Setelah melakukan pemeriksaan di rumah sakit, dokter pun berpendapat kalau benturan yang di alami oleh Sabhira tidak bersifat fatal. Hanya luka lebam dan nyeri saja.
Kini Sabhira tengah menunggu di tempat pengambilan obat. Sementara Barun sedang melakukan panggilan telepon yang cukup jauh dari tempat Sabhira berada.
"Bagus. Lakukan dengan baik. Saya akan ke sana satu jam lagi," ucap Barun yang kemudian memutuskan sambungan teleponnya. Pria itu kembali menghampiri Sabhira seraya memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana.
Baru saja Barun duduk, nama Sabhira dipanggil.
"Biar aku saja. Kau tunggu sini! Ingat jangan coba-coba untuk kabur," kata Barun dengan nada yang penuh penekanan. Sabhira terbelalak mendengar perkataan Barun.
"Iya kau tenang saja," sahut Sabhira dengan santai sambil menyandarkan punggung nya di kursi.
Perawat itu memberikan obat salep dan juga antibiotik pada Barun. Kemudian pria itu menghampiri Sabhira kembali.
"Ayok kita pergi!" ajak Barun, lalu Sabhira pun berdiri. Keduanya jalan bersamaan menuju tempat parkir dimana mobil Barun berada.
...----------------...
Sepanjang perjalanan, Sabhira hanya terdiam sambil melihat ke luar jendela. Barun yang menyadari itu hanya membiarkan gadis yang duduk di sebelahnya tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Satu jam kemudian, mobil yang dikendarai Barun telah sampai di depan lobby sebuah hotel bintang lima. Sabhira terkejut ketika melihat banyak wartawan yang telah berkumpul di sana.
"Sedang apa mereka semua? apa di hotel ini sedang ada selebritis yang menginap lalu konfrensi pers?" Sabhira bertanya-tanya, lalu menoleh ke arah Barun yang tersirat bahagia.
Ya, sebentar lagi publik akan tahu kalau dirinya bukan seorang pria yang seperti diberitakan situs yang tidak bertanggung jawab itu. Pria yang sedang memainkan perannya sebagai pria normal pada umumnya.
Namun sayangnya pertanyaan Sabhira beberapa menit yang lalu hanya dianggap angin lalu olehnya. Barun pun melepas seatbelt nya kemudian turun dari mobil dan menutup pintunya kembali.
Begitu pun dengan Sabhira yang baru saja melepas seatbelt nya. Akan tetapi saat dirinya membuka pintu, nyaris saja terkena bagian aset milik Barun. Hal itu membuat Sabhira mengulum bibirnya menahan tawa.
"Damn! kau hampir membuat asetku terluka Sabhira!" kata Barun, menahan amarah.
"Ya maaf," sahut Sabhira dengan santai layaknya nyonya besar yang turun dari mobil lalu menutup pintunya kembali.
Barun menarik napas dalam supaya amarahnya cepat meredam. Pria itu meraih tangan Sabhira lalu melingkarkan ke lengannya. Senyuman pun terbit dari kedua sudut bibirnya ketika mulai melangkah dan para wartawan itu bergegas menghampiri keduanya.
Raut wajah Sabhira masih tampak bingung dan bertanya-tanya dalam hatinya.
"Tuan Barun bagaimana langkah Anda untuk mengembalikan para investor kembali?"
"Lalu apa Anda yakin kalau wanita ini bisa mengembalikkan nama baik Anda lagi?"
"Iya, iya, bagaimana pula kalau mantan kekasihmu tau?"
"Apa Tuan Barun benar-benar normal seperti pria pada umumnya?"
Sampai di sini Sabhira mulai paham. Kenapa Barun sangat ngotot meminta menikah dengannya. Bahkan sampai berbohong pada ibunya Sabhira, walau akhirnya gadis itulah yang menjadi sasaran amarah wanita paruh baya itu.
"Untuk Nona sendiri, diusianya yang masih sangat muda sudah siap menjadi istri dari Tuan Barun yang banyak disukai para wanita? apa Anda tidak takut kalau suatu hari nanti Tuan Barun akan selingkuh?"
Dan masih banyak lagi pertanyaan lain yang dilontarkan oleh para wartawan itu. Sebenarnya Sabhira sangat risih mendengar pertanyaan tadi.
"Seberapa kaya sih yang katanya Tuan Barun ini? pertanyaan mereka sangat meresahkan sekali." Sabhira bertanya dala hatinya.
"No comment, kalian nanti lihat saja resepsi pernikahan kami sekitar satu jam lagi. oke? terima kasih." Barun segera membawa Sabhira masuk ke dalam.
Sedangkan di dalam lobby, asisten Barun menyambut kedatangan mereka lalu mengajak keduanya pergi ke salah satu kamar di hotel itu. Sabhira ingin melepaskan tangannya, namun Barun berusaha untuk menahannya.
Setibanya di kamar, Barun dan Sabhira di persilahkan untuk segera bersiap. Tapi sepertinya petugas make up serta yang mengantar baju pengantin mereka belum ada di sana. Dengan santainya Barun masuk ke dalam kamar, sedangkan Sabhira mendadak jadi patung ketika pintu telah tertutup rapat kembali.
"Tuan Barun, ada yang ingin aku tanyakan padamu," ketus Sabhira. Gadis itu memberanikan diri menghampiri Barun yang duduk di sofa.
"Apa?" tanya pria itu santai.
"Apa benar kamu pria 'normal'? lantas yang dimaksud wartawan mantan kekasihmu itu? seorang pria atau wanita?" cecar Sabhira yang begitu sangat penasaran. Gadis itu ikut duduk di sofa menghadap pria yang kini tengah mendelik tajam kepadanya.
"Menurutmu, apa aku terlihat seperti pria yang 'tidak normal'? Barun bertanya balik, mengangkat dua jari kedua tangan ketika menyebut kata tidak normal.
"Oh tidak, tidak. Aku hanya ingin dengar langsung darimu saja. Sebab banyak berita yang tidak benar pun sampai tayang di televisi. Benar-benar aneh," kata Sabhira yang tidak memberi kesempatan pada Barun untuk memotong perkataannya.
"Dan bagiku kau jauh lebih aneh dibanding semua itu," timpal Barun seraya berdiri lalu pergi ke kamar mandi.
"Kau!!" Sabhira terpancing emosinya kembali. Barun memang pria yang menyebalkan baginya.
Oh Tuhan kenapa aku harus bertemu dengan pria macam itu? Bisakah Kau memberiku pria baik dan romantis?
Sabhira bermonolog lalu menyatukan kedua telapak tangannya, melengkungkan alisnya serta raut wajah yang penuh harap.
Sepuluh menit berlalu, suara bel kamar berbunyi. Sabhira segera membuka pintunya lalu tampak tiga orang wanita memakai kaos seragam.
"Permisi, apa benar ini kamar Tuan Barun dan Nyonya Sabhira Irani?" tanya salah satu wanita itu.
"I-iya benar," jawab Sabhira terbata.
"Siapa Sabhira?" tanya Barun tiba-tiba berada di belakang gadis yang akan dinikahinya dan hanya mengenakan bathrobe sehingga dada bidangnya bisa sedikit terlihat dari celahnya. Ketiga wanita yang ada didepan mereka terpana akan sosok Barun yang bisa dibilang perfect man dari segi ketampanan dan juga postur tubuh yang aduhai sangat pria sekali.
"Permisi Tuan, kami dari make up artist yang akan me-make over kalian untuk acara pernikahan sore ini," jawab salah satu dari ketiga orang wanita itu juga mewakili Sabhira.
"Oh, ya sudah silahkan masuk." Barun dan Sabhira mundur ke belakang untuk memberi jalan pada mereka supaya bisa masuk ke dalam. Setelah itu dua orang yang membawa pakaian khusus pengantin pun langsung memberikannya pada sepasang calon pengantin itu.
Proses yang paling lama pun akan segera dimulai, yaitu memberi dempulan pada wajah Sabhira. Berhubung wajah gadis itu sangat natural dan juga mulus, perias itu tidak terlalu banyak memoleskan make up pada wajahnya. Sehingga dapat memberi kesan cantik, anggun dan berkelas. Terlebih pakaian yang dipakai Sabhira sangat elegan sekali.
Setelah itu, kedua calon mempelai pun telah siap untuk keluar kamar menuju ballroom hotel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KNP SI BARUN TDK MNUNGGU AYAHNYA SABHIRA, KYK GK ADA AHKLAKNYA SI BARUN, TU SABHIRA MSH ADA AYAHNYA TUK JDI WALI NIKAH..
SABHIRA JUGA KNP HRS TAKUT DI BAWA K KNTOR POLISI, LO BKN PNJAHAT.. NABRAK GITUKN BSA DAMAI..
2023-06-25
0
Trisnawati Ilyas
Sabhira tenang saja setelah halal dan resepsinya kelar, Tuan Barun akan buktikan apakah Dia pejantan tangguh atau cuman tampilan macho tp hati hello kitty🤣🤣🤣
2023-02-28
2
Titik pujiningdyah
harus ya kamu liat sendiri Bhira bukti normalnya barun😂
2022-11-03
1