihat tangan kanan Silly yang terulur di depannya. Kemudian dia melihat tangan kiri Silly yang memegang ponselnya.
Dengan cepatnya tangan Kenan menyambar ponsel yang ada di tangan kiri Silly.
Mata Silly mengikuti arah tangan Kenan. Dan dia terperangah ketika tangan Kenan meraih ponsel yang ada di tangan kirinya.
"HP ku…," celetuk Silly sambil menatap sedih pada ponselnya.
Kenan mengeluarkan smirk nya sambil memperlihatkan ponsel Silly yang ada di tangannya.
Sontak saja Silly berusaha meraihnya. Sayangnya Kenan sudah bisa membaca gerakan Silly, sehingga dengan segera Kenan mengangkat tinggi-tinggi ponsel tersebut.
Silly berusaha menggapai ponselnya dengan cara berjinjit dan sedikit melompat-lompat untuk menggapainya.
Kenan tidak begitu saja membiarkan Silly untuk mendapatkannya. Setiap gerakan tangan Silly bisa dibaca oleh Kenan dengan mudahnya. Sehingga Kenan bisa memindahkan ponsel tersebut dengan mudahnya agar Silly tidak bisa mengambilnya.
"Huuffffttt… Kembalikan dong Bang Hp ku…," Silly merengek sambil menghentak-hentakkan kakinya.
Kenan tersenyum tipis dan menahan sekuat tenaga tawanya. Kemudian dia berkata,
"Akan ku sita HP ini untuk jaminan pembetulan mobilku," tutur Kenan dengan gerakan cepatnya mengantongi ponsel Silly pada kantong celananya.
"Aahhh… itu HP ku…," celetuk Silly sambil menunjuk kantong celana Kenan yang terlihat sedikit menonjol karena terdapat ponsel Silly di dalamnya.
Tangan Silly terulur menuju kantong celana Kenan. Jarak beberapa sentimeter tangannya akan menyentuh kantong celana tersebut, ada suara yang membuat Silly gagal meraihnya.
Tin… tin… tin…
"Kalau pacaran jangan di jalan woi!" ucap pengendara mobil yang merasa terganggu dengan keberadaan mobil mereka berdua yang terparkir kurang menepi.
Mendengar hal itu, Kenan menjadi sadar jika dia telah terlalu lama meladeni Silly.
"Ingat untuk bertanggung jawab pada mobilku!" tutur Kenan sebelum berjalan dengan cepat menuju mobilnya.
"Hp ku… bagaimana?!" seru Silly sambil berjalan mengikuti Kenan.
"Telepon lah ke HP mu, akan ku beritahu bagaimana caranya kamu mempertanggungjawabkan keteledoran mu itu," ujar Kenan sebelum masuk ke dalam mobilnya.
Silly memandang dengan pandangan tidak rela pada mobil Kenan yang sudah melaju meninggalkannya.
Dia kembali masuk ke dalam mobilnya dan duduk dibalik kemudinya. Kemudian dia mengambil tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.
"Taraaaa…," Silly mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam tasnya.
"Untung aja aku punya HP lebih dari satu. Jadi berguna banget kan disaat seperti ini," tutur Silly sambil terkekeh.
Kemudian Silly melajukan mobilnya menuju rumahnya dengan diiringi lagu yang berirama melow dia mengikuti irama lagu tersebut menyanyikannya.
Sesampainya di rumahnya, dia melangkahkan kakinya dengan gontai. Sepi, dia merasa sendirian di dalam rumah tersebut.
"Tumben Mbak Silly sudah pulang? Biasanya kan nanti sore," sapa Bik Ida yang sedang membersihkan ruang tamu.
"Gak ada teman Bik. Aurel sama Vania sedang sibuk," jawab Silly dengan menampakkan wajah kesalnya.
Bik Narmi menatap nanar anak majikannya itu. Dia merasa kasihan pada Silly yang sangat bergelimang harta tapi sangat kesepian.
"Apa mereka nanti akan menginap di sini Mbak?" tanya Bik Ida yang masih saja memandang iba pada Silly dari tempatnya berada.
Silly yang sedang duduk di sofa ruang tamu memandang Bik Narmi ketika ditanya olehnya.
"Belum tau sih Bik. Sepertinya mereka benar-benar sedang sibuk. Apa aku saja ya yang menginap di rumah mereka?" tanya Silly dengan mata yang berbinar.
"Maaf Mbak Silly, itu bumper depan mobil Mbak Silly kenapa kok bisa sampai seperti itu ? Apa perlu dibawa ke bengkel sebelum Tuan dan Nyonya pulang?"
Tiba-tiba suara Pak Tukin menyela pembicaraan antara Silly dan Bik Ida. Pak Tukin merupakan suami Bik Ida yang juga bekerja di rumah Silly sebagai tukang kebun dan sopir jika dibutuhkan oleh Silly.
"Oh iya, bener juga. Cepat bawa mobilnya ke bengkel Pak, sebelum Papa dan Mama pulang," ucap Silly pada Pak Tukin dengan raut wajah cemasnya.
"Apa Mbak Silly kecelakaan? Atau menabrak sesuatu?" tanya Bik Narmi menyelidik.
Silly hanya tersenyum lebar tanpa menjawab pertanyaan Bik Narmi.
Gawat nih kalau sampai mereka tau apa yang terjadi, Silly berkata dalam hatinya disertai senyum lebarnya pada Bik Narmi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments