"Sudah selesai pak," jawab Aska yang memberikan surat-surat penagihan.
Pak Ahmad akhirnya meraih surat itu sambil memeriksanya kembali, "Hanya salak dan jeruk saja."
"Iya pak. Permintaan pasar semakin melonjak untuk kedua buah itu," jawab Aska yang akhir-akhir ini didaulat untuk memantau perkembangan buah di masyarakat.
"Ya udah kalau begitu," sahut Pak Ahmad yang meninggalkan Aska sendirian.
Melihat kepergian Pak Ahmad, Aska beralih ke ke belakang. Aska naik ke atas mobil bak sambil memandang beberapa karung tersebut. Tanpa disadari Aska mulai melamun dan memikirkan masa depannya.
"Ada benarnya juga kalau aku menyimpan uang sendiri. Cepat atau lambat aku akan meminang seorang gadis. Aku juga butuh rumah yang jauh dari ibuku. Aku enggak mau istriku kelak menderita gara-gara aku," keluh Aska dalam hati.
Beberapa saat kemudian ada seorang preman yang mendekati Aska. Preman itu memukul lengan Aska hingga terkejut. Beberapa saat kemudian Aska tersenyum menyambut kedatangan sang preman itu sambil menyapanya, "Bang."
"Kau itu Aska. Kalau sudah kesini melamun saja. Apa sih yang kamu pikirkan?" tanya preman itu.
"Aku tidak melamun bang. Tapi aku sedang melihat buah," kilah Aska.
"Sudah lama kamu tidak kesini. Aku cari-cari kamu tidak ketemu. Apakah kamu takut sama kami?" tanya preman itu lagi.
"Lagi sibuk dengan urusan pekerjaan di kebun," ucap Aska yang menjawab pertanyaan mereka sambil mengeluarkan uang. "Ini bang buat beli rokok."
"Simpan sajalah. Kau tidak perlu memberikan aku uang. Aku sudah bersyukur melihat kau yang masih hidup," ucap satu preman itu sambil tersenyum.
"Ah... Baiklah. Lain kali aku traktir makan," ujar Aska dengan tulus.
"Ok," balas preman itu lagi dengan mengacungkan jempolnya sambil berlalu pergi.
Dari kejauhan Pak Ahmad dan Pak Jaka terkejut dengan Aska sedang mengobrol bersama preman. Mereka segera mendekati Aska dan memeriksa keadaannya. Setelah memeriksa Aska mereka menghembuskan nafasnya karena lega. Jujur saja mereka sudah mengenal preman itu karena kekejamannya. Namun mereka merasa aneh terhadap sikap Aska yang santai setelah didatangi oleh preman.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Pak Ahmad.
"Maksud bapak?" tanya Aska yang mengerutkan keningnya lalu mengantongi uangnya lagi.
"Tadi kamu disamperin sama si preman," jawab Pak Jaka yang masih khawatir. "Apakah dia menghajarmu?"
"Tidak. Aku tidak dihajar oleh preman. Preman itu sama aku sangat baik sekali," jawab Aska dengan jujur. "Bagaimana pak pesanannya?"
"Bagaimana apanya?" tanya Pak Ahmad lagi.
"Apakah buah-buah ini tidak diturunkan?" tanya Aska yang mulai turun.
"Turunkan pesanan Pak Jaka terlebih dahulu," jawab Pak Ahmad.
"Sebentar," sahut Pak Jaka yang menahan Aska.
"Ada apa pak?" tanya Pak Ahmad.
"Begini aku hanya meminta satu karung salak dan jeruk ditaruh di dalam kios," jawab Pak Jaka. "Sisanya bisa enggak dikirim ke rumah?"
"Bisa pak. Setelah kami menurunkan beberapa pesanan," jawab Pak Ahmad.
Aska segera naik ke atas dan menyingkirkan beberapa karung milik Pak Jaka. Setelah itu Aska turun dan memanggul satu karung yang berisi jeruk. Aska langsung menuju kios Pak Jaka. Untung saja kios Pak Jaka tidak terlalu jauh dari area parkiran. Sedangkan Pak Jaka memanggul salak satu karung.
Sesampainya di kios Aska menaruh barang itu di dalam. Aska melihat kios Pak Jaka tidak ada orang sama sekali.
"Tumben sepi. Pada kemana semua?" tanya Aska dalam hati.
Tak lama ada seseorang perempuan menghampiri kios Pak Jaka. Wanita itu memanggil Aska sambil memilih apel.
"Kang, apelnya sekilo harganya berapa ya?" tanya wanita itu.
"Sekilo harganya tiga belas ribu," jawab Pak Jaka yang baru saja datang.
Aska langsung membantu menurunkan karung itu dan menaruhnya di pojokan. Aska memutar bola matanya dengan malas ketika ibu itu mengatakan mahal. Namun Pak Jaka masih tetap melayani ibu itu dengan ramah.
"Pak, aku pamit dulu ya," pamit Aska.
"Ya... Terima kasih," balas Pak Jaka.
Aska mengacungkan jempolnya sambil meninggalkan Pak Jaka. Aska kembali ke parkiran dan melihat Pak Ahmad, "Tumben saja kios Pak Jaka tidak ada yang menjaga."
"Reno tidak masuk karena istrinya melahirkan," sahut Pak Ahmad. "Ya sudah aku mau pergi ke kios Pak Rio."
"Siap pak," balas Aska.
Ketika Aska didaulat untuk mendampingi Pak Ahmad, dirinya selalu kebagian untuk menjaga barang-barang. Aska duduk manis sambil melihat orang berlalu-lalang. Setelah Pak Ahmad mengkoordinasi, Aska hanya menurunkan karung-karung itu sambil membawanya ke kios beberapa pelanggan. Hal ini dilakukan hingga sore. Untung saja Pak Ahmad sangat loyal dalam keuangan. Jadi Aska tidak perlu memikirkan soal perut.
Sore menjelang malam Pak Ahmad mengajak Aska mampir ke rumah masakan Padang. Sebelum pulang Pak Ahmad mengajaknya makan terlebih dahulu. Disela-sela makan Pak Ahmad mengajukan sebuah pertanyaan yang sedari tadi mengganjal di dalam hati. Pak Ahmad masih belum mengerti kenapa Aska bisa bercengkrama dengan dengan preman.
"Aska," panggil Pak Ahmad.
"Iya pak," jawab Aska.
"Bagaimana preman itu tidak menghajar kamu?" tanya Pak Ahmad. "Kamu tahukan preman itu sering membuat onar di pasar?"
Sambil mengunyah Aska mulai mengingat kejadian tiga tahun belakangan ini. Aska bingung mau bercerita darimana. Sementara dirinya masih bingung untuk menceritakan semuanya ke Pak Ahmad.
"Ya sudah kalau kamu tidak cerita. Tapi ada kamu kiriman hari ini tidak dijarah," ucap Pak Ahmad.
"Sebenarnya sih pak," ujar Aska yang mulai bercerita setelah menyelesaikan makanannya.
Flashback On.
Saat sedang berlibur Aska tidak sengaja menyenggol salah satu preman yang bermuka seram. Namun Aska saat itu sangat ketakutan melihat wajah preman itu. Ketika preman itu mendekat Aska mundur beberapa langkah. Begitupun seterusnya hingga akhirnya Aska terpojok. Aska sadar kalau dirinya tidak bisa menggunakan bela diri dan memilih diam. Aska memilih pasrah lalu merapalkan doa-doa agar dirinya selamat.
Tak lama preman itu menarik tangan Aska sambil memohon, "Tolonglah aku. Istriku akan melahirkan sekarang. Aku tidak memiliki uang sepeserpun."
Aska terdiam mendengar permintaan tolong preman itu. Aska tertegun dan langsung menganggukan kepalanya sambil mengajak sang preman itu. Namun ketika dirinya bingung mau kemana, Aska akhirnya membuka suara.
"Apakah istri bapak ada di rumah sakit?" tanya Aska.
"Istriku masih di rumah. Aku belum bisa membawa istriku ke bidan," jawab preman itu.
Preman itu segera mengajak Aska menuju ke rumah. Di sepanjang perjalanan Aska masih ketakutan kepada preman itu. Takut ketika berada di tengah jalan langsung dihajarnya. Namun ketakutan Aska itu salah. Preman itu akhirnya mengajaknya ke rumah.
"Tunggu disini dulu. Aku akan mengajak istriku keluar," pinta preman itu.
Aska menganggukan kepalanya sambil menunggu preman itu mengajak sang istri. Ketika keluar, jelas sekali kalau wanita itu sedang mengandung. Wajahnya sangat pucat dan menahan kesakitan. Hatinya mulai tergerak dan menolong dua nyawa sekaligus. Untungnya upahnya sudah diberikan oleh Pak Broto dua hari yang lalu.
Dengan cepat Aska mencegat mobil angkut yang lewat. Aska segera membantu wanita itu masuk ke dalam. Sesampainya di rumah bidan, istri dari preman langsung mendapatkan perawatan. Sebelum pulang Aska memberikan semua upahnya ke preman itu sambil meminta izin, "Pak aku pulang dulu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments
Dewi Dj
waw Kren babang Aska ,moga j cepetan ktemuan ortu kamu y
2022-12-28
2
Harman LokeST
laaaaaaaaaaaaaajjjjjjjjuuuuuuuuuuuutttttt
2022-12-24
0