"Di..., aku pingin berenang...!"
"hah! yang benar saja...?! ini sudah malam, Vi...! lagian kita kan ga bawa baju ganti...!"
"biarin aja! aku ga perduli...!!! yang jelas malam ini aku pingin berenang...!"
"ta... tapi..."
"ga ada tapi - tapian...! apa kamu mau aku marah lagi...?!"
"i... iya deh, terserah kamu saja...!"
dengan cepat Via berlari ketengah pantai, diikuti Adi menyusulnya dari belakang.
lebih dari tiga puluh menit mereka berenang, bermain air dan bercanda.
"udahan yuk, Vi? aku udah mulai kedinginan..."
Via mengangguk.
"trus, sekarang kita kemana? kalau langsung pulang, ntar malah masuk angin..." tanya Adi sambil berjalan.
"terserah kamu, Di... aku ngikut aja..."
sejenak Adi berfikir, kemudian berkata,
"gimana kalau kita cari penginapan dekat sini? setelah pakaian kita kering, baru kita pulang...?"
"iya..."
***
tidak berapa lama, mereka sudah berada disebuah kamar yang cukup bersih, dilengkapi dengan penghangat ruangan dan air panas.
"Vi, kamu mandi aja duluan, aku mau keluar sebentar..."
"mau kemana?"
"biasa..." jawab Adi yang langsung pergi meninggalkan Via.
selepas Adi pergi, Via langsung bersiram.
usai bersiram, Via lalu membaringkan diri di ranjang dengan mengenakan handuk yang hanya sebatas menutupi dada dan paha.
tidak berapa lama, pintu kamar terbuka,
nampak Adi masuk dengan membawa beberapa botol tuak dan arak, serta sebungkus tas plastik.
"nih, pake... cuma itu yang bisa aku dapat..." kata Adi sambil melempar bungkusan ditangannya ke Via.
dengan cepat Via memeriksa bungkusan itu, yang ternyata berisi kaos dan celana pantai.
"kok cuma baju sama celana? daleman-nya mana?" protes Via.
"aku ga beli, soalnya aku kan ga tau ukuran beha sama celana dalammu...! akukan belum pernah pegang, hehehe..." goda Adi.
"dasar mesum...!!!" maki Via.
"hahahaha..." balas Adi tertawa.
Adi lalu masuk kekamar mandi dan bersiram.
...
selesai Adi membersihkan diri dan mengenakan pakaian, mereka lalu duduk di depan teras.
kembali mereka menikmati malam itu ditemani tuak dan arak.
"masih ada lagi yang mau kamu tanyakan?" Adi membuka pembicaraan sembari meneguk tuak langsung dari botolnya.
"ada..." jawab Via ikut meneguk arak dari botolnya.
"apa sebenarnya alasanmu pergi dari sini...? apa itu ada hubungannya dengan Sonia...?" lanjutnya.
setelah menghidupkan sebatang rokok, Adi menjawab,
"baiklah, aku akan jawab pertanyaanmu..! tapi sebelumnya, aku minta kamu berjanji untuk tidak pernah menceritakan hal ini ke siapapun, termasuk ke Sonia dan keluargaku...!"
"i... iya, aku janji...!"
...
"kamu taukan aku sempat pacaran dengan Sonia, dan dua bulan lalu kami berpisah...?"
"ya, aku tau..."
"sesungguhnya, aku dan Dia tidak pernah berpisah...?!"
"maksudmu...???" Via mengerutkan dahinya.
"ya, aku dan Dia tidak pernah benar-benar berpisah! kami saling mencintai, tetapi Mamanya tidak setuju karena menganggap aku tidak sebanding dengannya, sehingga mau tidak mau kami berpura-pura berpisah, dan menjalaninya secara diam-diam...!"
"cisss... cisss..."
Adi lalu menghidupkan sebatang rokok.
"Mamanya orang yang sangat menjunjung harga diri dan martabat, sehingga merasa aku yang dari keluarga biasa saja tidak pantas untuk putrinya. Mamanya lebih memilih mantan pacarnya yang brengsek itu sebagai pendamping putrinya...!" Adi terlihat sedikit emosional.
"trus...?"
"saat itu aku tidak mau menyerah, dan mencoba mencari cara untuk tetap bersamanya, salah satunya dengan cara..., menghamilinya...!!!"
kembali Adi menghisap rokoknya kuat-kuat,
"tapi sayang, Tuhan tidak mengijinkan hal itu terjadi...! berapa kalipun aku mencumbunya, tapi tidak ada tanda-tanda Dia mengandung, hingga akhirnya kami ketahuan Mamanya sering ketemuan diam-diam...!"
"Mamanya yang saat itu marah besar lalu melarang Dia keluar sendiri, dan harus selalu ditemani mantan pacarnya kemana-mana...! aku yang saat itu mulai frustasi dan nyaris gila karena tidak bisa bertemu dengannya akhirnya nekat mengajaknya kawin lari, dan Diapun setuju..., tapi entah darimana mantan pacarnya bisa tau...!"
"saat aku sedang merencanakan cara melarikannya, mantan pacarnya datang menemuiku dengan membawa beberapa tukang pukul. saat itu Dia mengancamku, 'jika aku nekat melanjutkan hubunganku denganNya, maka semua keluargaku dan keluargaNya akan sengsara...!"
"kalau hanya keluargaku yang diancam, bagiku bukan masalah, aku tidak takut sama sekali...! tapi keluarganya..., mustahil bagiku bisa melindungi orang yang tidak menyukaiku...!"
"saat itu aku yang tidak memiliki jalan keluar akhirnya menemui Sonia, dan mengatakan aku sudah bosan dengannya dan malas berurusan lagi dengannya, termasuk membatalkan rencanaku mengajaknya kawin lari..."
"tentu saja saat itu Dia tidak percaya dan menangis memintaku berkata jujur... tapi demi kebaikannya dan keluarganya, aku tetap bersikeras mengatakan aku sudah tidak mencintainya lagi, dan meminta Dia untuk tidak menemuiku lagi...!"
"trus, apa hubungannya semua ceritamu tadi dengan kepergianmu...?" tanya Via.
"itu karena aku yakin sampai hari inipun Dia masih tidak percaya kata-kataku, dan akan terus mencoba menemuiku...! oleh karena itu, jalan satu-satunya adalah dengan aku pergi...! bukan karena apa, tapi aku takut...! takut jika bertemu Dia lagi, aku tidak akan bisa berbohong lagi, dan itu akan berakibat sangat buruk untuknya, dan keluarganya...!"
"apa itu berarti kamu masih mencintainya...?"
"tentu saja, aku bukan tipe orang yang gampang jatuh cinta dan gampang melupakan...!" balas Adi cepat.
"mungkin saat ini kamu, atau orang-orang melihat aku biasa-biasa saja, tetap ceria dan gembira seperti biasanya..., tapi sesungguhnya, hatiku terasa sakit...! sakit banget...! saking sakitnya, aku cuma bisa tertawa ketika merasakannya...!!!"
tanpa terasa, air mata mulai menetes dari ujung mata Adi.
melihat Adi menangis, dengan cepat Via merangkulnya dan memeluknya.
"Di..., menangislah...! luapkanlah semua rasa sakitmu...! jangan malu, jangan ragu...! aku ada untuk berbagi rasa itu denganmu..." bisik Via.
Adi yang tidak bisa lagi menahan perasaannya, menangis dan meraung sejadi-jadinya.
semua perasaan yang selama ini dipendamnya, ditumpahkan di dada Via...
.
.
"sudah lega...?" tanya Via ketika menyadari Adi sudah berhenti menangis.
"sudah..." jawab Adi pelan.
"sudah puas nangisnya...?" tanya Via lagi
"puas banget...! apalagi sambil menikmati dadamu yang rata, hehehe..."
"ADUH...!!!"
seekor semut menggigit lengan Adi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments