Semua orang sudah berada di ruang rapat. Hari ini ada rapat untuk memilih siapa yang akan diwawancara untuk majalah edisi bulan depan. Semua
“Apa kalian sudah dapat data siapa saja yang akan diwawancara edisi hari wanita sedunia?” Adriel Taraka-manager redaksi dari majalah Syailen Bisnis bertanya pada rekan-rekannya. Kali ini rapat membahas tentang pemilihan narasumber yang pas untuk edisi terbaru dari majalah Syailen Bisnis.
“Bagaimana jika kita wawancara Rose Marlyn-pemilik dari toko bunga terbesar di ibu kota?” Seorang rekannya memberikan saran.
“Bisa juga Alicia Ghea-dokter muda yang bekerja di Maxton Hospital. Dia sedang naik daun karena menjadi dokter selebriti. Jadi Maxton Hospital sedang bekerja sama dengan stasiun televisi untuk edukasi kesehatan.” Salah satu di dalam ruang rapat itu memberikan ide. Melihat yang sedang terkenal saat ini.
“Ada juga Shera Alexander-pemilik hotel W.” Salah satu lagi memberikan ide.
Adriel menganggukkan kepalanya. Merasa jika yang disebutkan oleh rekan-rekannya adalah nama-nama yang cocok untuk mengusung tema kali ini. Wanita-wanita mandiri yang sangat luar biasa. “Aku lebih suka dengan Alicia Ghea dan Shera Alexander. Pemilik hotel dan dokter lebih tepat untuk diangkat ke publik.” Adriel merasa dua wanita itu sangat pas. Dari sisi kesehatan, ada Alicia Ghea, di sisi bisnis ada Shera Alexander.
“Satu lagi, Pak?” tanya salah rekan Adriel.
“Satu lagi … aku rasa harus seorang desainer.” Adriel memikirkan siapa yang pantas untuk diwawancara. Paling tidak seseorang yang bisa jadi tren center pada wanita. “Arriella Malya.” Satu nama itu terlintas di kepala Adriel. Adriel memang sudah mengenal Arriel karena mantan suami Arriel adalah Dathan Fabrizio-pria yang merupakan suami dari Neta-bekas wartawan di redaksinya. Beberapa kali dia juga bertemu dengan wanita itu. Jadi menurutnya dia cocok untuk tema kali ini.
“Tapi, Arriella Malya susah diwawancara, Pak.” Salah satu rekan Adriel memberikan pendapatnya. Dia tahu jika Arriel belum pernah tampil di majalah mana pun. Seperti halnya mantan suaminya, dia juga susah untuk diwawancara.
Adriel tersenyum. “Aku yang akan mewawancara sendiri.” Dia merasa akan bisa mewawancara Arriel sendiri. Mengingat mereka saling kenal. Jika dirinya sendiri yang wawancara, mungkin Arriel akan lebih leluasa.“Kalian bisa wawancara Alicia Ghea dan Shera Alexander saja.” Adriel meminta rekan kerjanya yang mengerjakan dua wanita tersebut.
Rapat pun berakhir. Mereka membubarkan diri begitu juga dengan Adriel. Dia kembali ke ruangannya untuk kembali bekerja.
Di ruangannya, Adriel segera merogoh ponsel miliknya yang berada di kantung celananya. Adriel tersenyum ketika mengingat jika dia sendiri yang akan mewawancara Arriel. Sejenak ingatannya kembali pada pertemuannya pertamanya. Di mana dia bertemu di taman bermain. Waktu itu anak Arriel mengikuti salah satu anak dari panti asuhan yang sedang diajaknya pergi ke taman hiburan. Sayangnya, pertemuan itu hanya angin lalu. Pertemuan keduanya terjadi ketika Neta menikah. Di sanalah dia bertemu dengan Arriel.
Adriel pernah ke apartemen Arriel untuk mengantarkan salah satu anak panti asuhan untuk bermain dengan anak Arriel. Di sana Adriel mengobrol cukup banyak. Bagi Adriel, Arriel wanita cantik. Walaupun usianya jauh lebih tua darinya, tetapi wajahnya masih tetap cantik tak jauh beda dengan wanita yang usianya lebih muda.
Adriel yang mengambil ponselnya segera mengiri pesan pada Arriel. Memberitahu jika dirinya ingin bertemu. Rasanya bicara tentang hal ini tidak enak jika dilakukan dari sambungan telepon. Lebih baik dirinya bertemu langsung dengan Arriel, karena Adriel bisa menjelaskan niatnya mewawancara Arriel.
...****************...
Arriel mendengar suara ponsel ketika sedang sibuk dengan pekerjaannya. Dia mencari di mana ponselnya berada. Entah tadi dia lupa meletakkan di mana ponselnya.
Pagi-pagi dia harus revisi desain pesanan kalung custumer. Alhasil dia dibuat repot pagi-pagi.
“Ren, ponselku mana?” Arriel bertanya pada temannya-Mauren.
“Mana aku tahu. Sejak tadi aku tidak melihat ponselmu.” Mauren jadi ikut berdiri. Mencari ponsel milik Arriel.
“Coba telepon.” Arriel menempuh jalur ninja untuk membuat dering pada ponselnya.
Mauren segera menghubungi nomor ponsel. Hingga akhirnya suara ponselnya terdengar. Arriel mengedarkan pandangannya mencari di mana keberadaan ponselnya. Ternyata suara ponselnya terdengar di dalam tas.
Dengan segera Arriel mengambil ponselnya dengan kasar. Hal itu membuat Arriel menjatuhkan foto yang berada di dalam tasnya. Mauren yang melihat foto-foto pria bertebaran pun terperangah. Dia segera mengambil foto-foto tersebut di saat Arriel sibuk memainkan ponselnya.
Arriel melihat ponselnya sebuah pesan dari Adriel masuk ke ponselnya. Mendapati pesan itu entah kenapa perasaan Arriel begitu berbunga-bunga. Merasa senang dengan pesan dari pria yang menurutnya tampan itu.
Adriel:
Riel, apa kamu hari ini ada waktu?
^^^Arriel:
^^^
^^^Ada, mau bertemu di mana?
^^^
Adriel:
Bagaimana jika jam makan siang?
^^^Arriel:
^^^
^^^Baiklah, kita bertemu di restoran Korea di mal.
^^^
Adriel:
Baiklah.
Arriel tersenyum ketika mengetahui akan bertemu dengan Adriel. Entah kenapa dia merasa seperti anak muda yang akan bertemu dengan kekasihnya. Begitu berdebar-debar.
“Riel, kamu mau jadi biro jodoh?” Mauren yang melihat foto-foto pria dari tas Arriel pun menggoda temannya itu.
Arriel yang sedang sibuk dengan ponselnya langsung mengalihkan pandangan. Dilihatnya temannya sedang sibuk melihat foto yang diletakkan mamanya semalam di dalam tas.
“Itu kerjaan mama.” Arriel, memutar bola matanya malas.
“Mama Anggun ingin menjodohkan kamu?” tanya Mauren memastikan.
“Iya.” Arriel mengembuskan napasnya kasar ketika mengingat aksi sang mama.
“Pasti kamu tidak mau.” Mauren menebak.
“Bagus kamu tahu jawabannya.”
“Wah … padahal ini pria-pria mapan. Pengusaha properti, pengusaha batu bara, pengusaha tekstil, dokter, pemilik hotel.” Mauren menyebut satu per satu pekerjaan pria-pria di dalam foto. Di balik foto memang terdapat tulisan biodata lengkap. Jadi dia tinggal membaca.
“Aku tidak mau. Mereka adalah orang-orang sibuk dan tidak punya waktu untuk keluarga. Jadi aku tidak akan menikah dengan mereka.”
“Lalu kamu mau menikah dengan orang seperti apa?” Mauren bertanya sambil menatap temannya itu.
“Pria yang menjadikan aku tempat pulang. Pria yang selalu punya waktu untuk aku. Pria yang selalu menjadikan aku prioritas utamanya.”
“Itu Dathan.” Mauren menjawab asal. Senyumnya mengembang ketika menggoda temannya.
Arriel mendengus kesal. “Kamu pikir orang seperti itu hanya Dathan?” Arriel merasa temannya itu terlalu berpikir sempit ketika mengira jika pemilik sifat itu adalah mantan suaminya saja. Padahal banyak pria yang mungkin memiliki sifat seperti itu. Namun, entah di mana dia bisa menemukannya.
“Lalu siapa?” tanya Mauren penasaran.
“Entah, tetapi aku akan mendapatkan pria seperti itu.” Arriel yakin ada pria seperti itu, dan dia bisa mendapatkannya. Yang terpenting adalah dia akan berusaha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
gia gigin
oh ternyata Mama nya Lolo up awal bulan😄ternyata aku ketinggalan byk, gegara sibuk dgn acara khitanan nya anak ku🤭
2022-12-21
1
Veliz Bunda'a Farhan
kya'a kisah Neta sma dathan bakal terulang lagi nihh sma adriel dan Ariel menikah dari sebuah wawancara 😁
2022-11-24
0
Fauziah Tri Palupi
aq baru hadirrrrrrrrrr... lupa kalo bang Adriel up awal bulan ..
eh ini bulan 11 sdh mo kelar...
langsung cuzzzzz
2022-11-22
0