“Apa kamu suka dengan Alvaro, Nay?” tanya Zaky tiba-tiba saat sedang fokus dengan kemudinya.
Naya mengerutkan kening mendapati pertanyaan seperti itu dari kakaknya. Entah atas dasar apa kakaknya bisa menanyakan hal itu. padahal Zaky sendiri juga tahu kalau dirinya menganggap Alvaro sama dengan dirinya sebagai kakak.
“Memangnya kenapa, Kak?” tanya Naya ingin tahu.
“Ehm, nggak apa-apa. Kakak hanya ingin tahu saja. sepertinya kamu sangat nyaman dengannya.”
“Terlihat nyaman belum tentu juga suka. Kalau pun aku suka, tidak masalah bukan? Kak Alvaro juga baik orangnya.” Jawab Naya.
“Iya juga sih.” Sahut Zaky singkat. Dia juga bingung mau bertanya apa lagi.
Setelah obrolan itu mereka berdua kembali terdiam hingga sampai rumah. Naya sudah bersikap seperti biasa, walau tadi sempat dibuat kesal oleh kakaknya.
“Nay, setelah ini kita makan malam di luar sekalian nonton!” Interupsi Zaky sebelum Naya masuk ke kamarnya.
“Maaf, Kak. Lain kali saja. malam ini aku akan mengerjakan tugas. Besok ada bimbingan lagi.” jawab Naya dan segera menutup pintunya. Namun sayangnya Zaky menahan pintu itu.
“Kamu lupa kalau besok weekend? Mana ada jadwal bimbingan skripsi saat weekend.” Ucap Zaky tak percaya, karena ia mengira Naya masih kesal dengannya gara-gara makan siang tadi.
“Memang seperti itu kenyataannya. Dan, Pak Nevan meminta bimbingan di rumahnya besok pagi.” ucap Naya.
“Besok kakak yang antar.” Pungkas Zaky lalu segera keluar dari kamar Naya.
**
Setelah membersihkan tubuhnya, Naya duduk di depan meja rias sembari menyisir rambutnya. Perempuan itu sedikit memberikan taburan bedak di wajahnya agar terlihat lebih segar, setelah itu baru turun dan bergabung untuk makan malam bersama keluarganya.
Naya menuruni tangga terdengar suara ramai di ruang keluarga. Tampak suara Mama dan papanya sedang berbicara dengan orang-orang yang sepertinya lebih dari satu. Lalu samar-samar Naya mendengar suara Reva juga ada di sana.
Perlahan ia menuruni tangga hingga sampai lantai dasar. Ternyata rumahnya sedang kedatangan tamu dari keluarga Reva. Naya memang tidak tahu menahu kalau malam ini orang tuanya mengadakan makan malam bersama keluarga Reva.
“Selamat malam Om, Tante!” sapa Naya dengan sopan. Kemudian ia mengangguk tersenyum pada Reva yang duduk di sebelah kakaknya.
“Wah, Naya semakin cantik ya? Om sampai pangling karena sudah lama tidak pernah bertemu.” Sahut Damar, Papa Reva.
Naya hanya mengangguk sembari tersenyum. Lalu ikut duduk bergabung.
Kedua orang tua Reva memang sudah kenal akrab dengan Xavier. Dulu Damar dan Xavier pernah menjalin kerjasama. Dan semakin seringnya mereka bertemu, hubungan keduanya juga semakin akrab hingga akhirnya anak-anak mereka menjalin hubungan.
Naya yang sejak tadi diam mendengar pembicaraan orang-orang itu merasa sangat bosan, karena dia tidak mengerti dan tidak mau tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Ingin meminta ijin untuk meninggalkan ruangan itu tapi rasanya sangat tidak sopan. Ditambah lagi dia tidak membawa ponsel. Lalu melihat Reva yang selalu bersikap manja terhadap kakaknya, membuat Naya semakin muak saja.
Sepertinya hari sial Naya belum berakhir sampai di sini saja. dia kira setelah pulang dari kantor, ia bisa bernafas lega karena merasa terbebas dari kesialan. Namun ternyata belum.
“Bagaimana kalau ngobrolnya kita lanjut di ruang makan saja? kebetulan sudah saatnya kita makan malam.” usul Senja.
Naya pun sangat lega mendengarnya. Mamanya benar-benar menjadi dewi penolong baginya.
Setelah itu semua orang berkumpul di ruang makan untuk menikmati makan malam bersama. Naya sudah tidak peduli lagi dengan pembicaraan mereka. Yang terpenting saat ini ia harus menyelesaikan makan malamnya lalu pamit lebih dulu dengan alasan tugas kuliah.
“Ngomong-ngomong Zaky dan Reva ini kan sudah lama berpcaran. Apa tidak sebaiknya hubungan mereka diresmikan?” ucap Nova, Mama Reva.
“Maksudnya diresmikan bagaimana, Jeng Nova?” tanya Senja tidak mengerti.
“Ya, bertunangan dulu misalnya.” Jawab Nova.
Uhuk.. uhuk…
Tiba-tiba saja Naya terbatuk setelah mendengar kata “bertunangan”. Setelah itu Zaky segera mengambilkan air putih untuk adiknya.
“Pelan-pelang dong, Nay kalau makan!” ucap Zaky dengan perhatian.
Naya mengambil gelas yang diambilkan oleh kakaknya dan langsung meminumnya. Setelah itu ia pamit lebih dulu tanpa mau lagi mendengar lanjutan pembicaraan tentang pertunangan kakaknya.
“Loh, mau kemana Nay?” tanya Senja bingung.
“Maaf, Ma, dan semuanya, Naya permisi dulu karena masih ada tugas kuliah yang belum selesai.” ucap Naya dengan sopan, kemudian meninggalkan ruang makan.
**
Naya masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam. Dia tidak ingin malam ini ada yang mengganggunya saat sedang fokus menyelrsaikan tugas kuliahnya.
Namun, bukannya Naya membuka laptop dan merevisi bab yang salah saat bimbingan skripsi tadi, perempuan itu justru membuka pintu balkon dan berdiri di sana.
Naya menengadahkan kepalanya menatap langit malam yang tak banyak menampakkan bintang. Hatinya terasa sesak, namun tidak tahu apa penyebabnya. Ingin menyimpulkan sendiri, tapi dia juga takut.
Benarkah apa yang ia dengar tadi. apakah kakaknya akan menyetujui untuk bertunangan dengan Reva. Padahal sah-sah saja jika mereka bertunangan. Mengingat keduanya sudah lama berpacaran. Namun entah kenapa ada rasa tidak rela dalam hati Naya kalau kakaknya akan menjadi milik perempuan lain.
Naya yang sudah terbiasa mendapat perhatian dan kasih sayang penuh dari Zaky, rasanya dia tidak ingin kalau kakaknya dimiliki oleh perempuan lain. Bahkan Reva sekalipun. Tapi Naya sendiri juga tidak tahu apa alasannya sampai mempunyai pemikiran seperti itu.
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Putri Minwa
👍👍👍
2023-03-03
0
ikoh zia
masa gak ngerti artinya cinta apa km gak faham persaanmu km kan anak kuliahaan bukan anak sd lg nay...
2022-11-22
2
Emak Femes
ouch
pasti si naya nyesek bangat dah
2022-11-10
0