KELALAIAN

Axton Brave Williams, pria berusia 35 tahun, kini tengah berada dalam pesawat pribadi miliknya. 5 tahun ia gunakan untuk mengembangkan semua kerajaan bisnis Keluarga Williams, tanpa terusik sedikit pun dengan yang dinamakan wanita.

Keluarganya memang pernah bertanya apakah ia tak ingin menikah, karena mereka tak pernah melihat Axton dekat dengan wanita manapun.

"Aku tak akan menikah, Dad, Mom. Kalian sudah memiliki cucu dari Alexa. Jadi ku rasa itu sudah cukup. Jangan mengharapkan apapun dariku."

Itulah jawaban yang selalu diberikan oleh Axton pada Dad Azka dan Mom Mia. Usianya sudah terbilang sangat cukup untuk berkeluarga, namun ia tetap tak menginginkannya.

Hari ini, ia akan pergi ke Pulau Bali. Setiap tahun, Perusahaan Williams akan melakukan kegiatan amal terutama dalam bidang pendidikan.

"Apakah semua sudah siap?" tanya Axton. Ia sebenarnya tak perlu bertanya karena ia tahu Zero pasti akan melakukan semuanya dengan sangat baik.

"Sudah, Tuan."

Axton tak akan menginap di sana, karena baginya hidup adalah bekerja. Ia tak ingin membuang buang waktu untuk sekedar berlibur.

Sesampainya mereka di Bandara Ngurah Rai, Axton langsung masuk ke dalam mobil dan menuju tempat dimana acara akan diselenggarakan. Mereka akan pergi ke dinas pendidikan di mana akan diadakan berbagai macam lomba dan dihadiri oleh para siswa mewakili sekolah mereka.

Axton yang baru turun dari mobil, langsung merapikan jas miliknya. Ia melihat suasana sudah sangat ramai. Zero sudah berada di sampingnya, sementara supir akan pergi memarkirkan mobilnya

brughhhh

"Aduhhh!!" Seorang anak laki laki yang tengah berlari, menabrak Axton hingga terjungkal ke belakang.

"Abla nakal nih!" ucap anak laki laki itu sambil memegang hidungnya. Namun dengan cepat ia bangkit dan membersihkan bokongnya dan melihat pria yang begitu tinggi di hadapannya, hingga ia harus mendongak.

"Maaf ya Om, Alex tidak sengaja. Abla tuh yang ngejal ngejal aku," kata Alex sekali lagi.

Axton merendahkan tubuhnya hingga setengah berlutut, "kamu tidak apa apa?"

"Alex masih oke, Om. Apa Om teluka kalena ditablak Alex?" tanya Alex sambil melihat ke arah tubuh Axton.

"Om tidak apa apa."

Alex tersenyum, hingga tiba tiba membuat jantung Axton berdetak dengan cepat. Ia mengusap kepala Alex dan langsung berdiri, kemudian berlalu dari sana.

"Sampai jumpa lagi, Om," Alex melambaikan tangannya, kemudian berlari masuk untuk menemui guru yang membawanya ke sana.

*****

Jeanette kembali ke rumah setelah tadi mengantarkan Alex ke sekolah. Hari ini, Alex tak akan belajar seperti biasanya melainkan akan ikut dengan gurunya untuk pergi ke dinas pendidikan yang berada di Kabupaten Gianyar.

Awalnya, Jeanette ingin ikut mengantarkan, tetapi ia mendapatkan pesanan nasi box dalam jumlah yang agak besar. Jeanette memang menjual makanan secara online, terutama nasi box. Memang tidak setiap hari, tetapi bisa menghilangkan kejenuhannya jika ia hanya sendiri di rumah tanpa Alex.

Untuk pesanan kali ini, Jeanette meminta bantuan beberapa orang tetangganya. Mereka juga sangat senang membantu Jeanette karena bisa menambah penghasilan untuk mereka.

Saat mengisi sayuran pada box box yang harus ia kirimkan sebelum jam makan siang, ponsel miliknya berbunyi. Di sana tertera nama guru sekolah Alex, membuat Jeanette langsung mengangkatnya.

Klontanggg

Sebelah tangan Jeanette yang memegang sendok tiba tiba menjadi lemas dan sendok terjatuh ke lantai. Para tetangganya langsung membantu Jeanette yang terlihat pucat.

"Ada apa, Jean?" tanya Bu Made.

Jeanette tersadar dan menoleh ke arah Bu Made, "Bu, aku harus pergi. Bolehkah aku titip pesanan ini pada Ibu? Ini alamat pengirimannya. Aku harus segera ke rumah sakit."

"Ke rumah sakit?" tanya Bu Made.

"Alex, Bu. Alex mengalami kecelakaan."

"Baik, Ibu mengerti. Pergilah. Ibu akan memastikam semuanya selesai dan terkirim."

"Terima kasih banyak, Bu," ucap Jeanette.

"Pergilah, hati hati," pesan Bu Made.

Jeanette mengambil tas dan kunci sepeda motornya. Ia menggunakan jaket dan helm, kemudian langsung berangkat ke rumah sakit tempat di mana Alex mendapat perawatan.

Selama perjalanan, Jeanette sangat gelisah. Beberapa kali ia harus mengerem sepeda motornya karena ia hampir saja menabrak kendaraan di depannya. Jeanette sangat menyesal karena ia lebih memilih mengerjakan pesanan dari pada menemani Alex.

Mommy apa kamu ini, Jean. Tak seharusnya kamu mengambil pesanan itu di saat seharusnya kamu menemani Alex mengikuti lomba. - Jeanette terus menyalahkan dirinya sendiri.

Saat sampai di rumah sakit, Jeanette langsung memarkirkan sepeda motornya dan berlari memasuki lobby. Ia menghubungi guru Alex untuk mengetahui di mana Alex ditempatkan. Dan ternyata Alex masih berada di bagian gawat darurat.

"Bu!" sapa Jeanette saat melihat Bu Reya tengah berdiri di depan sebuah ruangan.

"Ah, anda sudah tiba, Bu Jean. Maaf, karena kelalaian saya jadi menyebabkan Alex mengalami musibah ini," Bu Reya merasa bersalah dengan kejadian yang telah menimpa Alex.

"Bukan salah Ibu, ini salah saya. Seharusnya saya ikut dan membantu Ibu mengawasi Alex. Apalagi jumlah siswa perwakilan dari sekolaj tak hanya Alex saja," ucap Jeanette.

"Ah iya Bu, tadi Tuan itu yang mengantarkan kami ke sini," Ibu Reya menunjuk pada seseorang yang ternyata tengah memperhatikan Jeanette.

Jeanette ingin sekali berterima kasih pada pria yang telah menolong Alex dan membawanya ke rumah sakit. Saat ia melihat ke arah pria yang ditunjuk oleh Ibu Reya, jantung Jeanette serasa mau lepas dari tempatnya.

Deggghhh ...

Bagaimana bisa? - sudah bertahun tahun ia pergi menjauh dan berharap tak ada yang menemukannya. Tapi kini, ia harus melihat seorang pria yang telah menanamkan benih di rahimnya.

Axton yang melihat kehadiran Jeanette pun berdiri dan mendekatinya, "anda ibunya?"

"Ya, Tuan. Saya Ibu dari Alex."

"Karena anda sudah datang, saya permisi meninggalkan tempat ini. Semoga anak anda lekas sembuh. Ia anak yang sangat cerdas," ucap Axton persis di sebelah Jeanette.

"Terima kasih Tuan, atas pertolongannya. Maaf merepotkan anda," Jeanette sedikit menunduk. Detak jantungnya saat ini sangat kacau dan ia begitu gelisah serta takut. Ia takut bila Axton mengetahui kebenarannya.

Namun saat melihat pria itu pergi meninggalkannya, ia menghela nafasnya lega. Ia pun kembali mendekati Bu Reya, "Terima kasih, Bu. Maaf telah merepotkan. Untuk selanjutnya saya yang akan menjaga Alex."

"Baiklah kalau begitu. Saya permisi pulang dulu."

Jeanette terduduk diam di depan ruang gawat darurat dan menunggu dokter yang melakukan pemeriksaan akan keluar nanti.

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

glade🌊

glade🌊

thor mau tanya, sebelum novel ini apa ada novel sebelumnya?

2024-04-11

1

Badai Z

Badai Z

knpa cma jeanet aja yg inget mlm kelam itu.... padahal jeanet sedang mabuk... sedangkan axton malahan dlm keadaan sadar melakukannya tp kok axton nggak inget ama temen kencan'a ya? ada sesuatu kah?

2024-04-25

0

ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ

ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ

Dan pada Akhirnya Alex dan Jean dipertemukan kembali dengan Axton sang Ayah kandung Alex. jangan menghindar Jean... karna memang kalian jodoh selayaknya disatukan

2024-04-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!