"Asalamualaikum...."
Bu Erma masuk rumah, namun tak terdengar ada satupun yang menjawab salamnya.
'Kok rumah sepi, perasaan tadi Hawa ada dirumah, apa dia sedang keluar ya, tapi kok pintunya tidak ditutup, dan tumben mas Danu juga belum pulang jam segini.'
Bu Erma bersuara sendiri, dalam hatinya bertanya tanya dan terus melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
Bu Erma melangkahkan kakinya menuju kamar, namun sayup terdengar ada isakan dari arah dapur. "sepertinya ada suara dari arah dapur, terdengar orang nangis, siapa ya?" berbagai pertanyaan muncul di otak perempuan baya yang masih terlihat cantik itu.
Bu Erma memutar arahnya untuk menuju ke dapur, dan betapa terkejutnya wanita paruh baya yang masih keliatan nampak cantik dan bugar dalam balutan pakaian syar'i nya itu, melihat anak perempuannya sedang menangis.
"Hawa....
MasyaAlloh nak...
Kamu kenapa sayang?"
Bu Erma meraih Hawa dalam pelukannya, diusapnya pucuk kepala putrinya.
"Ada apa kamu nak, kenapa kamu nangis kayak gini, apa terjadi sesuatu yang ibumu nggak tau?
Coba ceritakan sama ibu, siapa tau bisa membantu mengurangi semua beban kamu."
Bu Erma menjatuhkan tubuhnya untuk duduk di kursi kosong depan Hawa, ditatapnya sang putri dengan penuh selidik.
Hawa masih terisak, hatinya benar benar terluka dengan sikap sang ayah, yang tak perduli dengan perasaannya.
"Bu, sebenarnya apa yang terjadi, kenapa ayah masih saja tidak mengijinkan Hawa dengan Satria, tolong berikan satu saja alasan yang bisa Hawa terima dengan akal sehat Hawa tentang ketidak sukaan ayah dengan pekerjaan Satria, sungguh Bu, ini tidak adil untuk Hawa dan satria." Hawa mengutarakan perasaannya pada sang ibu, berharap ibunya bisa membantu nya untuk meyakinkan ayahnya.
"Hawa, ibu tidak punya keberanian untuk mengatakan itu semua nak".
Bu Erma menarik nafasnya dalam, nampak di kedua bola matanya mulai mengembun, bayangan masa lalu itu kembali menciptakan sayatan luka di benaknya.
"Bu, kenapa ibu diam saja, kenapa ibu tidak mencoba bicara dengan ayah, ibu tau kan, bagaimana Satria, ibu juga tau Hawa sangat ingin menikah dengan Satria."
Hawa terus memaksa ibunya untuk mengatakan apa yang tidak ia tahu, karena Hawa tau jika orang tuanya sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
" Nak, maafkan ibu...." hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Bu Erma.
Air mata bu Erma lolos begitu saja, akibat ulahnya dimasa lalu, kini Hawa yang harus merasakan pedihnya dan juga ikut menanggungnya.
"Apa ibu tau, tadi ayah bilang apa sama Hawa?
Ayah bilang, kalau nanti malam akan ada teman ayah yang kesini beserta anaknya, dan ayah ingin Hawa bisa menerima anak dari temennya ayah, bukankah itu artinya, ayah ingin menjodohkan Hawa dengan laki laki yang bukan Hawa inginkan?
Hawa nggak sanggup Bu, Hawa nggak sanggup.."
Hawa mengatakan apa yang menjadi keinginan sang ayah pada ibunya dan kembali terisak dengan rasa kecewa yang membuat dadanya semakin sesak.
Hu hu hu huuu....
Hawa kembali terisak dan bu Erma hanya mematung dengan tetesan tetesan kristal bening yang makin deras membasahi wajah ayunya. Dua perempuan beda generasi sama sama karut dalam Isak tangisnya.
Melihat sang ibu yang hanya diam, ada rasa kecewa dan marah, Hawa memilih untuk beranjak dan masuk kedalam kamarnya, dengan perasaan yang tak mampu dijabarkan dengan kata kata, Hawa hanya mampu meringkuk tak berdaya di atas kasurnya.
Menyadari sang putri kecewa dengan sikapnya, Bu Erma berusaha menyusul Hawa, namun saat membuka pintu, ternyata pintu kamar sudah dikunci dari dalam oleh Hawa.
"Maafkan ibu Hawa, maafkan ibu, suatu saat kamu pasti akan tau alasan ayahmu melakukan ini, dan saat itu terjadi, apa kah kamu akan membenci ibu nak, setelah kamu mendengar semua cerita masa masa pahit itu, membayangkan saja, ibu sudah tidak sanggup, maafkan ibu sayang, maafkan...." Bu Erma bergumam dalam hatinya, sedih dan penyesalan kini telah menyelimuti dirinya.
"Bu....
Kenapa ibu nangis depan kamarnya Hawa?
Apa yang terjadi?"
Bu Erma, menoleh dan mendapati suaminya berdiri tak jauh dari tempatnya beranjak, dengan membawa beberapa kantong kresek ditangannya.
"Kenapa kamu tidak membicarakan dulu sama aku mas,? kenapa kamu mengambil keputusan sendiri seperti ini?
Hawa itu anakku, aku berhak tau dan aku juga ingin yang terbaik untuknya tanpa harus menyakitinya seperti ini."
Kamu egois mas, egois!" Melihat kedatangan suaminya, Bu Erma langsung meluapkan kekecewaannya.
Bu Erma sangat kecewa dengan sikap suaminya, setelah mengatakan apa yang ingin disampaikan. Bu Erma meninggalkan pak Danu yang mematung dengan dada yang naik turun karena emosi.
"Harusnya kamu bisa mikir Bu, apa yang aku lakukan ini, bukan semata ingin memuaskan egoku, tapi aku juga menginginkan yang terbaik untuk Hawa, meskipun darahku tidak mengalir dalam diri Hawa, tapi aku sangat menyayangi nya seperti anak kandungku, seharusnya kamu bisa melihat bagaimana caraku mendidik dan menjaga Hawa selama ini."
Apapun itu, aku akan tetap dengan keputusanku.
Jika harus sekarang tabir itu terbuka,aku sudah sangat siap dengan semua konsekuensinya nya."
Pak Danu bicara dalam hatinya, tak ada pilihan lain selain mengatakan kebenaran dari cerita masa lalu yang harus Hawa tau. Hawa sudah cukup dewasa untuk menerima takdirNYA. Meskipun berat tetap kebenaran harus di ungkapkan karena menyangkut tentang masa depan dan status seorang anak. Terlepas apapun itu, Pak Danu tetap inginkan yang terbaik untuk Hawa.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
#hayooooooo, sebenernya apa sih yang terjadi di masa lalu?
Dan kalau Hawa bukan anaknya pak Danu, lantas siapa donk ayah kandungnya Hawa?
Makin rumit saja ya kisah cinta Hawa dan Satria.
Di bumi lahir karena cinta
Di bumi hidup karena cinta
Di bumi berbagi karena cinta
Tanpa itu kehidupan bertemu prahara
Di bumi taat karena cinta
Di bumi disiplin karena cinta
Di bumi beramal karena cinta
Tanpa itu ibadah tak bermakna
Di bumi Menyapa karena cinta
Di bumi bergandeng karena cinta
Di bumi berkumpul karena cinta
Tanpa itu persaudaraan penuh prasangka
Di bumi berpesan karena cinta
Di bumi menyeru karena cinta
Di bumi membimbing karena cinta
Tanpa itu perjuangan penuh angkara
Perasaan karena cinta
Ucapan Karena cinta
Tindakan karena cinta
Persembahkan cinta terbaik, cinta karena Alloh......
Bukan Cinta yang hanya bertutur lewat lisan, melainkan tertancap dalam sanubari.
Yuk kak jangan lupa baca part selanjutnya Ya. haturnuhun. Dan jangan lupa tinggalkan jejak agar author Za semangat up nya dan seleksi kasih pesan pesan kehidupan yang terselip di bawahnya.
Happy ending ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments