Keesokan harinya Naya sudah siap untuk pergi ke rumah Pak Nevan. Seperti yang diucapkan oleh Zaky kalau ia akan mengantar Naya bimbingan skripsi di rumah dosennya. Sebelumnya Nya sudah membuat janji dengan dosennya itu, serta meminta alamat tempat tinggalnya.
Dalam perjalanan menuju rumah Pak Nevan, Naya memilih fokus dengan membaca ulang hasil penelitiannya yang sudah direvisi. Dia takut masih ada kesalahan dan menyebabkan dosennya itu marah lagi.
Sedangkan Zaky yang sejak tadi fokus dengan kemudinya melirik Naya sekilas. Ingin bertanya sesuatu namun takut akan mengganggu konsentrasi belajarnya.
Beberapa menit kemudian mobil Zaky memasuki kompleks perumahan elit. Lalu Naya sebagai penunjuk jalan mencari alamat rumah Pak Nevan sesuai dengan yang diberitahukan tadi.
“Nah, itu Kak rumahnya.” Ucaap Naya sambil menunjuk rumah mewah dengan gerbang bercat silver gold.
Zaky pun segera menghentikan mobilnya tepat di depan pintu gerbang. Naya keluar dari mobil dan bertanya pada satpam penjaga rumah itu. setelah itu Naya diijinkan masuk bersama Zaky sekalian.
Naya menatap takjub rumah mewah dosennya. Apalagi di tamannya banyak sekali ditumbuhi bunga-bunga beraneka ragam, lengkap dengan air mancur yang di bawahnya ada kolam ikannya.
“Ehm..” seru seseorang yang baru saja keluar dari rumahnya, yang tak lain adalah Pak Nevan.
“Selamat siang, Pak!” sapa Naya dengan sopan. Zaky pun ikut mengangguk hormat walau sama sekali tidak nyaman dengan tatapan dosen itu terhadap adiknya.
“Selamat pagi. apa kamu sudah merevisi hasil penelitian kamu kemarin, Nay?” tanya Pak Nevan dengan ramah.
Naya samapi terdiam memaku. Dia sama sekali tidak percaya akan mendapat pertanyaan seperti itu dari dosen pembimbingnya. Padahal setahu Naya kalau Pak Nevan terkenal orang yang irit bicara, dan juga dosen killer di kampusnya. Namun kenyataannya saat ini, pria itu menjelma seperti seorang malaikat.
“Ehm… sudah, Pak.” jawab Naya semabri tersenyum.
Pak Nevan kemudian mengajak Naya menuju gazebo yang ada di taman Bungan yang cukup luas itu. Zaky juga diajak bergabung sekalian, namun dia menolak dan memilih duduk di depan teras saja. karena ia tidak ingin memgganggu Naya yang sedang konsentrasi bimbingan skripsinya.
Kini Naya sudah duduk di gazebo bersama Pak Nevan. Sebenarnya ia tidak nyaman, namun demi tugas akhirnya, dia memilih fokus dan mengabaikan rasa ketidaknyamanan itu.
Sepanjang Pak Nevan meneliti tugas Naya, pria itu memberikan banyak penjelasan yang membuat Naya paham. Bahkan kalau boleh memilih, Naya lebih suka dijelaskan secara privat oleh Pak Nevan saat di luar kampus seperti ini. karena memang pria itu sangat beda kalau di luar kampus.
“Apa masih ada yang ditanyakan, Nay?” tanya Pak Nevan.
“Tidak, Pak. saya sudah cukup paham.” Jawab Naya.
“Ehm, apa dia cowok kamu, Nay? Kok sejak tadi merhatiin kamu. Sepertinya tidak rela melihat kamu dengan saya.” tanya Pak Nevan sambil melihat Zaky yang kini sedang pura-pura sibuk dengan ponselnya.
“Bukan, Pak. dia kakak saya.” jawab Naya dan cukup membuat Nevaan terkejut sekaligus lega.
Niat Naya setelah Pak Nevan selesai mengecek hasil penelitiannya akan segera pulang, namun pria itu sepertinya sangat betah mengajaknya bicara. Naya pun mau tak mau harus stay dulu, karena dia juga menyadari kalau Pak Nevan juga orangnya sangat humble dan enak diajak bicara.
Ting
“Kalau sudah selesai, kenapa tidak berpamitan pulang?”
Zaky mengirim pesan untuk Naya karena ia sudah bosan sejak tadi menunggu. Padahal Zaky sudah tahu kalau Naya sudah mengemas lembar tugasnya ke dalam tas. Namun tak kunjung beranjak, justru semakin asyik mengobrol.
Akhirnya Naya berpamitan pada Pak Nevan untuk pulang. pria itu pun mengerti, lalu mempersilakan Naya pulang.
**
“Sepertinya asyik sekali ya ngobrol dengan dosen kamu tadi?” tanya Zaky dengan tatapan lurus ke jalan.
“Ya. Ternyata Pak Nevan orangnya sangat humble kalau sedang di luar kampus. Makanya aku tadi sangat nyaman ngobrol membahas skripsi.” Jawab Naya.
“Hati-hati jangan mudah terpengaruh dengan orang belum kamu kenal sepenuhnya. Ya, walaupun dosen kamu.” Ucap Zaky.
“Ya, Kak. Aku mengerti.” Jawab Naya lalu ia mengambil ponselnya untuk membalas pesan dari Milka.
Naya tampak senyum-senyum sendiri berbalas pesan dengan Milka. Hingga membuat Zaky kesal dan merasa diabaikan.
“Kenapa semalam kamu tidur mengunci pintu? Tidak bisanya kamu mengunci pintu.” Tanya Zaky mengalihkan Naya dari ponselnya.
“Oh, aku hanya ingin fokus dengan tugas saja, Kak. Setelah selesai aku ngantuk dan langsung tidur. Maaf, semalam keluarga Om Damar pulang jam berapa?” tanya Naya pura-pura ingin tahu.
“Setelah makan malam mereka langsung pulang, karena Om Damar ada panggilan mendadak.” Jawab Zaky.
“Oh gitu. Lalu bagaimana dengan pertunangan Kak Zaky dengan Kak Reva?”
Zaky menoleh sebentar menatap adiknya sebelum menjawab pertanyaan itu.
“Belum ada kesepakatan juga. kalau menurut kamu bagaimana, Nay jika aku bertunangan dengan Reva?” tanya Zaky dan seketika membuat hati Naya berdenyut sakit. Apa sebenarnya maksdu Zaky bertanya seperti itu.
“Terserah Kak Zaky. Kan yang menjalani semua itu Kak Zaky. Kalau kalian saling mencintai, tidak ada salahnya mengikat hubungan itu.” jawab Naya sok bijak dengan menahan rasa sesak di dadanya.
“Memangnya kamu setuju jika aku bertunangan dengan Reva?”
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Putri Minwa
💪💪💪
2023-03-06
0
ikoh zia
gpp setuju2 aja toh masih ada kandidat lain yaitu nevan dan alvaro siap2 aja km yg cembokur lebih dulu
2022-11-22
0
Emak Femes
hmmm kira2 naya jawab apa yaah
2022-11-10
0