...Happy Reading...
Malam ini Hanny sudah bersiap menguji coba kembali kemampuan mesinnya, setelah kemarin turun mesin gara-gara gagal ganti oli, karena seorang pria tampan yang menurut dirinya tidak sehat atau bisa dibilang jeruk makan jeruk itu.
Namun itu hanya Hanny saja yang menyimpulkannya sendiri, karena seolah tidak terima, ketika ada pria yang seolah tidak berminat dengan tubuhnya yang biasanya selalu digilai oleh para hidung belang.
Selama dia berkelana di lembah hitam itu, baru kali ini dia mati gaya hanya karena seorang pria yang bahkan jauh dari ekspetasinya, karena sedari dulu dia lebih berminat dengan om-om berkelas yang memang lebih berpengalaman dan mapan tentunya, karena tampan saja tidak cukup untuk bisa memilikinya dalam waktu beberapa jam, karena dia hanya mau melayani di kelas VVIP sahaja.
"Hmm... kamu cantik sekali beb?" Bisik seorang pria yang tengah memperhatikan lekuk tubuh Hanny dengan intens, bahkan kedua bola mata pria itu seolah hampir keluar karena memandangnya, jakun pria itu sudah naik turun, dan sedari tadi dia sudah menelan ludahnya sendiri berkali-kali, seolah tidak sabar ingin menikmati pemandangan indah didepan mata.
"Itu sudah pasti!"
Hanny langsung merangkak naik diatas pangkuan pria itu, dengan segala sentuhan dan belaian lembutnya, pria berhidung belang yang haus akan kasih sayang itu langsung merem melek merasakan sensasinya.
"Ermm.. Kamu wangi sekali beb?" Pria itu seolah mengagumi dan menikmati apa yang ada di depan mata.
"Special, just for you bos!"
Ucap Hanny yang langsung memberikan service terbaik darinya, dengan membuat pria itu seolah melayang ke langit ke tujuh bidadari, seolah akal sehatnya sudah terbang melayang entah kemana, karena merasakan sensasi kenik matan yang tidak pernah dia dapatkan sebelumnya.
Namun saat pria itu membalikkan tubuh Hanny dan mengungkungnya dibawah tubuh kekar dan berotot itu, tiba-tiba dimata Hanny, wajah pria itu berubah menjadi wajah pria yang membuat dirinya gelisah tadi malam.
Heh? kenapa dia seperti pria gila itu? ah.. dia memang pria yang bernama Jeremy itu? tapi tidak mungkin, bukan dia yang memesanku tadi?
Hanny memilih memejamkan kedua matanya, namun selang beberapa detik lagi, pria yang sedang mengge rayangi tubuhnya itu kembali berubah seperti wajah Jeremy kemlagi.
Bahkan seolah wangi tubuh pria itu sama persis, sehingga wajah tampan nan menyebalkan itu kembali membayang-bayangi pikiran Hanny dan membuatnya kembali emosi.
"Haissshh!"
Hanny sontak mendorong pria itu sekuat tenaganya dan membuat pria itu bahkan jatuh terjengkang di bawah ranjang.
"Hei... what's wrong with you my Hanny?"
Pria itu terkejut sekaligus terheran sendiri saat ha sratnya yang sudah hampir memuncak tiba-tiba terputus begitu saja.
"Aaa... siaaaalll."
Teriak Hanny yang langsung beranjak berdiri dan meraih tas miliknya diatas meja.
"Hanny? kamu kenapa beb? apa sentvhanku terlalu keras? apa kamu tidak menyukainya, katakan sayang... biar aku bisa memperbaikinya?"
Pria itu langsung bertanya-tanya, kesalahan apa yang dia perbuat hingga wanita cantik bayarannya itu terlihat marah, dia langsung mencoba mendekat ke arah Hanny yang sudah tidak memperdulikan keberadaan dirinya di ruangan mewah itu.
Braakk!
Hanny melempar satu gepok uang berwarna merah kewajah pria itu, yang sontak langsung melotot karena terkejut dan merasa terhina, seharusnya dia yang memberikan bayaran kepada Hanny, namun kenapa malah jadi sebaliknya.
"Hei? apa maksudmu? kamu mau menghinaku?" Pria itu langsung berkacak pinggang dengan amarah yang langsung memuncak dikepalanya, dia merasa tidak terima diperlakukan seperti itu.
"Aku wanita high quality, so... jika aku tidak dapat memvaskan nafsvmu, aku yang akan membayar ganti rugi itu untukmu, langsung dengan uang CASH!" Ucap Hanny dengan sombong dan hanya meliriknya sekilas.
"Aku tidak butuh uangmu, aku hanya mau tubuhmu!" Teriak pria itu semakin emosi dibuatnya.
"Kamu bisa memesan wanita lain, selain aku, dan uang itu bisa membeli bahkan sepuluh wanita sekaligus untuk malam ini, walau mungkin tidak special seperti diriku." Ucapnya dengan angkuh, sambil terus mengenakan pakaian miliknya yang sudah berserakan dilantai.
"Hei... Hanny, kamu mau kemana? jangan pergi beb? hei...!"
Dia ingin mengejar Hanny keluar, namun dia sadar bahwa tidak ada sehelai benangpun yang saat ini melekat ditubuh kekarnya.
"Aku sudah tidak berselera lagi denganmu, moodku sudah hilang, BYE!"
Ucap Hanny yang langsung beranjak pergi keluar ruangan, tanpa mau menoleh kearah pria yang mematung dibelakangnya itu sama sekali.
Uang yang Hanny berikan, seharga bayaran untuk dirinya, Hanny bahkan tidak merasa menyesal, dia memang tidak terlalu memusingkan tentang uang dan harta kekayaan, karena rejekinya selalu mengalir deras di rekening tabungannya.
Dia berkelana di lembah kedustaan itu sebenarnya bukan semata-mata karena uang, dia hanya merasa kesepian saja dan kurang mendapatkan curahan rasa kasih sayang, karena tidak ada teman ataupun saudara yang dekat dengan dirinya.
"Arrgh shiitt... ada apa denganku! Kenapa tiba-tiba mood bercintaku hilang saat aku mengingat wajah pria itu?"
Dia sudah seperti orang yang hilang kewarasan diri setelah berlalu dari tempat itu.
"Apa ini yang dinamakan Karma? Haisssh... pria itu benar-benar membuatku kesal!"
Biasanya dia tidak pernah terbayang-bayang oleh pria manapun, walau mereka mampu membuatnya mengerang saat mendapatkan kenikmatan yang tidak tergambarkan sekalipun.
Namun kali ini wajah Jeremy benar-benar seperti momok yang merendahkan harga dirinya yang biasanya dia jual dengan harga mahal.
"Siapa namanya? Aissh yaa... JEREMY! Jangan panggil aku Hanny jika tidak bisa membuatmu mende sah saat malam tiba!"
Rentetan umpatan dia keluarkan sepanjang lorong loby hotel, bahkan dia tidak memperdulikan puluhan mata yang memandang heran ke arahnya, rambutnya masih terlihat acak-acakkan itu dia biarkan tergerai begitu saja, karena belum sempat dia rapikan tadi.
Sepatu high hells yang dia pakai tadi pun berada ditangan kirinya, dia tidak sempat memakainya karena terburu-buru, rasa muaknya tiba-tiba menguasai dirinya, sehingga dia ingin segera pergi meninggalkan kamar VVIP Class itu berserta pria yang ada didalamnya.
"Kemana aku harus mencarinya?"
Otaknya kini bahkan sudah dipenuhi dengan wajah cuek Jeremy yang terlihat tidak berselera dengan kemolekan dan godaan yang sengaja dia pamerkan kemarin.
"Argh... ingin sekali aku membinasakan orang yang bernama Jeremy itu!"
Hanny masih saja merasa tidak terima, karena tadi malam pria itu langsung pergi begitu saja setelah selesai mengobati luka di keningnya, tanpa merasa tergoda dengan aksi gila yang Hanny perlihatkan.
"Aish... kartu nama itu? dimana aku menyimpannya!" Dia mengobrak-abrik isi tas miliknya sambil berjalan kearah Kafe disamping hotel itu.
"Kenapa tidak ada! arghh... aku harus bertemu dengannya, tapi dimana?"
Hanny menelungkupkan wajahnya diatas meja Kafe, baru kali ini juga dia merasa prustasi karena merasa diabaikan oleh seorang pria, dia bahkan semalaman sulit tidur memikirkan dirinya, apa mungkin dia sudah tidak menarik lagi pikirnya.
"Excuse me... silahkan diminum coklat panasnya, kata orang sensasi rasa coklat bisa menentramkan hati yang sedang galau." Ucap Seorang pelayan di Kafe tersebut.
"Aku tidak memesannya!" Teriak Hanny dengan tampang ketus tanpa menggangkat wajahnya.
"Ini free untuk kamu?" Ucapnya kembali.
"Aku tidak suka yang gratisan, uangku terlalu banyak untuk aku habiskan, bahkan bisa untuk membeli kafe tempat ini."
Perkataan sombong langsung keluar begitu saja, disaat emosi berkumpul, ditambah rasa percaya diri yang anjlok, juga pikirannya yang berserabut, membuat semua suasana yang ada disekelilingnya menjadi salah kaprah menurutnya.
"Hanny... aku hanya ingin berteman denganmu?" Ucapnya dengan suara lembut, entah mengapa sejak pertama kali melihatnya, dia seolah mempunyai ikatan batin yang kuat, dan selalu terbesit didalam hatinya untuk lebih mengenal Hanny lebih dekat lagi.
"Kamu---"
Hanny langsung mengangkat wajahnya yang kusut dan memandang kearah pelayan kafe tersebut dengan tatapan menyelidik.
Siapa orang itu?
Perjalanan yang kita sebut sebagai kehidupan ini adalah sekolah, proses pembelajaran tak akan usai selama kita masih mengembuskan napas. Kita hidup, belajar, dan mencoba hal-hal baru setiap hari.
Kita juga akan menerima pelajaran hidup lewat kesedihan, duka, air mata bahkan dengan tawa sekalipun.
Terkadang, kita juga mendapat pembelajaran lewat ujian maupun tantangan yang akan membuat kita berjuang dan bekerja keras.
Hal tersulit untuk dipelajari dalam hidup adalah jembatan mana yang harus diseberangi dan jembatan mana yang harus dibakar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sugianto
iya lho..faktor jadi kupu2 terkadang bukan murni dari dirnya tapi dari orang2 sekitar.. kepedulian. orang2. sekitar dan keegoisan orang2 sekitar.. terkadang jadi kupu2 mala bukan pilihan tapi harus di jalani
2022-11-18
2
🎯™SuhaedahE𝆯⃟🚀 ⍣⃝కꫝ🎸
makanya Hany gak semua cowok bisa ditaklukan, mungkin yang imannya lemah yang bisa kamu taklukkan..jadi ini pembelajaran buat kamu, jangan sombong karena diatas langit masih ada langit
2022-11-17
3
Elis Supriatin
my hany langsung terngiang wajah mas Jeremy donk 🤭
2022-11-16
0