Bab 3

Arriel segera menyelesaikan pekerjaannya. Dia ingin segera pergi ke mal untuk bertemu dengan Adriel. Entah kenapa dia merasa begitu bahagia ketika ingin bertemu dengan Adriel. Seperti ingin bertemu dengan orang yang begitu spesial sekali.

Arriel meraih tasnya dan bersiap keluar. Tepat di depan pintu ruangannya, dia melihat Mauren yang sedang akan ke ruangannya.

“Kamu mau ke mana?” Mauren tadinya mau mengajak Arriel untuk makan siang, tetapi ternyata Arriel justru sedang akan pergi. Terlihat Arriel sudah membawa tas di tangannya.

“Aku ada janji.” Arriel menjawab sambil menyelipkan rambutnya ke balik telinganya. Senyumnya menghiasi wajahnya.

Melihat temannya yang senyum seperti itu membuat Mauren penasaran. Dengan siapa gerangan temannya itu pergi, sampai temannya itu begitu senang sekali. Namun, dia tidak mau ikut campur terlalu banyak. Mengingat jika itu bukan urusannya. Dia harus menghargai privasi orang lain. Kecuali Arriel menceritakan sendiri.

“Aku pergi dulu.” Arriel segera berlalu pergi.

Mauren hanya mengangguk saja.

Membiarkan temannya itu untuk pergi. Karena Muaran tidak ada teman makan siang, akhirnya dia memilih untuk memesan makanan saja. Menikmati makan siang di kantor.

Arriel segera melajukan mobilnya ke mal yang diminta Adriel. Sampai di mal, dia segera menuju ke salah satu restoran Korea yang diminta Adriel sesuai dengan pesan singkat yang dikirim tadi.

Saat sampai di restoran ternyata sudah ada Adriel di sana. Dia pikir, dirinya akan sampai lebih dulu, tetapi ternyata salah. Adriel yang lebih dulu.

“Maaf aku terlambat.” Arriel yang sampai langsung meminta maaf. Sambil mengulurkan tangan pada Adriel.

Adriel tersenyum. Kemudian berdiri sambil menerima uluran tangan pada Arriel. “Aku belum lama datang.”

Arriel bersyukur karena Adriel belum lama datang. Jadi mengurangi rasa tidak enaknya pada Adriel.

“Silakan duduk.” Adriel menarik kursi yang berada di depannya untuk Arriel.

Arriel segera mendudukkan tubuhnya. Berhadapan dengan Adriel. Perasaan Arriel begitu berdebar-debar. Dia penasaran dengan alasan Adriel menghubunginya.

Adriel segera memanggil pramusaji. Memesan minuman dan makanan untuk Arriel. Mereka ingin menikmati makan sambil mengobrol.

“Kamu apa kabar, Driel?” Saat menunggu pesanan makanan datang, Arriel mengisi keheningan dengan mengobrol.

“Aku baik, kamu sendiri?” Adriel tersenyum menatap Arriel. Tangannya bergerak mengaduk-aduk minuman dengan sedotan yang berada di gelasnya.

“Aku juga baik.” Arriel menjawab dengan wajah yang begitu berseri. Dia memang dalam keadaan baik. Senyum itu menandakan seberapa baiknya dirinya.

Adriel mengangguk. Dia merasa jika Arriel semakin hari semakin cantik. Itu membuatnya begitu terhipnotis.

“Apa yang membuatmu menghubungiku dan memintaku untuk datang ke sini?” Arriel begitu penasaran sekali. Jadi dia memilih bertanya.

“Aku rasa kita makan dulu saja.” Sebelum Adriel menjawab pertanyaan Arriel makanan datang. Jadi wajar saja jika meminta Arriel menunggu jawabannya.

Terpaksa Arriel mengikuti apa yang diminta Adriel. Menikmati makanan terlebih dahulu. Menunda obrolan tersebut.

Tetap saja mereka tidak benar-benar diam. Mereka memilih mengobrol ringan. Adriel juga tidak langsung pada intinya. Jadi berbasa-basi dulu dengan Arriel.

“Kemarin aku bertemu Lolo.” Adriel menceritakan pertemuannya dengan Loveta-anak Arriel.

“Di mana?” Minggu kemarin, Arriel ingin menjemput Loveta, tetapi Neta bilang jika mereka akan pergi ke panti asuhan. Jadi dia mengurungkan niatnya. Hubungan Arriel dengan istri mantan suaminya memang baik. Jadi apa pun terkait anaknya, dia berkomunikasi dengan Neta. Sejak menikah, Dathan lebih cenderung memberikan urusan anak pada Neta. Jadi Arriel lebih banyak bicara dengan Neta.

“Di panti asuhan.” Adriel menjawab. Kemudian memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

“Kemarin Neta juga bilang jika mereka ke panti asuhan. Jadi kamu ke sana juga?” Arriel kira hanya Dathan dan Neta saja yang pergi ke sana. Ternyata tidak hanya mereka saja.

“Iya, Neta menghubungi aku. Mengatakan jika akan datang ke panti untuk membagi bingkisan. Sekalian merayakan syukuran kecil-kecilan atas kehamilannya.” Adriel menceritakan apa yang membuat Neta datang.

“Neta hamil?” Arriel memastikan.

“Iya.” Adriel mengangguk. Membenarkan apa yang dikatakan oleh Arriel.

Arriel tidak menyangka jika ternyata istri mantan suaminya sudah hamil. Waktu begitu cepat sekali. Mantan suaminya saja sudah akan punya anak, sedangkan dirinya masih berkutat dengan pekerjaan.

Akhirnya mereka selesai makan juga. Saat itulah pembicaraan tentang pembahasan utama baru dibahas.

“Jadi aku mengajakmu untuk makan siang karena ini memintamu jadi narasumber di majalah kami dalam edisi hari wanita sedunia.” Adriel pun menyampaikan apa yang diinginkannya. riel menatap Adriel dengan wajah terkejut. Merasa begitu terkejut. Karena ada maksud terselubung.

“Aku tidak suka di wawancara.” Dengan tegas Arriel menolak. Dia merasa tidak nyaman saat diwawancara.

Adriel sudah bisa menebak jika Arriel tidak akan melakukan wawancara. Karena itulah dirinya harus membujuknya.

“Riel, aku sendiri yang akan mewawancara kamu. Aku hanya akan mewawancara singkat saja. Mungkin hanya butuh waktu sehari.” Adriel mencoba membujuk.

Arriel menatap Adriel yang penuh pengharapan padanya. Arriel memang tidak terbiasa untuk wawancara jadi tentu saja dia merasa jika tidak nyaman. Namun, saat Adriel yang mewawancara, tentu saja itu membuatnya akan jauh lebih nyaman. Jadi tidak ada salahnya mencoba.

“Apa yang diberikan perusahaan padaku jika aku diwawancara?” Arriel seorang pengusaha. Jadi tentu saja dia merasa segala hal yang dilakukan harus menguntungkan.

Adriel tersenyum. “Kamu tentu dapat sekaligus mempromosikan desainmu. Membuat para wanita yang melihat majalahmu membeli produkmu.”

Arriel yang mendengar tawaran itu merasa tawaran itu tidak menguntungkan.

“Aku tidak tertarik. Promosi brandku sudah cukup baik. Jadi tentu saja aku merasa ini tidak menguntungkan untuknya.” Arriel menatap Adriel. Dia ingin tahu segigih apa Adriel akan membujuknya.

Adriel merasa perusahaan pastinya tidak akan memberikan keuntungan lain selain itu. Jadi tentu saja Adriel harus putar otak agar Arriel mau diwawancara.

“Katakan apamu. Aku akan mengabulkannya asalkan kamu mau wawancara.” Arriel merasa dirinya sendiri yang akan memberikan hadiah yang diminta oleh Arriel.

“Menikahlah denganku.” Di saat Arriel butuh pria yang pantas untuk dinikahinya, pilihannya jatuh pada Adriel. Arriel sudah dengar banyak tentang Adriel dari Neta. Mengenal Adriel beberapa waktu ini tentu saja menjelaskan seperti apa Adriel sebenarnya.

Adriel membulatkan matanya. Permintaan Arriel tentu saja membuat Adriel terkejut. Bagaimana bisa wanita di depannya itu enteng sekali mengajaknya menikah sebagai bayaran atas wawancaranya. Adriel memang tahu jika Neta pernah mewawancara dan berakhir cinta, kemudian menikah. Namun, ini belum juga wawancara, tetapi syarat wawancara adalah menikah.

Keduanya saling pandang. Berada dalam pikiran masing-masing. Adriel dengan pikirannya kenapa Arriel memintanya menikah, sedangkan Arriel sedang sibuk memikirkan jawaban apa yang akan diberikan Adriel untuknya.

Terpopuler

Comments

halimah abdul hayes

halimah abdul hayes

Arriel memang ciri wanita yang berkarier..straight to the point

2023-01-07

2

rini ningsih

rini ningsih

wowwwww.... to the point banget mom arriel...

2023-01-05

0

gia gigin

gia gigin

Mom Arriel to the point aja😅

2022-12-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!