Hari ini adalah waktunya aku dan Rama fitting baju pengantin. Aku mengenakan gaun selutut tanpa lengan berwarna lilac. Rambutku sengaja ku gerai dan memberi hiasan pita senada dengan gaunku.Tas kecil dan sepatu yang warnanya juga senada dengan dressku.
Ku pandang pantulan tubuhku yang ideal bertambah cantik saat mengenakan gaun ini. Aku harus tetap tampil cantik sebelum berperang melawan calon suamiku. Mengingat aku menyebut Rama sebagai calon suamiku sungguh sangat menggelikan.
"Perfect Kezia! kau sunggu cantik dan hanya lelaki bodoh seperti Rama yang menyia-nyiakan wanita sepertimu."
Aku tertawa ketika aku seperti orang gila yang berbicara sendiri dengan pantulan diriku di cermin.
"Sudahlah, aku harus ke butih sekarang juga. Ya beginilah nasip seorang pengantin cadangan. Berangkat ke butik sendirian tanpa di jemput calon suami."
Tak butuh waktu lama untuk aku sampai ke butik. Karena jarak butik tidak terlalu jauh dari rumahku. Di depan sana dari jarak jauh aku bisa melihat lelaki berjas hitam yang tak lain adalah Rama. Bolehkan aku GR dan berharap saat ini Rama menungguku.
Aku keluar dari mobilku ketika mobilku sudah terparkir rapi di parkiran samping butik. Dengan sangat anggun ku langkahkan kakiku m menghampiri Rama. Aku mengulum senyum saat mata lelaki lain memandangku terpesona. Sedangkan lelaki yang ku inginkan tetap fokus pada benda pipih yang sedari tadi ia mainkan.
"Ehemmm! apa kau sudah datang dari tadi, kak?"
Lagi-lagi aku mengulum senyum merutuki kebodohanku karena bertanya pada patung hidup. Tentu saja yang di tanya hanya diam saja seperti orang bisu. Apakah sangat menjengkelkan? tentu saja namun aku sudah terbiasa di perlakukan Rama seperti itu.
Ku gandeng tanganya Rama dan ku ajak memasuki butik. Kali ini dia hanya menurut karena di dalam sana Mama Rani sudah duduk manis menanti kedatangan kami.
"Ah sayang kau cantik sekali?"
"Terimakasih mama telah memujiku cantik dan maafkan Kezia telat datang dan membuat mama menunggu lama jadinya."
"Tidak apa-apa sayang, ayo nak langsung saja kamu coba gaun pengantinya. Rama temani calon iatrimu mencoba gaunya."
Hahahaha wajah Rama seperti terpaksa menuruti perintah mamanya. Dia mengikutiku berjalan di belakangku. Tak ku hiraukan dia dan langsung saja aku mencoba setiap gaun yang ku suka.
Dengan sengaja aku makin membuatnya marah ketika aku mencoba gaun yang sangat sexy dengan belahan dada yang menonjol dan paha mulusku yang terexpose.
Aku keluar untuk meminta pendapat Rama.Bukan kata-kata yang ku dapat namun tarikan tanganya yang membawaku masuk ke ruang ganti.
"Penampilanmu seperti wanita murahan, ganti gaunmu atau ku robek paksa saat ini juga."
"Sssst, pelankan suaramu sayang, bagaimana tanggapan para pegawai jika melihatmu menariku masuk di dalam ruangan ini. Mereka akan berfikir kita sedang berbuat mesum."
Ucapanku barusan membuat rahang Rama semakin mengeras. Dia langsung keluar begitu saja dan meninggalkanku di ruang ganti untuk berganti gaun yang di pilihkan Rama untuku. Tentu saja aku akan memakainya karena dari awal gaun pilihanyalah yang juga ku inginkan.
"Bagaimana penampilanku dengan gaun pilihanmu?"
Rama hanya meliriku sekilas tanpa berkomentar. Bahkan bukan pujian yang keluar dari mulutnya. Melainkan pujian dari pemilik butik, pegawai dan juga mama Rani.
"Nona, kau sungguh sangat cantik dan anggun mengenakan gaun ini. Kau akan menjadi pengantin wanita tercantik saat hari itu tiba."
"Terimakasih atas pujianya."
"Calon menantu mama sungguh cantik. Gaun ini sangat pas di tubuhmu yang ideal, nak."
"Terimakasih ma, Kezi mau gaun yang ini saja ma.Kebetulan tadi Ramalah yang memilihkan gaun ini untuku."
"Benarkah, berarti pilihan calon suamimu sangat tepat untukmu, nak."
Dua puluh menit kami berada di dalam butik. Dan saat ini mama Rani mengajaku ikut pulang ke rumah mereka. Bagaimana dengan mobilku?aku meninggalkanya di butik dan ikut masuk ke dalam mobil milik Rama. Aku melirik Rama yang mendengus kesal. Hahahaha, kini menjadi hobby baruku membuat Rama kesal.
Saat kami telah sampai di kediaman keluarga arshen. Mama Rani memintaku istirahat sebentar di kamar rama. Ini sangat gila, kami belum menikah tetapi mama Rani menyuruhku masuk ke dalam kamar Rama.
"Ram, antar Kezi ke kamarmu untuk istirahat, dia pasti lelah."
Lelaki itu menarik tanganku sangat kasar lalu mendorongku masuk ke dalam kamarnya. Untung saja keseimbangan tubuhku bagus waktu itu.
"Sayang kenapa kau mendorongku di sini. Seharusnya kau mendorongku di atas ranjang secara pelan. Apa kau sudah tidak sabar bercinta denganku?
Perkataanku sungguh seperti wanita murahan saja. Ku lihat kemarahan di wajahnya yang begitu terlihat jelas. Aku mengulum senyum, aku sangat suka membuatnya marah.
"Berhenti memanggilku dengan sebutan sayang. Kau sangat membuatku muak dasar wanita murahan."
Aku mendekatinya dan tanganku terulur untuk mengelus pipinya. Tanganku langsung di hempaskan kasar oleh rama.
"Ya,,,apapun yang kau ucapkan itu semua benar. Sudahlah tidak usah kau ucap berkali-kali aku memang wanita murahan di matamu."
"Kau memang berbeda dengan vania yang tak tersentuh. Kau lebih menjijikan dengan sikapmu yang semakin terlihat murahan."
"Sudahlah jika kau tahu aku murahan apa kau masih tetap ingin menggagalkan pernikahan kita? Lebih baik kau keluar aku ingin istirahat."
Sengaja aku menyuruh Rama keluar karena sisi lemahku kambuh lagi.Bagaimanapun aku tetap seorang wanita yang akan merasa sakit jika di katai kasar seperti itu. Namun semua ini tetap ku tutupi dengan kezia yang pemberani.
"Ini kamarku, jika kau lupa dan seharusnya kau yang pergi dari sini."
"Ayolah Rama apa kau lupa jika kau sendiri yang membawaku ke sini. Atau aku pulang saja dan kau akan kena marah mama Rani?"
Sepertinya Rama sangat takut dengan mamanya. Karena ketika aku menyebut nama mama Rani dia selalu diam.
Aku mengabaikan rama dan langsung membaringkan tubuhku di atas ranjang. Ku guling-gulingkan tubuhku seperti anak kecil. Rasanya ranjang ini sangat nyaman,apa karena ranjang ini milik Rama. Mungkin akan jauh lebih nyaman jika dia ikut berbaring dan menemaniku tidur.
"Cuci kaki dan tanganmu sialan,,,kau mengotori ranjangku."
"Aku tidak mau,,,!aku lelah, aku mau istirahat sebentar dan keluarlah."
Rama menarik tanganku menyuruhku ke kamar mandi. Aku terus menolah hingga tubuhnya terhuyung jatuh ke atas tubuhku.
Jangan di bayangkan seperti adegan romantis yang saling menatap dengan tatapan penuh cinta. Justru sebaliknya tatapanya semakin tajam menusuk sampai ke pupil mataku.
"Sayang bersabarlah jangan mengajaku bercinta saat ini. Tunggulah beberapa hari lagi ketika kita sudah menikah."
Rama langsung berdiri menjauh dari tubuhku. Lagi-lagi aku mengulum senyum karena berhasil membuatnya emosi lagi.
"Jangan harap aku akan menyentuhmu setelah pernikahan sialan itu terjadi. Mungki saja tubuhmu sudah di jamah ribuan lelaki di inggris sana."
"Deg," Begitu hinakah aku di matanya hingga ia berkata tanpa memikirkan perasaanku. Hatiku sangat terluka dengan kata-katanya barusan. Diriku masih suci meskipun diriku tinggal di negri yang bebas.
"Hahaha, terserah kau saja,aku mau tidur."
Ku tutup seluruh tubuhku menggunakan selimut. Air mataku menetes karena sedari tadi aku menahanya. Ternyata aku bukan wanita yang kuat dan lebih tepatnya hanya berpura-pura kuat.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Hai Readers, ada yang merasa kesal gak? Enaknya di apain si Rama, ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Laila antoniii
anak baik
2023-02-16
0
Okta Via
dibuat bucin Thor terus ditingalin.hahaga pembalasan yg maniez
2023-02-15
0
Yudhi Ila
gadis yg kuat.semoga sampai akhir cerita gk kau buat dia jadi gadis lemah tetaplah dia jadi gadis yg kuat meskipun dihina oleh suaminya..buat si lelaki jatuh cinta sampai bucin yg akut..
2023-02-10
1