KECELAKAAN

Wajah Alex tampak berseri seri setelah sesaat ia membuka komputer miliknya. Ia menggerakkan jari jemarinya di atas keyboard. Jeanette yang berdiri di ambang pintu, melihatnya dengan tersenyum tipis. JIa tak ingin mengganggu kesenangan putranya itu, apalagi baru sekarang ia melihat senyum itu lagi setelah kemarin Alex hanya diam dan cemberut.

Jeanette pun pergi ke dapur dan mempersiapkan makan malam mereka. Sesekali ia berhenti dan terdiam, kembali memikirkan pertanyaan Alex. Jika sekali lagi Alex bertanya, apa yang harus ia katakan. Ia tak pernah berbohong pada putranya itu dan ia tak ingin melakukannya.

Keesokan paginya,

"Ayo kita berangkat, sayang," ucap Jeanette pada Alex.

Putranya itu telah memakai tas ransel kecil dengan sebuah botol minum melintang di tubuhnya. Jeanette merasa senang saat melihat Alex yang sudah tersenyum dan tidak cemberut. Ia juga sedikit lega karena Alex tidak bertanya lagi mengenai siapa Daddynya, hingga bisa menambah waktu bagi Jeanette untyk berpikir.

Sesampainya mereka di pintu gerbang sekolah, seperti biasa Jeanette selalu mencium kening putranya dan memberikan doa. Ia tersenyum dan melambaikan tangan pada Alex. Setelahnya, ia segera pulang untuk membereskan rumah, karena ia akan pergi sebentar menemui pemilik ruko yang akan ia jadikan sebagai tempat usaha.

*****

Jeanette yang baru saja bertemu dengan pemilik sebuah ruko di mana ia akan memulai bisnis rumah makannya, langsung mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.

Ia terpaksa melakukannya karena ia harus berada di rumah saat Alex pulang dari sekolah. Alex memang bisa pulang sendiri, tetapi saat ini ia tak berada di rumah.

Jeanette kini sudah berhenti di depan rumahnya. Ia mengatur nafas yang masih sedikit tersengal. Ia melihat jam di pergelangan tangannya, sudah lewat 30 menit dari jam pulang Alex.

"Mungkin ia ke rumah Abra," gumam Jeanette.

Setelah memarkirkan sepeda motornya, ia langsung berjalan menuju rumah Abra. Namun, pintu rumah Abra tertutup dengan rapat. Tetangganya, Bu Made yang sedang menjemur pakaian, menghampiri Jeanette.

"Abra pergi, Jean. Mereka sekeluarga sedang berlibur," ucap tetangga mereka.

"Alex tidak ke sini?"

"Sepertinya aku belum melihat Alex lewat," ucap Bu Made.

"Terima kasih," Jeanette pun berinisiatif menuju ke sekolah. Mungkin saja Alex kembali ke sana karena tak menemukannya di rumah, atau ia memang sedang bermain dengan teman temannya yang lain hingga pulang terlambat.

Sekolah terlihat sudah agak sepi, hanya ada beberapa anak yang memang tinggalnya bersebelahan ataupun berseberangan dengan sekolah yang masih berada di sana. Halaman sekolan yang luas memang sering dijadikan sebagai tempat anak anak sekita untuk bermain.

"Bu Jean," sapa Bu Reya, guru kelas Alex.

"Bu Reya."

Bu Reya menautkan kedua alisnya, "mencari Alex?"

"Ya," jawab Jeanette.

"Alex sudah pulang sejak tadi. Hmm ... Kalau tidak salah, tadi ia bermain dengan Tuan yang menolongnya saat ia mengalami kecelakaan waktu itu. Saya mengijinkannya karena Alex terlihat sangat dekat. Bahkan saya sempat mengira pria itu adalah Daddy Alex. Saya baru perhatikan wajah mereka mirip," ucap Bu Reya.

Axton Williams!

"Baik, Bu. Terima kasih," Jeanette langsung kembali ke rumah. Ia berpikir ke mana Axton membawa Alex. Apa pria itu tahu bahwa Alex adalah putranya dan ingin mengambil dari tangannya? Tidak!!

Ponsel milik Jeanette berbunyi, dan ia melihat nomor yang tidak ia kenal. Tanpa berpikir lagi ia langsung mengangkatnya.

"Mommy!"

"Alex!! Di mana kamu?"

"Hotel Williams."

Jeanette langsung memutus sambungan ponselnya dan mengambil kunci sepeda motornya. Ia menyalakan dan mengendarai sepeda motornya, melajukannya menuju ke Hotel Williams.

Pikiran negatif mulai memasuki kepala Jeanette, ia sangat takut jika Axton akan mengambil Alex darinya. Ia tak memiliki siapapun lagi kecuali putranya. Hingga pikirannya yang kacau, membuatnya tak fokus.

Brughhhh ...

Jeanette terjatuh dari sepeda motornya. Untung saja tak ada mobil yang sedang melintas, membuatnya terhindar dari kecelakaan yang lebih berbahaya. Beberapa warga sekitar yang membuka toko atau warung, membantu Jeanette.

Pemilik warung memberikan segelas air mineral untuk Jeanette, "Minumlah dulu."

"Terima kasih, tapi saya harus segera pergi," ucap Jeanette.

"Tapi motornya rusak, Nona," ucap salah seorang pria yang mengangkat motor Jeanette dan meminggirkannya ke tepi jalan.

"Masih bisa jalan kan? Tidak apa."

Dengan susah payah, Jeannete naik kembali ke atas motornya. Ia menahan rasa sakit di siku tangan kanannya. Ia sangat yakin sikunya terluka karena ia bisa merasakan perih. Bahkan jaketnya terlihat sobek.

Jeanette kembali menjalankan sepeda motornya. Untung saja masih bisa menyala. Namun kali ini, ia tak terlalu ngebut, karena sepeda motornya pun tak memungkinkan untuk diajak cepat.

Ia kini telah sampai di depan Hotel Williams. Jeanette memarkirkan sepeda motornya dan berjalan masuk ke area lobby. Seorang petugas keamanan, mendatanginya dengan tatapan yang penuh rasa curiga.

"Ada keperluan apa anda ke sini?" tanya petugas keamanan.

"Tuan, maaf ... Saya ingin bertemu dengan Tuan Axton," Jeanette terpaksa menyebut nama Axton karena jika menyebut nama putranya, maka mereka tidak akan tahu.

Petugas keamanan itu melihat dan meneliti Jeanette dari atas ke bawah. Saat ini Jeanette berusaha menahan sakit di siku tangan sebelah kanan, hingga ia meringis dan menggigit bibirnya sendiri.

"Ada keperluan apa?" tanya petugas itu lagi.

"Putra saya ada bersamanya," jawab Jeanette.

Petugas keamanan itu tentu saja tidak dengan mudah percaya, apalagi penampilan Jeanette saat ini terlihat sedikit berantakan.

"Tolong saya, Tuan. Saya harus bertemu dengan anak saya. Atau ... Anda saia yang menemuinya dan bawa anak saya ke sini," ucap Jeanette yang mengerti maksud dari tatapan petugas keamanan itu.

Jeanette yang merasa siku tangannya semakin sakit dan pangkal pahhanya mulai ngilu, menoleh ke kiri dan ke kanan, ia mencari kursi agar bisa duduk sebentar.

"Sebaiknya anda menunggu di luar saja. Kalau ada tamu hotel yang melihat penampilan anda, mereka akan menilai buruk hotel kami," ucap sang petugas keamanan.

Jeanette memejamkan matanya, ia benar benar sudah tidak kuat berdiri lagi. Pandangannya mulai kabur ketika ia melihat sosok seorang anak kecil tengah berlari menghampirinya. Ia tersenyum, bersamaan dengan itu, tubuhnya pun ambruk.

Brughhh

"Mommy!"

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

moga inilah waktunya papanya Jean bs bertemu

2024-05-04

0

ira

ira

kasian Jean jatuh dr motor saking paniknya

2024-04-30

0

Truely Jm Manoppo

Truely Jm Manoppo

Jeannet 😢😢😢😢

2024-04-18

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!