Suami Terpilih

Suami Terpilih

Bab 1

“Lihatlah ini foto-foto ini.”

Arriel yang disodorkan foto-foto pria pun hanya bisa mengerutkan dahinya. Bisa-bisanya sang mama menyodorkan foto-foto pria kenalan sang mama. Entah dapat dari mana saja foto-foto itu. Rasanya Arriel sedikit muak ketika sang mama tidak ada hentinya memintanya untuk segera menikah dengan menawarkan pria-pria padanya.

Arriel merasa belum ada pria yang cocok untuknya. Apalagi setelah kegagalan pernikahan sebelumnya. Dia lebih berhati-hati memilih pasangan. Arriel berharap, pernikahannya akan berlangsung lama. Tak ada perpisahan sebelum ajal menjemput.

“Lihat ini, dia pengusaha batu bara.” Mama Anggun menunjukkan salah satu pria dalam foto tersebut. Dengan segera dia menyingkirkan foto tersebut dan menunjukkan foto sebelumnya. “Ini pengusaha restoran.” Dia menjelaskan siapa pria itu. “Ini … lihat, ini pengusaha properti.” Kembali dia menunjukkan foto yang lain. Menjelaskan pekerjaan dari pria-pria dalam foto.

Arriel benar-benar kesal sekali dengan sang mama. Dari tadi yang ditunjukkan sang mama adalah anak-anak orang kaya semua, pemilik perusahaan, dan pengusaha besar.

“Apa ada yang profesinya tukang sapu?” Dia yang kesal justru menggoda sang mama.

Mama Anggun langsung memukul lengan Arriel. Bisa-bisanya anaknya itu mengatakan hal itu. Jelas-jelas tidak mungkin dia memberikan anaknya pria yang tidak bisa menjamin hidupnya. “Mau makan apa kamu jika profesi suamimu seperti itu?” tanyanya kesal.

“Makan cinta.” Arriel tersenyum. Memamerkan deretan giginya. Dia senang sekali menggoda sang mama. Apalagi jika sang mama kesal.

“Astaga, Riel. Jaman sekarang mana cukup hanya makan cinta. Kita harus realistis. Kamu akan punya anak. Biaya sekolah juga mahal. Biaya hidup mahal. Biaya kesehatan mahal.” Mama Anggun benar-benar tidak habis pikir dengan anaknya. Jaman sekarang memang hal itu jadi hal penting untuk menentukan pasangan hidup. Jika hidup pas-pasan, apa jadinya hidup mereka nanti. Yang ada akan ada perceraian karena masalah ekonomi. Itu sudah sering terjadi beberapa belakangan ini. Alasan klasik ekonomi menjadi alasan sebuah perceraian.

“Ma, aku punya uang. Bisa pakai uangku. Kenapa penting jika suamiku bekerja apa?” Arriel menanggapi enteng saja ucapan sang mama. Baginya memang bukan permasalahan besar. Lagi pula dia punya segalanya. Yang diharapkan hanyalah cinta.

“Jangan bodoh, Riel. Jangan mau dimanfaatkan pria seperti itu. Pria yang hanya menggunakan uang istri untuk hidup tidak bisa disebut kepala rumah tangga. Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya. Bukan sebaliknya.” Mama Anggun merasa pandangan sang anak benar-benar salah. Jadi tentu saja dia harus membenarkan itu semua. Jika sang anak berpegang teguh dengan pendirian itu. Yang ada nanti rumah tangga mereka akan bermasalah.

“Sudah-sudah, Arriel mau pulang. Arriel lelah.” Bicara dengan sang mama memang tidak ada habisnya. Jadi tentu saja Arriel lelah. Jadi dia memilih menghentikan obrolannya.

Arriel segera meraih tasnya yang berada di atas meja. Tanpa menunggu lama Arriel segera berdiri. Bersiap untuk pulang. Arriel tidak menyangka jika ternyata sang mama menghubunginya hanya untuk memamerkan pria-pria pilihan mamanya. Dia pikir, mamanya ada urusan penting hingga memintanya datang ke rumah.

“Kamu tidak makan malam di sini?” Mama Anggun menatap Arriel. Menghentikan langkah sang anak yang hendak pulang.

“Tidak, aku tidak makan malam.” Arriel membungkukkan tubuhnya. Menautkan pipinya sambil berpamitan. “Aku pulang dulu.”

“Hati-hati.” Mama Anggun mengangguk. Namun, tiba-tiba dia teringat sesuatu. “Bawa ini, siapa tahu ada yang menarik hatimu.” Dia memberikan foto pria yang tadi ditunjukkan pada Arriel.

Dahi Arriel berkerut dalam. “Tidak mau.” Dia menolak. Melihat tadi saja dia merasa tidak ada yang cocok. Lalu untuk apa dirinya membawa foto tersebut.

“Sudah bawa saja.” Mama Anggun memasukkan foto-foto tersebut dalam tasnya. Merasa jika mungkin anaknya bisa berubah pikiran. Jika berubah pikiran, bukankah menguntungkan untuknya.

Arriel malas berdebat. Apalagi ini sudah malam. Jadi dia mau cepat pulang dan istirahat. Apalagi tadi dia banyak sekali pekerjaan. Jadi tentu saja itu membuatnya lelah. Dia memilih membiarkan sang mama memasukkan foto tersebut ke dalam tasnya.

“Aku pulang dulu.” Arriel segera keluar sambil melambaikan tangannya pada sang mama.

“Jika kamu berubah pikiran, kabari Mama.” Mama Anggun meneriaki sang anak yang sedang berjalan keluar.

Arriel hanya mendengkus kesal. Mamanya begitu bersemangat sekali menyodorkan pria-pria kaya tersebut. “Aku tidak akan berubah pikiran.” Sambil berjalan, Arriel menjawab.

Arriel menuju ke mobilnya yang terparkir di depan rumah. Tak menunggu lama, setelah masuk, dia melajukan mobilnya. Selama ini Arriel memang tinggal di apartemen. Karena merasa mamanya jarang di rumah. Mamanya memang lebih sering di Singapura. Dia merasa lebih nyaman tinggal di negara tetangga itu. Karena itu Arriel memilih tinggal di apartemen. Itu juga agar lebih mudah ke mana-mana.

Arriela Malya adalah seorang janda yang kini berusia tiga puluh lima tahun. Sejak bercerai, dia sibuk dengan pekerjaan dan dirinya sendiri. Anaknya yang tinggal dengan sang mantan suami membuatnya jauh lebih leluasa bekerja. Tujuannya selama ini agar sang mama hidup dengan nyaman. Namun, Arriel lupa jika anaknya butuh sosok dirinya.

Mungkin orang akan berpikir jika dia adalah ibu yang jahat. Namun, dia hanya sedang berusaha menjadi anak yang baik untuk ibunya. Terkadang pilihan hidup memang sulit. Ada lebih dan kurangnya dalam setiap pilihan. Dan pilihan Arriel ternyata membuatnya sadar. Jika dia kehilangan momen pertumbuhan anaknya. Sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya.

Bersyukur beberapa bulan ini Arriel sudah menyadari segala kesalahannya. Sudah cukup dalam waktu lima tahun dia menjadi anak yang baik untuk sang mama. Kini dia ingin menjadi ibu yang baik untuk anaknya. Beruntung mantan suaminya memberikan kesempatan dirinya mendekati anaknya. Jadi dia bisa menebus kesalahannya.

Berbeda dengan sang mantan suami yang sudah menikah, Arriel masih sendiri. Dia masih belum bisa menemukan pria yang tepat dalam hidupnya. Karena itu dia masih memilih untuk sendiri saja. Bagi Arriel memilih pria tidak mudah. Para pengusaha yang mendekatinya rata-rata adalah pengusaha yang suka bermain wanita. Arriel tidak bisa menikah pria seperti itu. Dia ingin menikah dengan pria yang menjadikannya satu-satunya.

Sayangnya, mamanya terus mendesaknya untuk menikah. Banyak alasan yang diberikan sang mama. Terutama usianya yang kini menginjak tiga puluh lima tahun. Paling tidak, dia harus segera hamil anak kedua sebelum usianya bertambah tua.

“Sepertinya aku harus mulai mencari calon suami.” Arriel yang sedang menyetir tersenyum ketika mengingat aksi sang mama yang mencarikan jodoh. Dia berpikir, sebelum dirinya dijodohkan, alangkah baiknya jika dirinya mencari sendiri. Jika mencari sendiri, bukankah akan lebih baik. Karena itu sesuai dengan hatinya.

Terpopuler

Comments

nuraeinieni

nuraeinieni

aq mampir thor

2024-05-20

0

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu

2023-05-08

0

gia gigin

gia gigin

sesuai janji ku Thor😍😍

2022-12-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!