Keesokan harinya Naya sudah bangun. Gadis itu segera membersihkan tubuhnya sejenak lalu turun ke dapur membantu Mamanya memasak.
Keseharian Naya hanya kuliah. Namun akhir-akhir ini saat jam mata kuliahnya sudah berkurang, ia terkadang diminta Papanya ke kantor untuk membantu mengerjakan beberapa laporan penting. Apalagi dulu ia magangnya juga di perusahaan Papanya sendiri.
“Hmmm…. Masak apa nih, Ma? Baunya sedap sekali.” Ucap Naya saat baru saja masuk ke dapur.
“Mama hanya buat sup iga kesukaan kamu dan Kak Zaky. Ayo buruan ambil mangkok lalu hidangkan di atas meja.” Jawab Senja dengan tangan masih fokus mengaduk sup dan sesekali mencicipi rasanya.
Meskipun Naya tidak pandai memasak seperti Mamanya, namun gadis itu sangat rajin membantu Mamanya di dapur. Tak jarang Senja juga sering mengajari anaknya memasak atau kadang membuat kue jika sedang memiliki banyak waktu luang.
Setelah semua masakan tersaji di atas meja, Zaky yang sudah berpenampilan rapi memasuki ruang makan. Kemudian disusul oleh Papanya, Xavier.
Kini semua orang sudah duduk di kursi masing-masing dan siap menikmati sarapan pagi. keluarga Xavier sangat harmonis dengan hadirnya dua anaknya yang sangat mereka cintai.
Pria paruh baya itu tersenyum hangat melihat interaksi kedua anaknya yang sangat rukun, walau mereka tidak ada hubungan darah sama sekali. Terlebih sikap Zaky pada Naya sudah seperti kakak kandung yang sangat menyayangi adiknya.
“Hari ini ke kampus jam berapa, Nay?” tanya Xavier.
“Siang, Pa. jam sebelas ada bimbingan.” Jawab Naya.
“Oh ya sudah. Nanti setelah bimbingan, bisa nggak datang ke kantor? Papa mau minta tolong untuk mengerjakan beberapa laporan.”
“Ok, Pa! nanti Naya langsung ke kantor setelah selesai bimbingan.” Jawab Naya sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.
“Apakah lama? Nanti sekalian Kakak jemput setelah makan siang bagaimana?” Tanya Zaky.
“Lihat nanti saja, Kak. Nanti aku hubungi Kak Zaky saja kalau memang belum selesai, aku naik taksi saja.” jawab Naya. Karena memang Naya sangat jarang menggunakan mobil sendiri jika pergi ke kampus. Dia lebih sering diantar jemput oleh sopir, setelah dulu pernah menabrak tiang listrik saat awal masuk kuliah dan baru bisa menyetir sendiri.
Selesai sarapan, Xavier lebih dulu pergi ke kantor. tak lama kemudian Zaky berangkat dengan menggunakan mobilnya sendiri.
Kini hanya Naya dan Mamanya saja yang ada di rumah. sebenarnya Naya masih ada tanggungan sedikit untuk menyelesaikan tugasnya. Namun karena waktu masih pagi, ia memilih bersantai sejenak bersama Mamanya.
Senja mengajak anak perempuannya duduk santai di taman depan rumah sambil menikmati cemilan. Ibu dan anak itu juga terlihat sangat akrab, karena Senja memperlakukan semua anaknya seperti teman. Dalam artian ia selalu mendengarkan setiap keluh kesah anaknya, dan sebisa mungkin memberikan nasehat untuk mereka.
“Bagaimana skripsi kamu, Sayang?” tanya Senja.
“Mama doakan saja satu semester ini selesai dengan cepat. Target Naya tahun depan harus bisa lulus agar bisa berkerja membantu Papa.” Jawab Naya.
“Tentu saja Mama selalu mendoakan kesuksesan buat anak-anak Mama, asal kamu selalu semangat dan tidak malas-malasan.”
“Pasti dong, Ma. Oh iya, Ma kalau boleh tahu, kenapa Papa tidak mengijinkan Mama untuk ikut bekerja? Padahal Mama dulu kan sekretaris Papa?” tanya Naya tiba-tiba.
Setahu Naya memang dulu Mamanya pernah bekerja menjadi sekretaris Papanya. Lebih tepatnya sebelum menikah. namun setelah menikah, Xavier tidak mengijinkan lagi untuk bekerja. Dan Naya tidak tahu alasannya.
“Karena Papa kamu sangat mencintai Mama. Jadi Papa tidak membiarkan Mama capek bekerja.” Jawab Senja sambil tersenyum.
“Wah, dasar Papanya aja yang sudah bucin sama Mama. Nanti Naya juga gitu nggak ya kalau punya suami?” tanya Naya pada diri sendiri sambil membayangkan masa depannya.
Pltak
“Belajar dulu yang benar, selesaiin skripsi dengan cepat lalu bekerja. Jangan buru-buru mikirin menikah.” Ucap senja memberi ultimatum.
“Ih, Mama! Apa salahnya juga sih berandai-andai.” Jawab Naya sambil mengusap keningnya.
“Ya sudah boleh. Asal tetap fokus dengan kuliah. Ehm, kalau Mama boleh tahu, memang tipe suami seperti apa yang kamu idamkan?” mendadak Senja penasaran dengan tipe suami idaman anak gadisnya. Pasalnya selama ini ia tidak pernah mendengar Naya dekat dengan laki-laki manapun.
“Tentunya seperti Kak Zaky. Yang sangat penyayang dan selalu pengertian.” Jawab Naya sambil membayangkan memiliki suami seperti sosok kakaknya.
“Ya, Mama doakan yang terbaik buat anak Mama. Karena jodoh itu rahasian Tuhan.”
Setelah cukup lama bersantai dengan Mamanya, Naya meminta ijin untuk masuk ke kamarnya buat melanjutkan sedikit tugasnya yang belum selesai.
Pukul sepuluh Naya sudah bersiap pergi ke kampus. Karena jarak kampus dengan rumahnya yang tidak dekat dan jalannnya rawan sekali dengan kemacetan, Naya memilih berangkat lebih awal daripada nanti ketinggalan.
Naya berpamitan pada Mamanya lalu segera pergi ke kampus dengan diantar oleh sopir. Dalam perjalanan ke kampus, Naya sibuk berbalas pesan dengan sahabatnya yang kebetulan juga ada bimbingan skripsi, namun beda dosen. Naya membuat janji bertemu dengan sahabatnya setelah usai bimbingan nanti. Karena sudah lama mereka tidak bertemu.
Sesampainya di kampus, Naya sudah bertemu dengan Milka, sahabatnya. kebetulan Milka sudah selesai melakukan bimbingan.
“Nanti aku tunggu di kantin saja ya, Nay. Apa kamu akan lama?” tanya Milka memastikan.
“Semoga saja tidak. Nanti aku hubungi lagi, karena Pak Nevan juga tidak bisa ditebak kalau sedang bimbingan. Terkadang lama, terkadang sebentar.” Jawab Naya.
Setelah itu Naya segera memasuki ruangan dosen pembimbingnya. Kebetulan Naya sendiri kali ini yang melakukan bimbingan. Mungkin dosennya ingin lebih fokus dengan satu mahasiswa saja, dengan membuat jadwal bimbingan yang berbeda-beda dengan mahasiswa bimbingannya.
“Selamat siang, Pak!” sapa Naya pada sosok dosen tampan yang sedang duduk fokus menatap layar laptop di hadapannya.
“Siang.” Jawab Nevan dengan datar.
Naya segera duduk dan menyerahkan dokumen hasil risetnya. Kemudian Nevan mengeceknya dengan teliti. Pria berusia dua puluh tujuh tahun dan masih single itu terkenal dengan sebutan dosen killer dan selalu meminta sempurnya di setiap tugas yang diberikan untuk mahasiswanya.
Naya hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan pelan setelah melihat dosennya memegang bolpoin dan memberikan banyak coretan pada lembaran hasil pekerjaannya.
“Cepat perbaiki ini, besok saya tunggu hasilnya yang sudah direvisi.” Ucap Nevan dengan suara datar.
“Maaf, Pak. tapi besok libur.” Ucap Naya mengingatkan kalau besok hari sabtu dan jelas libur bimbingan.
“Saya tidak mau tahu. Saya tunggu di rumah. sekarang kamu bisa keluar dari ruangan saya.”
**
Naya tampak frustasi setelah selesai bimbingan. Ia langsung meminum jus yang sudah dipesankan oleh Milka.
“Sabar, semua akan indah pada waktunya.” Ucap Milka sambil mengusap lengan Naya.
“Ih, kayak sedang memperjuangkan cinta saja pakai kata Mutiara, indah pada waktunya.” Cibir Naya dengan kesal.
Belum sempat Naya memesan makanan, ia sudah mendapat telepon dari kakaknya yang sudah menunggu di depan kampus untuk diajak sekalian makan siang. Akhirnya dengan berat hati Naya meninggalkan Milka.
Naya menghampiri Zaky yang sedang berdiri di samping mobilnya. Pria itu tersenyum pada adiknya yang paling cantik. Lalu membukakan pintu belakang untuk Naya.
Awalnya Naya bingung, kenapa kakaknya membukakan pintu belakang. Atau mungkin Zaky memakai sopir. Ternyata dugaan Naya salah. Saat ia memasuki mobil, ada sosok perempuan cantik duduk di samping kemudi sebelah kakaknya. Mendadak wajahnya murung setelah melihat perempuan itu.
“Hai, Naya!”
.
.
.
*TBC
Happy Reading‼️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Putri Minwa
yang sabar Nay
2023-03-03
0
Emak Femes
yaaah naya patah hati daah
2022-11-10
0
Sri Fauziahanwar
cemburu naya pasti itu gebetan zaky
2022-11-03
1